Fandi, seorang mahasiswa jurusan bisnis, memiliki kemampuan yang tak biasa—dia bisa melihat hantu. Sejak kecil, dia sudah terbiasa dengan penampakan makhluk-makhluk gaib: rambut acak-acakan, lidah panjang, melayang, atau bahkan melompat-lompat. Namun, meskipun terbiasa, dia memiliki ketakutan yang dalam.
BENAR! DIA TAKUT.
Karena itu, dia mulai menutup matanya dan berusaha mengabaikan keberadaan mereka.
Untungnya mereka dengan cepat mengabaikannya dan memperlakukannya seperti manusia biasa lainnya.
Namun, kehidupan Fandi berubah drastis setelah ayahnya mengumumkan bahwa keluarga mereka mengalami kegagalan panen dan berbagai masalah keuangan lainnya. Keadaan ekonomi keluarga menurun drastis, dan Fandi terpaksa pindah ke kos-kosan yang lebih murah setelah kontrak kos sebelumnya habis.
Di sinilah kehidupannya mulai berubah.
Tanpa sepengetahuan Fandi, kos yang dia pilih ternyata dihuni oleh berbagai hantu—hantu yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga sangat konyol dan aneh
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DancingCorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34 : Akhirnya Pulang
Hantu itu mendongak sedikit, ekspresinya masih angkuh.
"Tentu saja," katanya dengan nada seperti seorang guru yang bicara pada murid bodoh. "Aku sudah mengajarkannya banyak hal. Sejarah, ilmu pengetahuan, filsafat, matematika… Sesuatu yang jauh lebih berharga daripada dunia fana kalian."
Fandi melirik Dimas yang masih terisak, matanya sayu karena kelelahan. Dia terlihat seperti mahasiswa yang baru saja menjalani ujian bertubi-tubi tanpa tidur.
Fandi menghela napas. "Oke, gue ngerti sekarang." Dia menatap Antonio, hantu itu sambil bersedekap. "Jadi lo ini semacam... dosen killer, ya?"
Arief nyaris tersedak, sementara Raka benar-benar menampar dahinya sendiri.
Antonio menegang, matanya menyipit penuh kebencian. "Apa yang baru saja kau katakan?"
"Dosen killer," ulang Fandi santai. "Lo suka ngasih tugas susah, gak peduli kesehatan murid, terus kalau muridnya mau berhenti, lo paksa buat tetap belajar." Dia menunjuk ke arah Dimas yang hampir rubuh. "Lihat, murid lo udah mau tumbang. Lo gak kasihan?"
Antonio mendengus, wajahnya semakin tegang. "Pengetahuan adalah kekuatan. Muridku harus kuat untuk memahami dunia ini."
"Lo ngajarin dia sampai begadang gak tidur berhari-hari," kata Raka tajam. "Ini mah bukan pendidikan, ini penyiksaan!"
Arief ikut mengangguk. "Lo tahu gak, di dunia nyata ada aturan tentang hak mahasiswa? Lo harusnya dikasih surat peringatan nih."
Antonio semakin berang, auranya menekan mereka. "Aku tidak perlu mendengar ocehan kalian!"
Namun sebelum dia bisa bergerak, Fandi mengangkat tangannya.
"Oke, oke, tenang. Gini aja deh, kalau lo ngotot mau Dimas jadi murid lo selamanya, kenapa kita gak bikin ujian akhir aja?"
Antonio tampak ragu. "Ujian?"
Fandi mengangguk. "Iya, ujian. Kalau Dimas lulus, berarti dia sudah gak perlu belajar lagi sama lo. Tapi kalau dia gagal… ya, terserah lo mau ngapain."
Mata Antonio menyala dengan ketertarikan. "Menarik. Baiklah."
Raka dan Arief menoleh kaget ke Fandi. "Lo gila?!"
Fandi hanya menyeringai. "Tenang aja. Kita punya senjata rahasia."
Dia menepuk bahu Dimas yang masih linglung. "Siap, Dim?"
Dimas mengerjapkan mata, masih agak bingung. "... Siap apaan?"
Fandi tersenyum penuh percaya diri. "Siap ujian. Gue bakal bantu Lo, dan setelah itu, kita bisa keluar dari sini." Suaranya lembut dan menenangkan.
Dimas terdiam sejenak. Kemudian dia menarik napas panjang. Tangisannya berhenti dan dia melihat dengan tegas. "... Baiklah, ayo."
