Kisah seorang istri yang mencintai suaminya, namun di balas dengan penghianataan dan balas dendam kelurga nya.
Ella menyambut cinta Andrean yang selalu perlakuan dirinya bak seorang Ratu. Hingga akhirnya mereka menikah. Namun sayang, sikap peduli, perhatian dan kasih sayang Andrea menghilang begitu saja. Andrean perlakukan Ella bak orang asing di rumah nya sendiri.
Hingga perselingkuhan Andrean di ketahui Ella. wanita berparas cantik yang memiliki segudang prestasi itu mencoba bertahan. Ia Terus berbuat baik dan patuh pada sang suami. Tetapi kesabaran Ella ada batasnya, sampai akhirnya pertahanan Ella runtuh.
Ella membuat permohonan surat cerai dan mentalak Andrean.
Pria tampan penuh kharisma itu berkata "kau ingin bercerai? Tidak akan pernah bisa, selama pembalasan ku belum berakhir!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permata Rubi untuk Ella
"Ella Kamu tidak apa-apa?! Tanya pria yang memegang tangan ku.
"Ella, kamu kenapa? Kalau tidak enak badan kita pulang saja. Sepertinya kamu lelah." Raisa tampak khawatir, sebenarnya ia begitu jengkel melihat kemenangan di wajah Vivian.
Ku angkat wajah ku dan melihat Axel sudah berdiri di belakang. Buru-buru ku lepaskan genggaman tangan Axel.
"Aku tidak apa-apa, maaf merepotkan mu." kata ku sedikit sungkan.
"Ella, apa kamu benar-benar ingin melanjutkan perang harga ini?!" keluh Raisa mendengus kesal.
Melihat ketegangan di wajah ku membuat Axel tak tega. Ia yang sejak tadi berdiri di belakang dan hanya menyimak perdebatan harga antara aku dan Vivian seperti mencurigai sesuatu.
"Apa kamu pernah ada masalah dengan kelurga Smith?" tanyanya spontan.
Bola mata ku mendelik dan menggeleng cepat "Tidak ada!"
Ku tatap wajah tampan di depan ku dengan ekspresi ingin tahu "Kenapa kamu berkata begitu?"
"Biasanya orang-orang berkelas seperti kelurga Smith, tidak bisa di singgung. Mereka akan membalas lebih menyakitkan." kata Axel serius, sepertinya ia sangat tahu siapa kelurga Smith yang tidak banyak aku ketahui.
Aku terdiam dan Axel tidak pernah tahu apa yang sudah terjadi dalam hidup ku. Andaikan ia tahu kebenaran tentang aku, aku adalah istri sah Andrean Smith, apa dia masih akan berkata aku menyinggung keluarga nya?"
"Aku akan membeli untuk mu, aku yang akan menawar harga permata batu Ruby." Axel mengambil plakat dari tangan ku, tetapi aku cegah.
"Tidak perlu!
Axel mengerutkan keningnya "Kenapa? Ku lihat tadi kamu begitu antusias ingin memiliki batu permata Rubi."
Ku alihkan tatapan ku kearah Andre yang sedang berbincang dengan sahabatnya "Sekarang tidak lagi! ku menghela nafas berat "Semakin kita berlomba menaikkan harga, batu permata Ruby akan semakin selangit harga belinya."
Axel yang mendengar ucapan ku akhirnya mengangguk. "Kamu benar, lebih baik berikan batu permata itu pada kekasih Andre Smith."
Mendengar ucapan Axel, yang mengatakan kekasih Andre, maksudnya adalah Vivian. Wajah ku berubah datar, jadi benar rumor itu kalau Vivian adalah kekasih Andre. Aku tersenyum miris dan menarik nafas dalam-dalam.
Suara Mc mulai menggema, ia bertanya apakah masih ada yang berani membeli permata berlian Ruby di atas 3 triliun. Namun semua terdiam dan tidak ada yang berani menyela atau menawar. Sang MC menoleh dan bertanya padaku.
"Bagaimana nona Ella? Apa anda masih berani menaikkan harga batu Ruby?."
Aku tersenyum lembut, meskipun perasaan ku berantakan. Bukan takut kalah dari wanita rubah seperti Vivian, terapi aku ingin mental ku terjaga dan tidak ingin rapuh di hadapan banyak orang.
"Maaf saya stop sampai di sini, sepertinya saya mengincar perhiasan model lain. Model yang lebih simpel dan sederhana. Berikan saja batu permata Ruby biru pada nona Vivian." kataku dengan ekspresi full senyuman.
Ku tatap wanita yang berdiri di samping Andre, berbicara dengan nada lembut dan sopan "Sepetinya nona Vivian sangat gemar koleksi perhiasan permata. Apalagi terdengar rumor, kalau kelurga Bagas Mortin menyukai barang-barang antik dan berkelas." sindir ku yang tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Vivian, Andre, Bastian dan Justin.
Raut wajah Vivian seketika berubah suram, tangannya terkepal menahan amarah. Seperti dugaan ku, ia tidak akan membalas perkataan ku di depan Andre dan semua orang, yang jelas-jelas aku sedang menyindir dirinya. Anak haram ayah ku justru tersenyum lembut dan berkata.
