Theo mengkhianati sahabat serta anak dari keluarga yang sudah menjadikannya keluarga sejak ia usia 7 tahun. Ia berselingkuh dengan Zeva, istri dari Anthon, sahabat Theo. Terlalu sering menolong Zeva dari suaminya yang kasar dan penyiksa, membuat Theo memiliki perasaan pada wanita itu hingga terjadilah hubungan terlarang keduanya. "Aaaaaakh!!! Theooooo, aku mohon bawa aku kabur dan nikahi aku!" -Zeva Auliora "Maafkan aku, Zeva. Aku tidak bisa meninggalkan Anthon dan keluarganya, mereka sudah menjadikanku seperti ini" -Theo James "Zeva akan tetap menjadi istriku meskipun kamu sudah menikmati tubuhnya, aku tidak akan melepaskan wanita itu" -Anthon Stephen Bagaimana kelanjutan cinta segita dengan panasnya hubungan perselingkuhan antara Theo dan Zeva? Apakah Anthon akan menyerahkan istrinya untuk pria lain? Dukung novel ini untuk tetap berkarya!
Antara nafsu cinta, nafsu balas dendam, nafsu amarah, nafsu kebencian, nafsu kerinduan dan jenis nafsu lainnya akan bergelut di novel ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JENAZAH PENGGANTI
Bora dan Herjunot menuju Locronan untuk mengurus kasus kecelakaan Theo.
Wajah Theo sampai tidak dikenali oleh mereka ketika di rumah sakit karena sudah rusak akibat tabrakan ganas antara motor dan truk.
Bora menangis terisak di pelukan sang suami. Hatinya begitu sakit melihat anak angkat yang sudah ia besarkan puluhan tahun kini tiada dengan mengenaskan.
Meskipun ia sangat marah karena kejadian Anthon, tapi kini melihat Theo sudah tak bernyawa dihadapannya dengan kondisi yang memprihatinkan, cukup membuatnya kembali hancur.
"Putraku.." lirihnya.
Herjunot tidak mengatakan apapun dan hanya menenangkan Bora.
Setelah memastikan bawah jenazah itu adalah Theo, polisi yang bertugas dalam kasus ini meminta pernyataan ulang kepada orang tua korban.
Herjunot dan Bora pun mengiyakan korban adalah putra angkat mereka karena bisa melihat tanda lahir di bahu kanannya serta polisi memberikan dompet milik korban yang menunjukkan milik Theo Galio.
Hingga urusan verifikasi selesai, akhirnya Herjunot membereskan masalah ini di Locronan bersama pengacara keluarganya lalu kembali ke Paris dengan membawa Theo kembali.
Sesampainya di Paris, mereka langsung memakamkan Theo karena hari sudah mulai sore.
Di lain tempat, di rumah sakit, kini Anthon dan Zeva sedang mengobrol sesuatu dan mengingat soal keberadaan Theo di keluarfa Galio.
"Ayah dan Ibu sekarang sudah berada di pemakaman. Theo harus segera dimakamkan" ucap Anthon setelah menerima telepon dari sang ayah.
"Hmmm" deheman Zeva dengan wajah sendu dan terlihat melamun.
"Hmmm? Apa artinya deheman ini, Zev?" tanya Anthon penasaran.
"Tidak ada artinya. Aku hanya menyahutimu sambil memikirkan bagaimana kamu bisa melalui proses penyembuhan ini" jawab asal Zeva.
Wanita ini benar benar menghindari pembahasan soal Theo karena hanya akan menyakitinya dan memunculkan luka pengkhianatan kepada suaminya sendiri yang kini menjadi lebih baik.
"Selama kamu menemani ku, aku yakin pemulihan ku akan berjalan lancar. Aku hanya butuh kamu disampingku, Zeva" sahut Anthon.
Zeva hanya tersenyum tipis. Wanita ini masih memiliki ketakutan pada sang suami. Disisi lain hatinya, ia harus mampu memendam rasa kehilangan atas kepergian Theo untuk selama lamanya.
