Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Devano menyandarkan tangannya di atas meja sambil tersenyum manis kepada pria bermata elang di depannya. Berbeda dengannya pria itu memberikan tatapan tajam penuh intimidasi.
"Ada apa gerangan sampai Tuan Muda Baron menemui saya? Apakah sekarang Anda berminat menjalin kerja sama dengan perusahaan kami?" ucap Devano dengan santai seolah tidak tahu tujuan Baron menemuinya.
Baron mendengus, "Tidak usah pura-pura tidak tahu Tuan Rodriguez. Kau tahu jelas tujuanku menemuimu." suara Baron terdengar tidak ramah, tapi ia tetap berusaha meredam emosinya.
"Evelyn Lawrence?" Devano mengangkat alisnya. "Kalau benar tentang gadis manis itu, aku bisa menjelaskannya."
"Perhatikan ucapanmu." Baron tidak terima panggilan Devano terhadap gadisnya.
"Sorry. Tapi sebelum kau menumpahkan kemarahanmu padaku, kau harus tahu Evelyn lah yang datang padaku dan meminta bantuanku."
"Heh..." Baron menggeram, "Kau bisa saja mengabaikannya. Aku rasa kau tahu dengan jelas bahwa Evelyn adalah milikku, bukankah seharusnya kau menjauh alih-alih malah memanfaatkan kepolosannya? Sangat jelas kau tertarik dengan gadisku?"
Devano menyesap kopi tanpa gula yang masih mengepulkan asapnya. "Ya, aku memang tertarik dengan Evelyn. Aku tidak menyangkalnya." Devano terang-terangan mengakui perasaannya tanpa mempedulikan Baron yang bisa saja menghancurkan hidupnya.
Rahang Baron mengetat, ia hampir melayangkan tangannya di wajah Devano. "Sebenarnya aku tidak berniat mengejar Evelyn meski tertarik padanya. Tetapi masalahnya ada pada dirimu Tuan Badger. Jika saja kau adalah pria normal dan bukanlah psikopat gila, maka aku akan membiarkan Evelyn bersamamu. Gadis sebaik Evelyn tidak pantas menjadi tawananmu!" Devano tidak lagi memasang senyum palsunya. Dia terang-terangan menyalakan perang dengan psikopat gila itu.
"Sialan!" Dalam gerakan cepat, Baron berhasil melayangkan bogem mentah di wajah Devano, pukulannya meleset hingga akhirnya melukai sudut bibir Devano.
"Aku mengingatkanmu satu kali saja. Jika kau masih menghubungi Evelyn, maka bersiaplah menjadi gelandangan seumur hidup!" suara Baron dan aura gelapnya sangat serasi.
Devano menarik sudut bibirnya, ia tak genti dan menganggap ancaman Baron sebagai angin lalu. "Lepaskan Evelyn, dia tidak nyaman bersamamu. Aku bisa mencari wanita lain yang bisa kau jadikan tawananmu."
"Sialan! Kau sudah bosan hidup rupanya." Baru kali ini ada orang yang berani menantangnya. Devano memang memiliki nyali yang besar, tetapi nyalinya itu akan berakhir sia-sia.
Baron menjentikkan jarinya dan dalam sekejap mereka dikelilingi oleh sekelompok anak buah Baron. "Tangkap bajingan ini!" perintahnya.
Pengawal berbadan besar itu membekuk Devano hingga tidak punya kesempatan untuk lari. "Tidak ada gunanya kau menangkapku Tuan Badger. Selamanya Evelyn akan terus berusaha melarikan diri darimu. Lihat saja, Evelyn pasti akan mencariku!"
"Bawa dia!" perintah Baron tanpa ingin mendengarkan Devano lagi.
Anak buahnya membawa Devano pergi dari sana. Pria itu marah. Devano bersikap seolah ia lebih mengerti Evelyn dibanding dirinya. Pria itu terlalu percaya diri Evelyn lebih memilihnya dibanding Baron.
Leher pria itu tertarik membuat urat-urat lehernya terlihat dengan jelas. Devano memilih lawan yang salah. Baron adalah sosok menakutkan ketika kehabisan kesabaran. Ia bisa melumpuhkan lawannya hanya dengan sekali gertakan. Setelah menangkap Devano, Baron menghubungi asistennya untuk mengakuisisi D'Corps Company. Dengan mudah pria itu menjatuhkan perusahaan besar yang sudah menguasai dunia bisnis di Eropa.
"Apakah kau sudah menyiapkan apa yang kuminta?" tanya Baron. Pria itu mengangguk mendengarkan penjelasan asistennya.
"Bagus. Setelah itu, atur pertemuan dengan ayah cecunguk itu. Dia harus tahu kenapa aku menjatuhkannya." perintahnya lagi.