"Terima kasih atas pujian bu Ella. Keluarga besar saya memang penyuka barang-barang antik dan permata." Vivian menoleh pada Andre dan tersenyum "Terima kasih sayang, kamu sudah memberikan aku segalanya. Bukan hanya batu permata, tetapi juga hati mu." kata Vivian tanpa ada rasa malu berbicara seperti itu di depan banyak orang. Namun, yang membuat ku tercengang, Andre malah mengangguk tanpa rasa bersalah di depanku.
Raisa geleng-geleng kepala seperti tak habis fikir dengan sikap Andrean "Suami mu pria terbodoh yang meninggalkan Belian demi anak haram." ucap Raisa pelan,tentu saja hanya aku yang mendengar.
"Biarkan saja, aku sudah tidak perduli dengan mereka!"
"Sepertinya wanita itu butuh Validasi dari Andre, sungguh memalukan! Ketus Raisa sambil meraih tangan ku. "Ayo, kita tinggalkan tempat ini!"
Aku juga muak melihat sandiwara mereka bak drama Korea. Tidak ingin terlihat menyedihkan dan terpojok, aku mundur sambil melangkah meninggalkan acara tersebut dan pergi tanpa menoleh pada siapapun.
"Ibu Ella! Seru Axel yang sejak tadi ada di pihak ku. Ku hentikan langkahku dan aku berkata "Ada apa?"
"Bagaimana bila aku traktir ibu Ella dan temannya makan malam."
Ku tarik wajah lelah ku dengan sedikit senyuman "Aku ingin rehat dan pulang, maaf lain kali saja."
"Baiklah," balas Axel tidak memaksa lagi. "Hati-hati di jalan, sampai jumpa besok."
Aku mengangguk dan masuk kedalam mobil. Kali ini Raisa yang menyetir, Aku duduk di sebelahnya sambil menyandarkan tubuhku kesadaran kursi. Ku pijit keningku yang terasa pusing.
"Ella, kamu sakit?"
"Hanya pusing sedikit." kataku yang tiba-tiba kepala ku mulai pening, mungkin karena kehidupan ku dengan Andre tidak berjalan baik, jadi menguras pikiran ku.
"Kalau begitu menginap lah di rumah ku. aku akan antarkan besok ke kantor."
Ella mulai teringat sesuatu.
"Tidak usah Ray, aku harus kembali ke rumah Andre."
"Untuk apa? Bukankah kamu jarang pulang kesana?"
"Kau benar, sudah tiga hari aku tidak pulang. tetapi ada sesuatu yang harus aku urus sebelum aku benar-benar pergi meninggalkan semuanya."
Raisa langsung menoleh kepadaku "Kau ingin memberikan surat cerai?"
Aku mengangguk pelan tanpa bersuara.
"Bagus lah, itu keputusan yang tepat. Aku mendukungmu La." kata Raisa sambil melajukan mobilnya dengan cepat.
Setengah jam kemudian aku sudah sampai di apartemen milik Raisa. Setelah ia turun dari mobil dan berpamitan, ku tekan pedal gas. Hari ini sebenarnya aku sangat lelah dan ingin pulang ke apartemen ku. Tetapi, karena ingin memberikan surat cerai aku langsung pulang ke rumah Andre.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam saat aku pulang. Sekuriti menyapa ku dengan sopan dan membukakan pintu gerbang. Setelah memarkirkan mobil di depan carport aku melangkah masuk dan membuka pintu dengan kunci cadangan yang setiap hari aku bawa.
Aroma pewangi ruangan menguar di indra penciuman ku. Ku langkahkan kakiku menaiki anak tangga menuju kamar. Ku buka pintu kamar yang tertutup. Gelap gulita tanpa ada cahaya lampu sedikitpun. itu artinya Andre tidak pernah pulang dan masuk kedalam kamar. Namun dugaan ku salah. Setelah lampu ku nyalakan, aku melihat sebuah paper bag berwarna hitam dengan tulisan Jewelry Rayen diatas tempat tidur.
Aku berjalan mendekat, rasa penasaran kian menggebu di dalam hatiku. Hati kecil ku terus bertanya-tanya apakah Andre sudah pulang? Tapi dimana dia? Tidak ada jejak ia kembali ke rumah. Ku raih paper bag dan membuka isinya. Alangkah terkejutnya aku melihat kotak cantik beludru biru. Ada sebuah amplop putih di atas kotak perhiasan itu, karena penasaran ku buka kotak beludru berwarna biru dongker. Mata ku membulat sempurna saat membuka kotak tersebut. "Batu Permata Ruby biru? Pekik ku tak sadar. Kilauan batu Ruby sangat menusuk mataku hingga aku menutupnya kembali.
Dadaku berdegup kencang saat tahu Andre membawa batu Ruby yang aku incar kerumah kami. Bukankah Permata ini dia beli untuk Vivian? Lalu kenapa dia bawa pulang?"
Amplop putih yang berada diatas tempat tidur ku raih. Lalu ku buka perlahan, secarik kertas bertuliskan "Batu Ruby biru untuk istri ku Ella."
Rasa keterkejutan ku hampir tak percaya, ku baca isi kertas itu berulang-ulang dengan bibir bergetar.
"Tidak mungkin!" pekik ku.
💜💜💜💜
Bunda lagi semangat nulis demi kalian, Ayo bantu LIKE setelah membaca. Jangan lupa untuk beri Vote/gift di karya terbaru bunda. Dan kasih Rate bintang 5 sertakan komentar kalian 🥰🥰🥰
sepertinya Jovan adalah yg nabrak mobilmu. ( sopir Jovan) yg nabrak mobil Elea