NovelToon NovelToon
Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

"Jadi kamu melangsungkan pernikahan di belakangku? Saat aku masih berada di kota lain karena urusan pekerjaan?"

"Teganya kamu mengambil keputusan sepihak!" ucap seorang wanita yang saat ini berada di depan aula, sembari melihat kekasih hatinya yang telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bahkan dia berbicara sembari menggertakkan gigi, karena menahan amarah yang menyelimuti pikirannya saat ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Pagi itu. Seorang wanita cantik, berkulit putih, berambut panjang dan sedikit bergelombang. Memakai celana panjang warna pink, baju dalaman putih, dan blazer pink yang bling-bling senada dengan celananya. Dia juga tengah menenteng tas putih kecil, tidak lupa dengan perhiasan dan kacamata simpel, yang semakin menunjang penampilannya. Wanita itu sedang berjalan menyusuri perusahaan Gavin.

Beberapa pasang mata tertuju pada wanita tersebut yang berjalan dengan elegan, terlihat sangat bersinar dan memberikan suasana berbeda di kantor tersebut. 

Tok.

Tok.

"Ya, silakan masuk," ucap Gavin yang masih terus fokus pada laptopnya pagi itu.

"Apa aku boleh langsung masuk?" tanya Mery, dia saat ini masih berdiri di ambang pintu. Gavin menoleh ke arah sumber suara dan tertegun, dia mendapati ada wanita yang sangat cantik di sana.

"Mery," ucap Gavin. Gavin pun segera menutup laptopnya dan bangkit dari kursi. Segera dia berjalan menuju ke sofa.

"Masuklah Mery," ucap Gavin. Mery masuk dan menutup pintu, serta menghampiri Gavin di sofa.

"Ada gerangan apa wanita secantik ini datang ke kantorku? Apa kamu ingin mengantarkan bekal untuk suamimu?" tanya Gavin, yang saat ini melihat Mery memang sedang menenteng tas putih bling-bling dan juga tas bekal di tangan yang lain.

"Tidak, aku membawa bekal ini untukmu," ucap Mery sembari meletakkan tas bekal tersebut di atas meja.

"Kenapa membawakannya untukku? Kamu tidak sedang mencoba membuat suamimu cemburu kan?" goda Gavin.

"Dia tidak akan cemburu padaku," ucap Mery dengan tenang.

Melihat ekspresi Mery yang datar, Gavin pun tidak ingin melanjutkan candaannya lagi. "Baiklah, terima kasih karena sudah membawakan Aku bekal makan siang," ucap Gavin yang dengan senang hati menerima kotak bekal tersebut.

"Gavin, apa aku bisa minta tolong padamu?" tanya Mery tanpa basa-basi.

"Tentu saja bisa, dengan senang hati aku akan membantumu," jawab Gavin tanpa ragu.

"Aku ingin bekerja di kantormu," ucap Mery.

"Bagus, aku setuju. Siapa yang akan menolak Mery dari grup nomor satu di dunia bisnis. Akan sangat terhormat sekali, jika kamu bisa bekerja di kantorku," ucap Gavin dengan bangga.

"Biasa saja sih, kemampuanku juga masih seperti itu, masih standar," ucap Mery mencoba merendah.

"Apa kamu sudah bilang pada suamimu, kalau kamu ingin bekerja disini?" tanya Gavin.

"Tidak, biarkan nanti dia akan tahu sendiri," jawab Mery.

"Apa tidak akan menjadi pertengkaran atau kesalahpahaman, jika kamu seperti itu?" tanya Gavin yang terlihat mengkhawatirkan hubungan suami istri tersebut.

"Tidak akan, kamu tenang saja. Aku sudah mengenal sifat Arya," jawab Mery.

"Secepat itu?" tanya Gavin dengan terkejut.

"Hmb." Mery hanya mengangguk tipis.

"Baguslah kalau begitu. Kapan kamu bisa mulai bekerja?"

"Lalu kamu ingin posisi apa di perusahaan ini?" cecar Gavin.

"Gavin, sebelumnya aku ingin mengatakan sesuatu." Mery menghentikan ucapannya. Gavin pun juga terdiam, karena dia tidak bisa menerka apa yang ada di pikiran Mery saat ini.

Mery menarik nafas dalam sebelum mulai berbicara lagi. "Kamu pasti tahu kan, bahwa Arya sudah memiliki pacar sebelum akhirnya menerima perjodohan ini, namanya Hany." Gavin tetap diam, menunggu hingga Mery mengutarakan semuanya.

