NovelToon NovelToon
Desa Terkutuk

Desa Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Kutukan / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada beberapa narasumber yang pernah cerita maupun yang aku alami sendiri.
cerita ini aku rangkum dan aku kasih bumbu sehingga menjadi sebuah cerita horor komedi.
tempat dimana riyono tinggal, bisa di cari di google map.
selamat membaca.
kritik dan saran di tunggu ya gaes. 🙂🙂

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Setan Wanita Berkebaya Merah

1

Tak dapat lagi di pungkiri, ketiga anak baru itu mendapatkan perhatian penuh dari seisi kelas. Bermacam-macam pertanyaan, tapi ga sampai melakukan hal macam-macam.

Bahkan, saat istirahat kelas pun mereka masih di kerumuni para murid bak artis Korea nyasar ke kampung.

Aku pun salah satunya, hehee

Yang menarik perhatianku ya yang pasti si kembar itu lah. Ya dunk, duo cewek kinyis-kinyis. Bagi cowok, kesempatan ini mana mungkin di lewatkan. Ya kan? Ya kan?

Alasan mereka pindah kesini adalah. Kalian masih ingat pondok pesantren yang sedang di bangun itu kan?, Ceritanya di beberapa bab yang lalu kok. Mereka berdua disuruh masuk kesana oleh ustadz Fatkhur Rohman. Bapak mereka. Bisa ditebak juga dimana mereka tinggal saat ini. Di masjid Al-Barokah tentunya.

Setelah puas menghujani mereka berdua dengan pertanyaan. Kini sasaran kami berikutnya sudah pasti dan tidak bukan adalah si Bogel kedua ini.

Ini apa lagi ini.? Apa akan ada tragedi lagi di sini? Semoga saja tidak.

Tragedi dan konflik, cukup sampai dengan Bogel pertama saja. Jangan ada konflik lagi, capek menyelesaikannya. Yah, yang kemarin aja masih belum selesai sih sebenarnya.

Bogel kedua. Atau Galih. Dia tinggal di desa Tebo Utara. Dekat sama bangunan super Gedhe yang ada di sana. Pabrik rokok tepatnya. Kalian juga masih ingat kan sama cerita sebelumnya? Jadi ga perlu di ceritakan lagi ya? Hehee

Alasan dia pindah kesini adalah. Bapaknya menjadi mandor di pabrik rokok itu. Jadi mau ga mau dia ikut pindah kesini.

Kami menceritakan berbagai macam kegiatan di sekolah kami. Mulai dari kegiatan UKS. Sampai kegiatan Pramuka, dan yang pastinya kegiatan kemah yang akhir-akhir ini menjadi primadona bagi anak-anak kelas lima dan enam.

Ok. Kita sudahi perkenalan dengan ketiga tokoh baru ini. Lanjut ceritanya.

2

Sepulang sekolah aku mendapati Mbah Ti ada di rumah. Namun ada yang aneh dengan dia.

Dia bertingkah seperti anak kecil. Berbicara melantur, seperti memanggil ibuku dengan nama ibunya Mbah Ti. Dia tiba-tiba saja pikun. Tidak mengenaliku sama sekali.

“Mak, ayo pulang kerumah Tebo.” Kata Mbah Ti ke ibuku. Dan mereka pun pergi kesana.

Beberapa jam kemudian, mereka berdua datang lagi ke rumahku.

Dia ngajak pulang ke Tebo lagi. Lalu datang kesini lagi. Lagi dan lagi. Sehari mereka bisa bolak-balik sampai sepuluh kali. Ini terjadi hampir setiap hari.

Ibuku yang mengurusnya sampai kewalahan. Sampai sampai tidak sempat untuk memasak makanan untuk keluarganya. Tugas itu di ambil alih sama Mas Andri.

Seminggu lebih kejadian ini terus berulang-ulang, setiap hari. Hingga akhirnya Mbah Ti di panggil sang penguasa alam ini. Pemilik hidup dan mati.

Dia meninggal dunia.

Hari itu juga dia di makamkan. Bukan di pemakan Mulyorejo, tapi pemakan di desa Tebo selatan. Di dekat pembangunan pondok pesantren yang sedang berjalan itu.

Sesak nafas ini saat mengantar dia ke peristirahatan terakhirnya.

Aku masih ingin bercerita dengan ya. Masih ingin makan masakannya. Masih ingin di peluk olehnya. Namun Tuhan telah memanggil hamba terbaiknya lebih dahulu untuk mengisi surganya.

Langkah ini terasa berat, seakan-akan aku memikul beban yang berat. Kepalaku pusing. Penglihatan mataku buram karena penuh air mata. Aku tak kuasa menahan tangisku.

3

Jenazah Mbah Ti sudah di kubur, para pelayat satu persatu meninggalkan makam umum desa Tebo itu.

Di antara semua orang itu. Ternyata teman-temanku juga hadir semuanya.

Bahkan Bogel kedua pun ikut hadir, dia mengucapkan belasungkawa kepadaku. Memeluk bahuku, mencoba untuk menguatkan hatiku ini.

‘BLAR!’. Petir menyambar cukup dekat. Dan hujan mulai turun. Alam seolah ikut menangis bersamaku. Lebay deh.

Udin, Dika, Angga, Efi, Bogel kedua, dan sikembar Aisyah dan Ismi, mereka masih menemaniku walau hujan lebat telah tiba.

Aku masih belum mau beranjak dari sini. Aku masih mau menemani Mbah Ti lebih lama lagi. Aku, aku,...

