NovelToon NovelToon
Sistem KU

Sistem KU

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rohid Firmansyah

Ada seorang petarung dari pulau yang jauh pernah berkata dalam jurnalnya . "jika kau hidup memikirkan masa depan kau akan Takut, jika kau masih memikirkan hidupmu di masa lalu kau akan depresi , namun jika kau hidup hari ini tanpa memikirkan besok atau kemarin kau bahagia". begitulah katanya .

dan semua itu ada benarnya .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rohid Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesepakatan yang menguntungkan

Pagi itu, sinar matahari menembus tirai tipis kamar, menciptakan garis-garis cahaya yang menari di dinding. Suara burung berkicau di kejauhan, mengiringi harmoni pagi yang tenang. Di atas ranjang kayu sederhana, seorang lelaki terbangun dari tidurnya. Matanya perlahan membuka, menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk.

Rasa kantuk masih membebani kelopak matanya, namun ia tahu hari baru telah menantinya. Dengan enggan, ia mengangkat tubuhnya dari kasur, merasakan dinginnya lantai kayu di bawah kakinya. Kamar itu kecil, namun nyaman. Dindingnya dihiasi beberapa foto lama yang membawa kenangan masa lalu, serta rak buku yang penuh dengan novel dan catatan harian.

Lelaki itu meraih jam weker di samping tempat tidurnya, mematikan bunyi alarm yang baru saja berdering. Ia menarik napas panjang, mencoba meresapi aroma pagi yang segar. Langkah pertamanya menuju jendela, membuka tirai sepenuhnya, membiarkan sinar matahari mengisi ruangan.

Setelah kejadian kemarin, hari ini Alex benar-benar tidur sangat pulas bagai malaikat. Dengan semangat ia bangun untuk memulai harinya.

"Sejak kejadian kemarin, aku semakin sadar akan satu hal. Oh iya, aku lupa menelepon ibu," gumamnya pada diri sendiri.

Mengambil ponselnya, terlihat di tubuh setengah telanjangnya masih ada bekas jahitan dan luka jatuh. Suara ponsel berdering, hingga akhirnya suara wanita membuat Alex lega.

"Aleeeex, kenapa kamu baru telepon ibu, huh?" suara kesal mengagetkan Alex.

"Emm, maaf Bu, ya. Hehe, aku lupa," jawab Alex dengan berkeringat.

"Gitu, hmm, lupa terus sama ibu, huh...." ibunya mengomelinya.

Dalam obrolan telepon itu, Alex hanya bisa mengiyakan semua ucapan ibunya tanpa berniat menjawab dengan nada tinggi. Sepertinya satu-satunya orang yang dapat membuat Alex berkeringat ketakutan hanyalah ibunya saja.

Setelah pembicaraan yang cukup lama dengan ibunya, yang khawatir akan kondisinya itu, Alex bergegas mandi untuk bertemu dengan Pak Jackob dan membicarakan kesepakatan yang tertunda sebelumnya.

Mereka kini tengah menunggu di gedung milik Jackob.co di Bali yang cukup besar untuk sebuah kantor cabang daerah. Gedung tinggi dengan 8 lantai dan logo Jackob.co yang berbentuk J.co itu terpampang jelas di gedung tersebut. Namun suasana kini cukup sepi dan mereka tengah membutuhkan dana tambahan untuk bertahan dari pandemi. Perusahaan yang bergerak di bidang properti dan memiliki setidaknya 10 anak cabang perusahaan yang bergerak di bidang berbeda ini memiliki nilai sebesar 20 juta dolar atau jika dikalkulasikan akan mendapatkan hasil 300 miliar rupiah, yang mana melebihi nilai perusahaan Nerd yang Alex miliki yang saat ini baru saja berkembang dengan nilai bersih 15 juta dolar.

"Pak Jackob, apa Anda serius ada orang yang ingin membeli perusahaan teknologi yang kita miliki?" tanya seorang sekretaris wanita yang duduk bersama Jackob dan Jamal serta beberapa orang perusahaan mereka. Ruangan dengan meja panjang dan beberapa lukisan tradisional itu nampak terlihat nyaman, tanpa menggunakan AC, dan hanya menggunakan udara alami saja, membuat ruangan itu tidak terlalu mengintimidasi.

"Jangan bertanya keinginan seseorang. Sudah bagus ada yang ingin membeli perusahaan itu. Di pandemi, kita kewalahan. Bahkan beberapa kenalanku perusahaannya berhenti akibat tidak memiliki uang cadangan, jadi ini hal yang bagus. Mungkin di tangan orang lain perusahaan itu akan berkembang," ucap Jackob dengan bijak dan spontan.

Tok tok tok. Suara ketukan pintu mengheningkan suasana ruangan itu.

"Itu resepsionis," kata Jamal mengenal suara itu.

"Biarkan dia masuk," jawab Jackob.

Pintu terbuka, memperlihatkan seorang pria dengan pakaian rapi dan berwibawa. Dia adalah Alex yang menyapa mereka semua memasuki ruangan itu. Mereka melihat Alex seperti melihat hantu. Mereka terkejut betapa muda dan tampannya Alex. Sepertinya mereka tahu sedikit tentangnya.

