Aku tidak pernah menginginkan semua musibah ini terjadi. Bagi ku semuanya terasa salah, pernikahan ini, hubungan kami, semuanya. Aku menikah dengan David karena berlandaskan perjodohan semata. Namun aku tahu kakak ku dan David memiliki hubungan khusus. Bagaimana bisa aku menjalani pernikahan ini setelah menikung cinta kakak ku sendiri?
Aku tidak bisa. Aku harap semua ini berakhir. Tapi aku tidak berharap kecelakaan ini terjadi. Semuanya menjadi serba salah sekarang... aku harap aku bisa mengubah dan menyusun ulang segalanya sekarang. Aku harap, aku sangat berharap... semuanya bisa terulang kembali...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Olive Oil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
”Kenapa David tidak ikut?”
Jeda. David melirik ke samping seraya menghela napas pelan, ”sudah aku bilang kan? Aku ada urusan mendadak di kantor,”
”Hubungan David dengan Adam baik-baik saja kan?”
”Tentu saja,”
Aku tersenyum ramah, ”kalau begitu... hati-hati David,”
David memandangku sesaat, tampaknya suasana hatinya kembali menghangat, ”iya... Tara juga,”
Namun sekarang aku nyakin, sedingin-dinginnya David, aku nyakin, siapa pun yang menjadi pasangannya nanti, wanita itu akan sangat beruntung bila mendapatkan hati David.
...
”Jadi kamu membiarkannya pergi?”
David berdehem singkat, bola matanya masih belum lepas membaca kertas yang di sodorkan Rendi, sekretarisnya yang kini tengah mondar-mandir di depannya. ”sendirian?”
”Iya...”
”Sob!” Rendi berhenti, ia mendobrak meja David pelan, ”bagaimana sih? Aduh...” malam itu, David nyakin akan menjadi malam yang panjang untuknya. Baginya, lebih baik mendengarkan podcast patah hati kesukaannya dibanding mendengarkan perkataan Rendi yang tidak ada habisnya. Walaupun podcast tersebut di anggap kuno dan tidak berkelas oleh Rendi, ya karena memang podcast-nya sudah lama di rilis, hampir mendekati usia ayahnya, tapi menurutnya itu lebih bermanfaat dibanding mendengarkan ocehan Rendi yang tidak berkelas sama sekali!
Tapi walau begitu, meski tidak mau mengakuinya, tanpa Rendi, David tidak akan benar-benar sepenuhnya mendekati Tara. Ketika Tara berubah, ia menceritakan semuanya pada sekretaris yang dulunya satu kampus dengannya itu. Langkah apa yang perlu ia ambil? Wah, Rendi bergembira, akhirnya teman sepermainannya itu selangkah lebih dekat dalam memperbaiki hubungan rumah tangganya. Selangkah lebih dekat dengan... Tara.
”Dengar sobat, bagaimana bisa kamu melakukan itu? Bukankah perusahaan kita juga di undang? Kenapa kamu tidak datang ke pesta dengan Tara tapi malah duduk di sini menandatangani semua berkas ini?”
”Memangnya kamu pikir berkas ini tidak penting?” balas David jengah.
”Tentu saja penting! Tapi menurutmu Tara itu tidak penting? Mana yang lebih penting coba?”
David berdecak. Mengalihkan semua ocehan Rendi dengan mencoba fokus membaca dokumen yang tinggal satu map lagi belum dia periksa. Pertanyaan Rendi sungguh tidak berbobot, tentu saja, Tara itu... penting untuknya. ”hei sobat, sejak jaman kuliah, aku selalu ingin melihatmu bahagia mendapatkan gadis impianmu. Oh ayolah, aku dan Tasya juga tahu apa yang sebenarnya kamu inginkan. Kamu bisa tidak mengatakannya pada kami, tapi apa yang kamu lakukan untuk Tara bukan berdasarkan balas jasa saja... lebih dari itu!” Rendi menghela napas panjang. Sesekali ia geleng-geleng, ia memang jomblo, tapi perihal pasangan hidup jangan ragu untuk bertanya pada Rendi. Ibarat musim buah, yang dulunya musim rambutan kini musim durian, nah Rendi bisa lebih cepat dari itu untuk mendapatkan pasangan. Terkadang David heran, entah dukun sakti mana yang Rendi temukan hingga ia bisa dengan cepat gonta ganti pasangan padahal David merasa ia selalu membabu Rendi dengan berbagai pekerjaan. Salah satunya pekerjaan tanpa upah ini. Konseling percintaan.
”Padahal ini kesempatan yang bagus, Tara kan sudah berubah, jadi kamu bisa langsung menyerobot hatinya. Gempet dia terus, terobos ajalah! Ntar dia juga luluh! Tau tidak, cinta itu datang karena terbiasa, terbiasa dekat denganmu, main denganmu, ntar, ntar dia nyaman juga!”
”Kamu pikir dia landasan motor GP apa sampai main terobos aja?” tak. David menutup map terakhir yang usai ia periksa. Rendi tidak akan heran lagi, soal pekerjaan, kecepatan David udah setara dengan pembalap motor GP saking lajunya ia mengerjakan tugas kantor. ”harap di pahami, Tara tidak berubah. Ia tetap sama seperti Tara yang dulu. Bedanya, mungkin dia hanya lebih terbuka,”
”Dan kamu tau alasannya kenapa?”
”Entah lah. Intinya, Adam itu orang yang dulu ia suka. Mungkin sekarang juga. Aku tidak bisa dengan mudah berada di tengah-tengah mereka. Itu sama saja seakan aku menjadi pengganggu di hubungan mereka. Itu semua ada di perjanjian kami.” David berkata tajam. Pikirannya lurus ke depan, walau wajahnya menunjukkan wajah yang tenang, tapi pikirannya malah sebaliknya. Memikirkan apa yang sedang di lakukan Tara dan Adam di pesta selalu bisa membuatnya kalut. ”dan apa kamu pikir aku tidak bahagia? Aku selalu bahagia ketika melihatnya bahagia. Bahkan sebelum, sesudah, hingga sekarang aku sudah sangat senang ketika ia memutuskan apa saja yang ia suka.” terutama apabila nantinya Tara lebih memilih Adam dibanding dia. Lagi pula... siapa dia yang bisa melawan masa lalunya Tara?
Dia hanya... rumah singgah mungkin?
