Aku Shella, seorang gadis yang masih duduk dibangku sekolah Menengah Atas.
Berawal dari penolakan ibu dan saudariku yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dariku, membuatku berubah menjadi gadis yang tidak memiliki hati dan pendendam.
Aku juga bertekad ingin merampas apa yang dimiliki oleh saudariku.
Aku bahkan tidak mengeluarkan air mataku saat ibuku dinyatakan meninggal dunia.
Hingga terungkapnya sebuah rahasia yang begitu mengguncang kewarasan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sosok Lain
Paman, semuanya pasti akan berlalu. Aku hanya berharap paman dapat menghadapi nya dengan lapang dada.
Aku juga merasa sangat bersalah karena menghindari bibi Anggie akhir-akhir ini.
Andai saja aku tahu lebih awal jika bibi sedang sakit parah, aku akan selalu berada disisinya.
Huaaa...
Tangisan ku semakin tak terbendung membuat paman Rangga segera melepaskan pelukannya dariku.
Aku yang salah, tidak memberitahu mu sejak awal...
Paman Rangga malah menyalahkan dirinya karena keluh kesahku. Yang membuat ku semakin menggeleng kan kepalaku kuat-kuat.
Setelah air mataku mereda, kami kembali menunggui bibi Anggie yang entah kapan akan sadarkan diri.
Aku yang menyadari jika paman Rangga belum mengisi perutnya sejak pagi, segera beranjak bermaksud untuk membelikan makanan untuknya.
Mau kemana,,?
Beli makan, paman belum makan kan.?
Ia melihatku lumayan lama, lalu menjawab.
Kau juga kan,,?
Aku hanya bisa mengangguk pasrah sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal. Bisa-bisanya aku melupakan perutku sendiri.
Sebentar lagi Sam akan datang, jadi tunggu sebentar lagi...
Aku hanya manggut-manggut sambil memainkan jemari paman Rangga yang entah sejak kapan tangan ku yang lancang berada disana.
Beberapa menit kemudian, paman Sam muncul dengan paper bag ditangannya. Tak lupa ia membawa baju ganti untuk dikenakan oleh paman Rangga.
Sambil menyantap makanan ala kadarnya karena paman Rangga yang tidak memiliki selera untuk makan, aku mencoba membukanya obrolan di antara kami.
Paman, biarkan aku menginap disini ya, aku akan berangkat sekolah dari sini saja...
Tidak usah, nanti kau tidak tidur dengan baik jika disini...
Tidak paman, aku baik-baik saja..
Terserahlah anak kecil...
Paman Rangga sepertinya sedang malas berdebat. Membuatku dengan leluasa melakukan kehendakku.
***
Malam menjelang, paman Rangga masih duduk ditempatnya semula. Sedangkan aku memilih tidur dikasur yang telah disediakan.
Detik demi detik berlalu, berganti menjadi menit. Telah berkali-kali aku terbangun dari tidur ku yang bak ratu.
Telah berkali-kali pula aku melihat Paman Rangga yang masih setia dengan posisi duduknya. Aku segera mendekati nya untuk menyuruhnya tidur saja.
Biar aku saja yang menjaga paman,,,
Tidak perlu, kembali saja pada tempat tidurmu...
Alhasil aku juga ikut duduk menunggui bibi Anggie. Lama-kelamaan rasa ngantuk menyerangku kembali.
Kepalaku terombang-ambing hingga sebuah tangan hangat mengarahkan kepalaku ke bahunya yang tegap.
***
Entah berapa lama aku tertidur, aku hanya mendapati diriku yang terbangun di sebuah kasur lembut yang khusus dipesan untuk dipergunakan oleh tamu lain.
Tak hanya diriku yang kusadari berada ditempat ini, namun ada sesosok tubuh lain yang dengan entengnya memelukku dengan serakah.
Paman,,! !!
Aku buru-buru bangkit dan merapikan pakaian ku barangkali sedang tak karu-karuan. Namun seperti nya semua baik-baik saja walupun semua pikiran burukku itu sangat mustahil untuk terjadi.
Pandanganku beralih pada bibi Anggie yang mulai membuat gerakan pakai tangannya. Tanpa memikirkan apapun lagi, segera ku pukul tubuh laman Rangga agar segera bangun dan melihat perkembangan bibi Anggie.
Paman, bangun paman. Bibi sudah sadar..!
Paman Rangga yang menyadari perkataan ku segera melompat dan berlari kearah ibunya. Aku yang melihatnya seperti itu merasa sangat lega karena pada akhirnya penantian itu tidak sia-sia.
Dokter dan beberapa perawat segera memasuki ruangan kami.
.
.
.
Next...