.
Hari demi hari dilalui oleh Anthon dan Zeva bersama untuk pemulihan dan pelatihan fisik di rumah sakit hingga tak terasa hari ini adalah hari terakhir di tahun 2022. Malam ini adalah malam tahun baru menyambut tahun 2023.
Bora dan Herjunot pun senang melihat anak serta menantu mereka bisa memulai semuanya dari awal.
"Aku senang jika Zeva menyadari kesalahannya dan memaafkan Anthon" celetuk Bora ketika mereka berdua melihat proses pelatihan dari luar kaca ruangan.
"Ya, syukurlah. Mereka baik baik saja. Malam ini malam tahun baru, aku berharap kehidupan rumah tangga anak kita semakin berjalan baik" sahut Herjunot.
Tiba tiba Bora kembali terlihat sedih mengingat Theo, anak angkatnya. Ia merasa bersalah karena terlalu marah pada anak itu.
"Aku berharap andai saja Theo masih ada disini, aku mungkin akan memaafkannya" celetuk Bora.
"Sudahlah, sayang. Theo sudah bahagia diatas sana. Kita harus tetap bahagia bersama anak dan menantu kita hingga cucu cucu kita nanti. Theo sudah tenang dan pasti dia pun tidak suka melihatmu bersedih" sahut Herjunot sambil merengkuh pundak sang istri.
Bora menyela air matanya. Benar juga dikatakan sang suami, kehidupan di dunia tetap berjalan meskipun mengalami kehilangan orang yang disayangi.
Di lain tempat, lebih tepatnya di rumah sakit Locronan, ada pasien yang saat ini sedang menjalani operasi otak karena pendaharan hebat setelah mengalami kecelakaan.
Di luar ruangan operasi terlihat kakek tua yang menunggu serta ada 2 orang pria dibelakangnya berbadan kekar dan terlihat mirip. Sepertinya keduanya adalah saudara kembar.
Mereka semua memakai pakaian serba hitam.
"Apakah kamu sudah yakin jika Herjunot mengenali jenazah itu sebagai Theo?" tanya pria tua itu pada salah satu ajudannya.
"Kami yakin tuan karena mereka sudah melakukan pemakaman tanpa mencurigai sesuatu" jawab salah satu pria kekar itu.
"Pastikan lagi tidak ada pergerakan Herjunot dan kelompok mafianya untuk mencari kebenaran atas kecelakaan itu. Pastikan jika rencana Herjunot untuk mencelakai cucuku berhasil di matanya agar dia tidak mencari Theo lagi" sahut pria tua itu lagi.
"Siap, Tuan Hogo. Kami akan memantau pergerakan mereka" ucap salah satu pria kekar tersebut.
"Dan satu lagi, kalian, Berto dan Bento, aku percayakan nanti Theo kepada kalian untuk pelatihan. Dia akan menjadi penerusku di dunia wine Italia dengan kehidupan bisnisnya" lanjut Hogo dan kedua ajudan kembarnya itu hanya mengangguk mengiyakan.
"Aku tidak akan membiarkan Herjunot lepas lagi" gumam pria tua yang bernama Hogo itu sambil mengepalkan tangan diatas tongkat yang ia pegang.
Lalu mereka bertiga tetap menunggu hingga berjam jam dan tepat pukul 11 malam, operasi selesai setelah 11 jam tindakan.
3 dokter keluar dari ruang operasi dan salah satunya menjelaskan keadaan pasien.
"Pasien sudah selesai kami operasi dan kini keadaannya masih kritis karena pendarahan di otaknya sudah meluas sehingga kami membutuhkan waktu untuk membersihkannya. Namun jangan khawatir Tuan Hogo, cucu anda akan baik baik saja. Operasi patah tulang di kaki dan tangannya juga sudah mulai membaik. Kita tunggu saja pemulihan setelah operasi besar kali ini" jelas dokter.
"Baik, Dok. Lakukan yang terbaik untuk cucu saya" ujar Hogo.