"Aku tahu bahwa perusahaanmu sering berhubungan dengan perusahaan dimana Hany bekerja. Jadi, aku ingin posisi yang bisa bertemu dengannya, minimal satu kali atau jika bisa, sering bertemu juga tidak apa-apa," jelas Mery yang seketika membuat Gavin mengernyitkan keningnya.

"Apa sebentar lagi akan terjadi perang? Atau... sebenarnya kamu sedang membutuhkan amunisi untuk melancarkan aksimu, sehingga kamu memilih perusahaanku?" ucap Gavin.

"Tidak, tenang saja, aku tidak akan membuat rusuh di perusahaanmu. Aku akan tetap menjaga nama baik perusahaanmu. Aku tidak akan mencampurkan urusan pekerjaan dan personal," ucap Mery.

Gavin mematung, dia terdiam beberapa lama untuk bisa memutuskan. "Arya itu memang benar-benar gila! Sudah dapat istri yang sangat cantik seperti ini, malah disia-siakan,"  monolog Gavin dalam hati.

"Oke, aku percaya padamu. Aku percaya kamu akan bekerja dengan profesional," ucap Gavin yang seketika membuat Mery mengulas senyum tipis.

"Mery." Gavin menghentikan ucapannya, Mery pun segera fokus kembali pada Gavin.

"Aku memang tidak tahu apa yang sedang kamu rencanakan saat ini, tapi satu hal yang harus kamu tahu, bahwa aku dan semua anggota keluarga Arya sangat mendukungmu untuk mempertahankan rumah tanggamu, daripada Arya harus terjebak dalam hubungan toxic dengan Hany. Jadi kamu jangan sungkan jika membutuhkan bantuan dalam bentuk apapun," jelas Gavin. 

"Oke... kamu sudah berjanji ya, aku akan menagihnya suatu saat nanti, kamu tidak boleh menolak saat aku membutuhkan bantuanmu," ucap Mery.

"Tentu saja," sahut Gavin.

"Hmb... jadi sebenarnya sekarang kamu sedang menyogokku dengan bekal makan siang ini?" goda Gavin mencoba mencairkan suasana.

"Tidak, aku tahu kamu pasti akan membantuku. Aku hanya ingin kamu bisa merasakan masakanku saja, minimal satu kali," jelas Mery.

"Aku kemarin memang sempat iri saat hendak mengajak Arya makan siang di kantin, tapi ternyata dia sudah membawa bekal," ucap Gavin.

"Apa kamu melihat bekalnya?" tanya Mery. 

"Tidak, dia baru membuka nasi saat aku sampai di ruangannya," jawab Gavin, Mery pun mengangguk tipis dengan menahan tawa.

"Kalau begitu segeralah kamu menikah juga, agar ada yang membuatkan kamu bekal makan siang," ucap Mery.

"Apa kamu tidak punya adik yang sama cantiknya sepertimu?" tanya Gavin tanpa basa-basi.

"Sayang sekali, aku adalah anak tunggal. Ada satu wanita di rumahku selain aku, yaitu ibuku," jelas Mery yang membuat Gavin seketika mendengus kesal, sementara Mery tertawa di atas penderitaan Gavin.

"Okelah, aku hanya perlu mengatakan hal itu padamu. Aku akan pergi sekarang dan silahkan lanjutkan pekerjaanmu," ucap Mery.

"Hmb, terima kasih sudah berkunjung," ucap Gavin. Mery segera beranjak dan pergi dari ruangan Gavin, setelah sebelumnya mereka berdua saling berjabat tangan.

Arya tidak mengetahui kedatangan istrinya di kantor, karena dia sangat sibuk sekali dengan pekerjaannya yang menumpuk beberapa hari, sehingga dia mengurung dirinya di dalam ruangan dengan banyak tumpukan berkas.

***

Kriiing ...

Saat baru saja Mery masuk ke mobil, ponselnya berdering. Mery melihat layar ponselnya tersebut yang menunjukkan nama Ayah Handoko. Mery pun menarik nafas panjang dan segera menggeser tombol hijau di layar ponselnya. "Iya Ayah, ada apa?" tanya Mery sembari menempelkan ponselnya di telinga kiri.

"Apa semua baik-baik saja Mery?" tanya Ayah Handoko yang terdengar begitu perhatian kepada menantunya.

"Baik Ayah, semua berjalan dengan baik-baik saja," jawab Mery.

"Apa Arya tidak pernah menghubungi atau menemui wanita itu?" tanya Ayah Handoko.

"Sejauh ini tidak Ayah, atau mungkin belum sempat saja, karena Arya juga beberapa hari ini pekerjaannya menumpuk. Lebih- lebih aku juga sering membuatnya sibuk di rumah, jadi setelah pulang kerja, dia selalu aku sibukkan, sehingga membuat dia lelah dan segera tertidur," jelas Mery.