Fandi pertama berbalik, dia mengeluarkan kertas dan menempelkan kertas pada pena antik yang awalnya menjadi wadah hantu itu. Lalu meletakkannya kembali ke dalam sakunya seolah tidak terjadi apa-apa.
Fandi berdiri di belakang Dimas, tangannya masuk ke dalam saku menyentuh pena tersebut.
"Baiklah," kata Antonio dengan suara elegan. "Kita akan bertanding dalam 10 ronde: 3 soal pengetahuan umum, 3 sejarah, dan 4 matematika."
Fandi menyeringai. "Tantangan diterima." Lalu dia menepuk bahu Dimas menenangkan.
Babak 1: Pengetahuan Umum
Antonio mulai bertanya. " pertanyaan pertama, Sebutkan unsur paling melimpah di alam semesta!"
Fandi berbisik di belakang Dimas, "Hidrogen."
"Hidrogen," kata Dimas dengan percaya diri.
Antonio menyipit. "Baiklah, itu benar. Pertanyaan kedua, Apa ibu kota Kazakhstan?"
Fandi terdiam, "Astana…"
Dimas membuka mulutnya, tapi Fandi menepuk bahunya pelan. "Nur-Sultan." Bisiknya.
Dimas mengangguk, "Nur-Sultan."
"Benar lagi." Antonio malihat dengan tidak senang. "Siapa penulis Don Quixote?"
Dimas : ....
Pertanyaan apa itu.
Tapi Fandi segera berbisik, "Miguel de Cervantes." Dan Dimas mengulanginya.
Antonio mengangguk, "luar biasa, kamu benar lagi."
Fandi memiliki senyum aneh di wajahnya. Tentu saja dia akan benar. Dia memiliki kecurangan di tangannya.
Babak 2: Sejarah
Antonio memejamkan, berpikir sebentar. "Baiklah, siapa Kaisar Romawi pertama?"
Dimas segera menjawab tanpa bantuan Fandi, "Augustus." Dia mengerti hal ini karena dia sering bermain game perang di komputernya.
Antonio mengangguk, "Benar. Kapan Perang Dunia I dimulai?"
Dimas kembali menjawab, "1914."
Raka dan Arief saling memandang. "Gue rasa Dimas jurusan Informatika deh." Bisik Arief.
Raka mengangguk, "Emang. Tapi kok dia tau sejarah dunia gini."
"Yakin dia nggak salah jurusan, Rak?" Tanya Arief lagi.
Raka mengangkat bahunya, "semoga aja, udah hampir lewat semester 5. Sia-sia banget kalau ternyata salah jurusan."
Arief mengangguk.
Antonio melanjutkan, "Siapa presiden Indonesia yang menjabat sebelum Soeharto?"
Dimas mengerutkan kening, "Soekarno."
"Kurang tepat." Antonio menyeringai.
Fandi segera berbisik, "Soekarno, Syafruddin Prawiranegara, Assaat." Dan Dimas mengulanginya.
"Benar." Kata Antonio dengan ragu. Jelas dia tidak menyangka kalau Dimas bisa menjawab pertanyaan itu.
Babak 3: Matematika
"Mari kita mulai yang mudah." Kata Antonio. "Hitung 256 ÷ 8!"
Dimas mengangguk, "32."
Antonio mengangguk, "Berapakah akar kuadrat dari 144?"
Dimas menjawab dengan ringan, "12."
"Benar." Antonio kemudian tersenyum licik. "Jika x + y \= 10 dan x - y \= 4, berapa nilai x dan y?"
Dimas mengerutkan kening, dia menunduk untuk menghitung, tapi Antonio menghentikannya. "Tidak bisa. Pikirkan saja."
Dimas menghela nafas. Lalu Fandi berbisik."x \= 7, y \= 3." Mata Dimas yang kelelahan bersinar. Dia menjawab seperti yang Fandi katakan.
"Benar." Antonio menjadi tidak bisa berkata-kata.
Antonio berpikir bahwa Dimas mungkin tidak lagi mempelajari rumus matematika SMA. Jadi dia mulai memberi soal terakhir. "Baiklah, hitung luas segitiga dengan alas 10 cm dan tinggi 12 cm."
Dimas menjawab dengan tenang, "60 cm²."
Hasil: Dimas berhasil menjawab semuanya dengan benar.
Setelah pertandingan selesai, Antonio menatap Dimas dengan ekspresi yang sulit dibaca. Ada kekaguman, tapi juga keengganan yang jelas terlihat.
"Luar biasa," gumamnya, suaranya mengandung nada getir. "Aku tidak menyangka kau bisa menjawab semuanya dengan benar."