"Jika Tuan berkenan, ketika kondisi pasien sudah sadar dan cukup mampu untuk dilakukan transfer, mungkin kita akan mengurus perpindahan pasien ke rumah sakit lebih besar di Paris atau London" ucap dokter.
"Tidak perlu kesana, aku akan membawa Theo di rumah sakit keluarga Fernandes di Italia" sahut Hogo.
"Baiklah jika tuan berkeinginan seperti itu. Yang perlu kita pastikan terlebih dahulu kondisi pasien sudah baik baik saja nanti sebelum dilakukan transfer rumah sakit" ujar dokter.
Setelah penjelasan dokter diterima oleh Hogo, para dokter pun kembali ke ruangan mereka sedangkan pasien masih didalam ruang operasi karena harus dilakukan tindakan pasca operasi disana.
Hogo kembali menunggu Theo didepan ruang operasi. Menunggu selama 30 menit akhirnya, Theo keluar ruangan operasi dengan tidak sadar.
"Kami akan observasi pasien di ruangan ICU premier lalu besok pagi akan kami pindahkan ke ruang rawat inap VVIP yang sudah disiapkan" jelas seorang perawat.
"Tuan bisa istirahat dulu di ruang rawat VVIP tersebut untuk menjaga stamina tubuh" lanjut perawat yang sudah terlihat senior itu.
"Baik..baik..sus" sahut Hogo menurut karena sebenarnya ia merasa sangat lelah.
Diusia 80 tahun, ia sudah lebih mudah letih lesu dan lelah apalagi setelah ditinggal oleh istrinya pergi untuk selama lamanya beberapa tahun lalu. Kehidupannya seperti tak bersemangat.
Namun setelah mengetahui info bahwa cucunya masih hidup, Hogo begitu semangat kembali untuk bertemu dengannya.
Tapi naas, pertemuan pertama mereka terjadi di rumah sakit. Hari itu malam natal, Hogo nekat ingin menemui keluarga Galio di rumah sakit karena ingin berbicara baik baik dengan Herjunot.
Malah Hogo mendengar pembicaraan pria itu untuk mencelakai cucunya. Langsung saja, Hogo mengejar Theo yang mengendarai motor menuju Locronan untuk menyelamatkannya.
Usaha Hogo pun terlambat saat didepannya melihat sebuah truk berusaha kabur setelah menabrak Theo.
Dan rencana tabrak lari itu ternyata sudah disiapkan oleh anak buah Herjunot dan sepertinya memang Theo dibiarkan di jalanan dalam kondisi hujan salju.
Hogo langsung memanggil ambulance untuk datang setelah kecelakaan itu terjadi. Ia tidak bisa membawa Theo langsung kembali ke Italia dalam kondisi buruk seperti ini.
Saat ambulance datang, Hogo langsung membayar petugas ambulance dan perawat yang bertugas untuk memalsukan identitas Theo dengan mencari korban tabrak lari lainnya dirumah sakit.
Dan entah kebetulan seperti apa ini, saat sampai dirumah sakit ternyata ada 2 jenazah pria yang tewas tanpa identitas jelas dan wajah mereka sudah tidak dikenali karena ternyata korban tabrak lari juga. Akhirnya, Berto dan Bento ditugaskan untuk memilih siapa yang bisa dijadikan pengganti Theo dengan kemiripan fisik yang mendekati.
Setelah ditentukan, mereka berdua bersama perawat yang sudah dibayar benar benar membuat jenazah tanpa identitas itu terlihat mirip seperti tubuh Theo hingga tanda lahir di bahu kanannya pun direkayasa semirip mungkin.
Tapi Hogo juga menugaskan kepada kedua ajudan serta perawat yang ia bayar, untuk memastikan identitas jenazah itu. Ia tidak mau menanggung beban moral jika ternyata jenazah itu memiliki identitas dan saat ini sedang dicari oleh keluarganya.
Setidaknya Hogo ingin tau siapa jenazah yang ia gunakan sebagai pengganti Theo.