Pikiranku kosong, aku seolah berjalan tanpa arah. Yang pasti. Teman-temanku masih menemaniku, mereka sahabat sejati ku. Semoga Bogel kedua tidak menjadi seperti Bogel pertama.

4

Saat aku sadar dari lamunanku tadi. Sekarang aku berada di dekat pembangunan pondok pesantren yang kemarin aku datangi bersama Mas Andri.

Entah kenapa pula. Seolah ada yang memanggilku, aku berjalan ke arah belakang bangunan itu.

Aku menuju sumur tua yang ada di sana. Sekilas, aku seperti mengenali tempat itu. Seolah aku pernah kesana.

Dan entah kenapa saat aku berada disana darahku seakan mendidih. Amarah yang bergejolak tiba-tiba memenuhi diriku.

Aku melihat sekelilingku, teman-temanku berbicara. Namun suara mereka tidak terdengar sama sekali. Bahkan hujan lebat ini pun seolah-olah tidak bersuara.

Semua bagaikan film bisu. Berputar lambat tanpa suara.

Erni tiba-tiba muncul dari belakang teman-temanku. Dia berlari, melesat sangat cepat ke arahku. Kupikir begitu.

Tapi, dia menabrakku, namun tembus begitu saja. Seperti menebus udara kosong. Dia melesat begitu saja, dan di sumur tua itu. Dia melompat kedalamnya.

Aku berteriak, namun seperti yang lain. Suaraku tidak keluar sama sekali. Aku ingin berlari ke arah Erni. Namun kakiku seolah beku.

Aku terpana melihat kejadian itu. Dan kakiku menjadi sangat lemas. Aku berlutut memandangi sumur tua itu.

Sambil terus berusaha berteriak. Air mataku mengalir deras. Sangat pedih.

Tak lama kemudian. Dari dalam sumur tua itu muncul sosok wanita cantik berkebaya merah. Dia menggendong Erni. Adikku, adik kecilku. Malaikatku kecilku.

Wanita itu melayang menjauhi aku yang masih berlutut. Dia menjauh, dan menjauh.

5

“KEMBALIKAN ERNI!!” akhirnya aku bisa berteriak.

Namun, wanita itu tetap berlalu pergi. Aku berusaha untuk mengumpulkan kekuatan kakiku lagi. Dan berhasil. Aku berhasil berdiri. Akan ku kejar setan itu. Dia mau menculik adikku.

“BRENGSEK! TUNGGU! JANGAN LARI!!!” suaraku menggelegar. Aku tidak bisa menyangka bisa mengeluarkan suara seperti itu.

Aku bergegas berlari mengejar setan itu. Namun, Efi dan yang lain memegangiku.

Efi menangis hebat. Dia berkata.

“Riyon, sudah. Biarkan dia pergi.”

“KAMU NGOMONG APA?” Aku menjawab perkataan Efi sambil tetap berteriak seperti tadi.

“Sudah,” dia berkata itu lagi. “Erni sudah meninggal lebih dari lima tahun yang lalu. Disini, dia tercebur kedalam sumur tua itu.”

‘BLAR!!’. Petir kembali menyambar. Seolah Sambaran itu mengenaiku langsung.

Apa? Erni sudah meninggal? Lima tahun yang lalu?

“Jangan BERCANDA!!. Erni setiap hari bersamaku. Aku melihatnya setiap hari. Dia. Dia. Dia.”

‘PLAK!!’ tamparan Efi mengenai pipiku. Seketika itu pula aku tertegun.

“Aku mohon Yon. Kamu tenanglah. Ini kenyataan. Ini memang berat, kita merasakan hal yang sama. Aku sama kak Efa. Kita, aku dan dia...”

Dia terbata-bata. Dia juga bingung mau ngomong apa lagi.

Seolah merasa terganggu oleh keributan yang kami timbulkan. Seseorang pengurus pondok pesantren itu keluar menghampiri kami. Dia menyuruh kami untuk lebih tenang, atau segera pulang. Mengingat saat itu sudah sore hari dan hujan sangat lebat.

Kami pun pergi dari sana.

6

Kami berjalan pulang, namun ternyata bapak ibu kami, semuanya masih berada di rumahnya Mbah Di. Kami masuk kesana, disuruh mandi dan makan.

Setelah tahlilan hari pertama itu. Hujan masih sangat deras. Bahkan sekarang di tambah angin kencang. Hujan badai datang malam ini.

Karena rumah sangat luas dan banyak kamar. Mbah Di mempersilahkan mereka menginap disana.

Karena untuk pulang saja sudah tidak memungkinkan. Jadi mereka menerima tawaran Mbah Di tersebut.

Kamar yang aku pakai nginap kemarin, sekarang di pakai oleh Efi, Aisyah dan Ismi. Udin, Angga dan yang lain di kamar sebelahnya.

Sedangkan aku. Aku memilih kamar di ujung lorong kemarin. Dimana aku menemukan buku harian mister Jansen.

Hujan badai semakin lebat.

Hujan badai ini menemani kesedihanku. Pret....

1
Mursidahamien
itu Efa
Ady Irawan
Kritik dan saran di tunggu ya gaes.
silahkan komen, dan share. tengkyu ferimat. 😁😁
Neo Kun
ayu baru muncul langsung meninggal 😭
Neo Kun
bagus. ceritanya nyeremin, tapi lucu, apalagi saat riyon kecirit. 😂
Neo Kun
duh ga bisa bayangin jadi si Roy 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!