"Baguslah kalau seperti itu. Kamu harus menjaga Arya dengan baik, jangan biarkan dia bertemu dengan wanita itu lagi, bahkan sekalipun!" tegas Ayah Handoko.

"Iya Ayah, Ayah tenang saja. Aku sudah mengerti," jawab Mery.

"Baguslah kalau kamu sudah mengerti maksud Ayah. Ayah berharap, kamu bisa bertahan di sisi Arya selamanya. Karena ayah tahu, kamu adalah wanita yang terbaik untuknya. Satu lagi, jangan sungkan jika kamu membutuhkan bantuan Ayah, hubungi saja Ayah kapanpun. Ayah akan siap," ucap Ayah Handoko dengan antusias.

"Iya Ayah, nanti Jika ada hal yang tidak bisa aku atasi, aku akan menghubungi Ayah. Jadi Ayah jangan terlalu khawatir, Ayah pikirkan saja pekerjaan Ayah dan juga kesehatan Ayah," ucap Mery yang begitu perhatian. Obrolan pun berakhir disana, Mery segera meletakkan lagi ponselnya di kursi sebelah, kemudian dia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Karena Arya kemarin mengatakan bahwa dia harus menghabiskan waktunya untuk perawatan kecantikan. Maka dari itu, pagi tadi sebelum Arya berangkat bekerja, Mery menyempatkan meminta uang agar bisa melakukan perawatan di klinik kecantikan.

***

"Dia belum tahu saja bagaimana perangai Mery, jangan sampai membuat Mery kecewa," ucap Kayla yang merupakan sahabat Mery. 

Saat ini mereka berdua tengah melakukan perawatan di klinik dokter kecantikan bersama, karena memang sebelumnya mereka sudah membuat janji. Mery pun segera menceritakan keadaan rumah tangganya pada Kayla, agar bebannya sedikit berkurang.

"Jangan berkata seperti itu, seakan aku adalah wanita yang paling jahat saja," ucap Mery.

"Tenang saja, kamu tidak jahat, kamu hanya memposisikan dirimu pada posisi yang tepat. Tentu saja kita sebagai wanita jangan bodoh. Dengan kamu bertingkah seperti itu, maka kamu tidak perlu lagi susah-susah memasak di dapur, dapur kan bau bawang, iyuuuuuh…"

"Suamimu yang akan membeli makanan saat malam hari. Uang belanja yang diberikan padamu selama satu bulan pun akan sisa banyak, dan lagi dia juga menyuruh perawatan, gimana dong? Bukankah uangnya nanti akan habis oleh istrinya sendiri."

"Bagaimana jika nanti pacarnya itu datang sebagai pelakor? Bukankah dia nanti tidak akan mendapatkan sisa uang dari Arya?" ucap Kayla yang sangat setuju sekali dengan keputusan sahabatnya. Mery menoleh sejenak dan menaik turunkan alisnya dengan bangga.

"Memang itu tujuanmu kan? Kamu akan menghabiskan uang suamimu, agar uang suamimu tidak sampai ke wanita lain," imbuh Kayla.

"Kenapa kamu sangat pintar sekali sih menganalisa semua cerita-ceritaku," ucap Mery. Meskipun Mery belum tahu bahwa Arya sudah mengirim buket bunga yang besar untuk Hany, tapi dia sudah merencanakan semuanya. Mery tidak ingin rugi begitu saja, dia akan menghabiskan uang Arya untuk keperluannya sendiri, agar uangnya tidak sampai digelontorkan pada wanita lain. 

"Apalagi rencanamu setelah ini? Apa kamu tidak sakit hati dengan suamimu yang terus memikirkan wanita lain itu?" tanya Kayla.

"Tenang saja, aku masih punya waktu 2 tahun. Aku akan menumpuk banyak aset dan aku akan bercerai dengan tidak menyesal," ucap Mery.

"Dua tahun seperti waktu yang singkat, tapi jika kamu berjalan dengan terarah dan penuh dengan rencana, maka semua akan berjalan dengan baik," ucap Kayla.

"Tentu saja, siapa suruh aku ajak bercerai tidak mau, ya dia harus menerima segala resikonya dong," ucap Mery sembari mengedipkan salah satu matanya.

"Sepertinya aku harus banyak belajar dari kamu," gumam Kayla yang suaranya masih bisa didengar oleh Mery.

Kriiing ...

Ponsel Mery berdering, kali ini yang menghubungi adalah orang tuanya sendiri. "Sebentar, aku akan menerima panggilan dulu," ucap Mery pada Kayla. Kayla pun segera mengangguk dan memejamkan mata, agar bisa rileks sembari dokter kecantikan terus memberikan treatment pada wajahnya.

