MENIKAHI PERAWAN TUA (IBU ANGKAT ANAKKU)
Sejak usianya 23 tahun Adira memutuskan mengadopsi seorang bayi yang dibuang di daerah tempat tinggalnya.
Keputusan yang tak mudah tetap Adira lakukan karena merasa senasib dengan sang bayi, dua hari setelah bayi itu ditemukan orang tua Adira meninggal karena kecelakaan tragis.
Sama-sama hidup seorang diri Adira membawa pergi bayi tersebut untuk memulai hidup baru, membesarkan bayi itu seperti anaknya sendiri.
Hingga tujuh tahun kemudian ayah dari bayi yang telah ia besarkan tersebut datang dan berniat membawa sang anak pulang.
Sanggupkah Adira berpisah dengan putra angkatnya?
Instagraam: @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Ketika sampai di lantai atas Adira berpapasan dengan sang sekretaris Presdir, perempuan tersebut nampak hendak pulang karena terlihat membawa tas kerjanya.
Mereka saling melempar senyum dan bercakap sebentar.
"Lho, mbak Asri pulang sekarang? Bukannya biasanya harus menunggu Presdir selesai bertugas dulu?" Tanya Adira heran.
"Hmm... Tadinya aku juga berpikir begitu, tapi tiba-tiba saja Presdir meminta ku langsung pulang" jelas Asri mengedikkan bahu.
Adira manggut-manggut sebagai tanggapan, meskipun firasatnya mengatakan ada hal aneh dari sikap si Presdir.
"Presdir sudah menunggu mu dari tadi, sebaiknya segeralah masuk!"
"Baiklah, aku akan masuk sekarang"
Adira pun melanjutkan kembali langkahnya, ia mengetuk pintu terlebih dahulu sebagai bentuk kesopanan, setelah ada perintah masuk Adira lantas membukakan pintu.
Setelah menutup pintu Adira bisa melihat jika bos nya tengah duduk sambil membelakangi dirinya. Adira lantas menyeret kakinya beberapa langkah hingga berdiri tepat di depan meja kerja sang Presdir.
"Permisi, pak! Saya sudah datang, ada yang bisa saya bantu?" Seru Adira dengan sopan.
Seketika pria berjas itu membalikkan tubuhnya, kini ia bisa melihat wanita cantik yang selama ini ia incar-incar.
"Hallo Adira, tidakkah kamu merindukan saya?" Sahutnya diiringi senyum miring sambil menatap aneh pada Adira.
Adira tetap bersikap tenang, meski ucapan bos nya terdengar menggelikan gendang telinga. Adira tersenyum kecut penuh keterpaksaan, ia harap bos nya ini tidak membuang-buang waktu hanya dengan gombalan busuknya tersebut.
"Maaf pak, tadi saya mendapat telepon dari sekretaris anda dan mengatakan jika anda memanggil saya karena ada urusan. Boleh saya tau urusan apa, pak?" Jawab Adira tanpa menanggapi pertanyaan pria berbadan gempal didepannya.
"Oh ayolah Adira, santai saja. Ini sudah bukan jam kerja lagi, tentu urusan tersebut bukan soal pekerjaan" cakap lelaki bernama Hans.
"Maaf pak, maksudnya bagaimana ya?" Adira tak mengerti, otaknya dibuat berputar-putar dengan hal yang tidak penting ini.
"Ini urusan hati, Adira. Apa kamu masih belum mengerti?? Sudah berbulan-bulan saya pergi ke luar negeri dan tidak bisa melihat wajah kamu yang cantik ini, pesan saya pun tidak pernah kamu balas, kerinduan saya semakin besar setiap harinya Adira" ungkap Hans yang terkesan lebay bagi Adira, bos gempalnya ini memang terlihat sangat sangat mengagumi Adira, bagaimana tidak Adira adalah tipe wanita yang terbilang sempurna, tak ada laki-laki yang tidak menyukainya termasuk sang atasan, dengan jabatan yang ia miliki Hans yakin jika Adira akan luluh padanya.
Namun dugaannya justru melenceng, Adira sama sekali tidak pernah membalas semua perhatiannya, bahkan sangat acuh dan tak nampak tertarik dengan semua tawaran Hans.
"Maaf pak jika bukan soal pekerjaan saya tidak bisa berlama-lama, saya harus pulang. Permisi..." Adira memilih berbalik untuk keluar dari ruangan yang terasa pengap baginya.
Namun ketika Adira memutar handel pintu, pintu tersebut terkunci dan tak mampu Adira buka. Sontak Adira menatap tajam pada lelaki yang kini tengah tersenyum licik.
"Saya tau ini pasti kerjaan anda, tolong buka pintunya pak" tegas Adira.
Bukannya takut Hans justru tertawa puas.