Dimas berdiri tegak meski tubuhnya masih lelah. Ada binar kepuasan dalam matanya, seolah dia baru saja melewati ujian hidup dan keluar sebagai pemenang.
Fandi melangkah ke depan, berdiri di antara Antonio dan Dimas. Dia menatap hantu itu dengan serius.
"Denger, Antonio," katanya dengan nada lebih tegas. "Dimas masih manusia. Dia nggak bisa terus-terusan di dunia gaib tanpa konsekuensi."
Antonio menyipitkan mata. "Pengetahuan adalah kekuatan. Dia masih bisa belajar lebih banyak lagi."
"Belajar sampai kapan?" sela Raka tajam. "Sampai dia jadi tulang belulang kayak lo?"
Arief ikut menimpali. "Lo bilang dia murid lo, tapi lo nggak peduli sama keadaannya. Itu bukan guru yang baik, Antonio."
Antonio terdiam. Ekspresinya tetap angkuh, tapi aura kelam di sekelilingnya mulai berkurang.
Fandi mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara lagi, kali ini dengan nada lebih tenang.
"Lo bilang Dimas murid lo, kan?" tanyanya. "Kalau gitu, lo harusnya bangga. Dia udah melewati ujian yang lo kasih dengan nilai sempurna."
Antonio menatap Dimas lekat-lekat. Untuk pertama kalinya, ada sesuatu yang mirip dengan kebanggaan di matanya.
"Memang," katanya akhirnya. "Dia telah membuktikan dirinya."
Fandi mengangguk, lalu melangkah lebih dekat. Suaranya lebih lembut tapi tetap penuh keyakinan.
"Lo udah ngajarin dia banyak hal. Tapi sekarang saatnya dia pergi. Guru yang baik tahu kapan harus melepaskan muridnya."
Keheningan menggantung di udara. Antonio terlihat berpikir keras. Kemudian, perlahan, dia menghela napas—meskipun sebagai hantu, dia tidak benar-benar bernapas.
"...Baiklah."
Dimas tersentak. "Sungguh?"
Antonio mengangguk. "Kau telah lulus ujianku, Dimas. Aku tidak akan menahan mu lebih lama lagi."
Aura yang menekan di sekitar mereka mulai menghilang. Udara yang tadinya berat kini terasa lebih ringan.
Fandi menyeringai dan menepuk bahu Dimas. "Tuh, kan? Gue bilang juga apa."
Dimas menghela napas lega, nyaris tertawa karena campuran kelelahan dan kebahagiaan.
Antonio melayang mundur, matanya masih menatap mereka dengan tatapan penuh misteri.
"Kalian boleh pergi," katanya. "Tapi ingat, pengetahuan sejati adalah sesuatu yang tidak pernah benar-benar berakhir."
Lalu, dengan gerakan perlahan, tubuhnya mulai memudar, menghilang ke dalam bayangan.
Dimas menatap kosong ke tempat di mana Antonio tadi berdiri. "Akhirnya, gue pulang."
Fandi tertawa kecil. "Iya, Ayo balik ke kosan."
Dimas tersenyum lemah, lalu mengangguk. Akhirnya dia bebas. Dimas benar-benar merasa telah melewati berhari-hari kerja keras meskipun dia tidak tau betapa lama yang dia habiskan.
maaf jika selama ini ada komen aku yg ga berkenan 🙏🙏🙏
cerita dr kak oThor bagus banget, cuma belom sempet buat baca kisah yg lain🙏🙏🙏 so sorry
eh mbak parti kmrn udh belom ya, sama.yg dia berubah punya sayap hitam 🤔...
Fandy dan yg lainnya msh jomblo, emang sengaja ga dibuatin jodohnya ya kak oThor?
kutunggu sll lanjutan ceritanya 😍🙏🙏
pemilik kos biasanya menyimpan rahasia yg tak terduga... apa iya Bu Asti bukan mnausia?
sosok ini berhubungan dg kehadiran dek Anis jg tayangga ...
siapakah sosok itu? apakah musuh Fandy dr dunia goib?
maaci kak oThor
normal nya liat Kunti ga sampai sedetik udh pingsan ato ga kabur duluan 😀 sereeemmm
tp Krn Arif gengnya Fandy jd beda
sehat-sehat ya kak,🤗
selama ini taunya Kunti itu mm perempuan, dan ada yg bilang ga punya muka...
selama ini jg taunya cuma Kunti bjau putih sama Kunti merah...