"Halo Ma," sapa Alexander setelah dia menempelkan ponsel di telinga kanannya.

"Apa kamu baik-baik saja Nak?" tanya Mama Erika, yang merupakan Mama kandung Mery.

"Baik Ma." Mery segera menggeser ponselnya agar bisa melakukan video call dengan mamanya.

"Ada dimana kamu?" tanya Mama Erika.

"Aku sedang melakukan perawatan di klinik kecantikan bersama Kayla." Mery menggeser sejenak kameranya dan menunjukkan Kayla yang tengah tidur di matras sebelahnya.

"Baguslah, habiskan waktumu untuk perawatan, agar kamu tidak stress memikirkan suamimu itu," ucap Mama Erika.

"Kenapa aku harus stres Ma...?" tanya Mery dengan nada manja.

"Bukankah sebelum menikah kamu sudah stres, karena dia tidak bekerja sama dan tidak mau bertemu untuk mempersiapkan pernikahan kalian berdua?" tanya Mama Erika yang terdengar khawatir.

"Tenang saja Ma, semua sudah Mery urus dengan baik. Sekarang suami Mery sudah tunduk pada Mery," jawab Mery dengan bangga.

"Benarkah? Apa yang kamu lakukan? Apa kamu bermain di ranjang yang panas dengannya?" cecar Mama Erika dengan nada berbisik, tapi tetap saja masih terdengar oleh orang lain.

"Mama! Aku ini sedang berada di klinik. Kenapa Mama berkata demikian?" tanya Mery yang sedikit malu dan wajahnya mulai merah.

"Memangnya kenapa? Kamu kan sudah menikah, orang menikah itu memang harus melakukan hubungan, agar bisa mempunyai keturunan," jelas Mama Erika.

Terlihat bahwa Kayla tersenyum di samping Mery saat mendengar percakapan mereka berdua. "Ada apa Mama meneleponku?" tanya Mery yang berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Tidak apa, Mama hanya ingin mendengar kabarmu saja. Mama takut kalau kamu tersiksa dengan pernikahanmu. Tidak tahunya kamu sudah pintar," jawab Mama Erika.

"Tentu saja aku pintar, anak siapa dulu dong," ucap Mery yang membuat Mama Erika memicingkan matanya.

"Baguslah kalau begitu, jika ada apa-apa telepon Mama ya… Mama akan siap membantu," ucap Mama Erika dengan antusias.

"Oke Ma, siap," jawab Mery. Mama dan Mery segera melambaikan tangan dan mengakhiri obrolan.

"Jangan-jangan kamu belum melakukannya?" ejek Kayla tepat setelah Mery memutus panggilan. Mery hanya terdiam.

"Jadi benar kamu belum melakukannya? Kenapa? Apa suamimu impoten? atau jangan-jangan... suamimu tidak suka wanita," cecar Kayla yang juga membuat dua karyawan klinik mengulas senyum.

"Dia mempunyai pacar, seorang wanita yang juga cantik bernama Hany. Mereka berdua sudah menjalin hubungan selama 7 tahun. Apa kamu pikir dia penyuka sesama jenis?" tegas Mery.

Kayla mengernyitkan keningnya. "Emb... apa mungkin dia sudah puas melakukan dengan pacarnya?" Mery segera menarik masker wajah yang dia kenakan dan melemparkannya pada Kayla.

"Diamlah! Sebentar lagi aku akan berhasil merayunya dan membuatnya mau berhubungan denganku. Saat itu tiba, kamu akan tahu bahwa dia memilihku, bukan memilih pacarnya," ucap Mery dengan nada kesal.

 "Oke, kita taruhan saja agar lebih menyenangkan." 

"Lakukan semua itu dalam tiga hari," ucap Kayla.

"Berapa taruhannya?" tantang Mery.

"Jika kamu berhasil melakukannya dalam 3 hari, aku bersedia menjadi pembantu di rumahmu. Siapa tahu aku juga berhasil merayunya," goda Kayla.

"Jangan harap!" tegas Mery.

"Kenapa kamu jadi marah, kita kan bisa memakainya ramai-ramai. Bukankah sebelumnya kamu sangat tidak setuju dengan perjodohan ini?" tanya Kayla yang seketika membuat Mery terdiam. Memang sebelumnya Mery sangat menentang perjodohan ini, tapi setelah dia tahu bahwa orangnya adalah Arya, dia pun menjadi sangat antusias.

Kayla memperhatikan mimik wajah Mery dengan penuh curiga, karena sepertinya Mery tengah menyembunyikan sesuatu darinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!