"Punya hak apa kamu mengatur saya? Suka-suka saya mau melakukan apa, toh ini ruangan saya" tolak Hans mengacuhkan permintaan Adira.
"Saya tegaskan sekali pak, tolong buka pintunya! Saya sudah berusaha sopan pada anda" pinta Adira bergemuruh.
Hans malah menunjukkan sebuah benda yang tak lain adalah kunci otomatis, menggelantungkan benda tersebut seolah memancing emosi Adira.
"Kamu mau saya bukakan pintunya? Hmm?"
Adira tak menjawab, hanya menatap bos nya dengan tatapan menghunus.
"Boleh saja, asal kamu bisa memenuhi keinginan saya" tutur Hans berkalimat ganda.
Kini perasaan Adira menjadi semakin tidak enak, apalagi ketika Hans berdiri dan berjalan ke arahnya, Adira semakin menempel ke pintu dengan wajah was-was.
"A-apa yang mau anda lakukan?!!"
Seringai mengiringi langkah Hans.
"Tentu saja aku ingin dekat dengan wanita pujaan ku ini" ujarnya membuat Adira semakin dibuat ketakutan.
"Tolong jangan mendekat!!" Pintanya lantang.
"Kamu tidak berhak menyuruh-nyuruh saya Adira! Disini saya atasan mu!!"
Hans semakin berada di dekat Adira, kini mereka hanya beberapa meter saja, Adira bisa merasakan hawa aneh ketika pria itu mendekat.
"Saya bilang jangan mendekat!!!" Teriak Adira tak bisa menyembunyikan ketakutannya.
Namun Hans justru menarik lengan Adira membuat perempuan itu seketika memberontak.
"Lepas!!! Lepaskan saya....!!"
"Diam!!! Jangan sok sok-an jual mahal kau...! Aku tau kau juga sama seperti jalangg-jalangg diluar sana"
Jedarrr!!!
Mendengar itu Adira terlihat syok mendengar dirinya yang disamakan dengan perempuan malam, emosinya semakin menjadi-jadi! Adira bahkan memukul badan besar berlemak itu tanpa mempedulikan lagi jika lelaki itu adalah atasannya.
"Lepas...!!! Dasar kau lelaki mesum...! Menjauh darikuuuu!!!"
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Tapi sepertinya pukulan Adira hanya terasa seperti sapuan belaka, Hans malah terlihat semakin bergairah ketika tangan Adira menyentuh dadanya.
"Rupanya kau tau siapa aku! Baguslah... Aku tidak perlu menutup-nutupi nya lagi, aku ingin tubuhmu sekarang juga!"
Deg!
Adira terbelalak mendengar pengakuan Hans, pria ini benar-benar bejadd dan tak tau malu...!! Adira harus segera lepas dari lelaki ini, ia harus segera keluar dan mendapatkan kuncinya!
"Jangan harap!! Lepasss..... Aku bisa melaporkan kauu!"
"Diam!! Aku tau orang tuamu sudah meninggal, kan?? Mau meminta bantuan pada siapa hah?!! Kau hanya gadis lemah sebatang kara sekarang"
Adira makin sakit mendengarnya, harganya dirinya benar-benar dijatuhi dan diinjak-injak.
"Anda memang brengsekkk....!! Jangan membawa-bawa orang tua saya dan berhenti menganggu hidup saya!! Saya sudah muak dengan anda, lepaskan saya...."
Hans sebisa mungkin menahan pergelangan tangan Adira sampai wanita itu kehabisan tenaga barulah ia bisa melancarkan aksinya.
"Ya! Aku memang brengsekk karena terlalu mengharapkan tubuh indah mu" aku Hans.
Namun ditengah-tengah pertengkaran itu Adira mendapatkan ide yang Adira yakini dapat membawanya lolos dari si gempal ini.
"DASAR BAJINGANNNN......!"
BUGHHHH!!
"Argghhhhhhh......!!!!"
Adira menendang sesuatu ditengah-tengah paha pria didepannya, seketika membuat pegangan tangan Hans terlepas, dengan segera pria itu memegangi bagian inti tubuhnya yang terasa amat sakit akibat tendangan Adira.
"Kauuu....! Beraninya kau menendangnya!!!"
Adira mencoba memulihkan pikirannya lagi, cepat-cepat Adira berlari ke arah meja kerja dan membuka laci dimana kunci otomatis itu berada.
"Hei! Jangan mencoba membuka laci itu... Aku peringatkan kau!!"
Namun Adira lebih dulu mendapatkan kuncinya, sekali tekan tombol kunci, pintu langsung bisa dibuka.
Dan saat itu juga Adira berlari keluar meninggalkan bos nya yang berteriak-teriak memanggil nama Adira.
"ADIRA...."
"ADIRAAAAAAAAA....!!!!"
"AWAS KAU!!"