Dia duduk di kursi ujung yang jauh dari mereka semua, wajahnya serius melihat masing-masing dari mereka dengan tatapan mengancam.

"Baik, Pak, mulai saja kegiatan ini," ucap Alex tiba-tiba pada Jackob di kursi di ujung lainnya. Jackob sekarang terasa terancam.

Jackob melihat Alex dengan mata yang serius juga. Dia mengisyaratkan sekretarisnya untuk memulai semua kesepakatan pembelian perusahaan ini. Sekretaris itu mengerti dan dengan cepat berdiri.

"Baik, terima kasih Anda sudah datang, Pak Alex. Saya Salsa akan memberikan demonstrasi akan perusahaan yang akan Anda miliki. Bolehkah saya mendapat perhatian Anda, Pak?" ucapnya membuka proyektor yang memperlihatkan gambar gedung tinggi yang merupakan perusahaan yang dimaksud.

Alex mengangguk.

Dalam penjelasannya, Salsa memulai presentasinya dengan awalan yang menjanjikan. Dia memberikan keunggulan perusahaan itu dan juga kekurangannya yang sangat menonjol sehingga selalu rugi beberapa kali. Dikatakan sudah ada puluhan orang yang menghandle perusahaan itu dan selalu menghasilkan hasil akhir yang sama, yakni kegagalan dan kerugian.

"Ternyata mereka tidak menutupi kekurangan mereka, ya... Oke, aku suka itu," pikir Alex sambil memperhatikan dengan seksama presentasi dari Salsa.

"Jadi kami selalu kesulitan akan pembuatan komponen seperti chip dan suku cadang yang sudah dimonopoli oleh perusahaan pemerintah bernama xxxx. Jadi kami hanya bisa bertahan menjual USB dan SSD pada laptop selama 10 tahun terakhir, yang mana malah membuat kami semakin rugi."

"Namun kami yakinkan, jika perusahaan ini memiliki tempat strategis, Pak. Kami juga memiliki kerjasama komponen dengan Tiongkok, namun kami masih kesulitan untuk membuat ponsel dan alat komunikasi lain karena semua orang yang bekerja pada kami rata-rata tidak cukup terampil."

Alex mengangkat tangannya untuk menghentikan presentasi Salsa saat itu juga. "Cukup. Terima kasih atas penjelasannya," ucap Alex pada Salsa yang berkeringat takut, karena dia tidak tahu Alex suka atau tidak dengan apa yang ia jelaskan. Wajahnya nampak datar. Suasana hening.

"Pak Jackob, langsung kita ke pembicaraan harga saja," kata Alex pada Jackob yang melihatnya dengan wajah gila.

Jackob melihat kembali pada lelaki muda di depannya yang penuh aura dan kepercayaan diri yang tinggi. Bahkan ketika melihatnya, dia seperti melihat atasannya, bukan seorang anak 19 tahunan. Kemudian hentakan kaki pada kakinya membuatnya sadar.

"Ayah, cepat. Dia menunggu," bisik Jamal yang melakukannya sembari memperlihatkan matanya yang melihat Alex seperti bosan akan pembicaraan ini.

Dengan cepat lelaki tua itu tersadar dan menegakkan tubuhnya di hadapan Alex yang menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan wajah menantangnya.

"Baik, kita akan mulai dengan tawaran pertama," kata Jackob, menatap Alex dengan mata penuh harap. "Kami menawarkan perusahaan teknologi ini seharga 8,5 juta USD."

Tanpa ragu, Alex tersenyum tipis dan menjawab, "Saya setuju. Mari kita selesaikan kesepakatan ini."

Ruangan itu seketika hening, semua mata tertuju pada Alex. Mereka terkejut dengan keputusannya yang cepat dan tegas. Jackob tersenyum puas, sementara Jamal hanya bisa terdiam. Meskipun tersenyum, Jackob sebenarnya mati rasa akan apa yang terjadi saat ini.

Karena ayahnya selalu melamun, Jamal mengambil alih situasi ini dengan cekatan dan profesional. Berdiri dari kursinya, dan mengisyaratkan yang lainnya untuk berdiri. Mereka semua berdiri.

Alex tersenyum. Dengan tenang, Alex juga berdiri. "Hahaha, baik. Sekarang kita sudah sepakat. Salsa, nanti kamu urus semua dokumennya ya, dan Pak urus semua yang dibutuhkan untuk kepemilikan perusahaan ini agar Pak Alex tidak perlu melakukan hal lain lagi," memberikan instruksi dengan baik pada bawahannya.

Kemudian dia berjalan mendekati Alex untuk bersalaman dengannya. "Selamat, Alex, atas kepemilikan perusahaan tech kami. Saya harap Anda dapat mengelolanya," kata Jamal sekarang sudah seperti pemimpin perusahaan sungguhan menyalami Alex. Diikuti bawahan yang lain.

Pak Jackob hanya bisa menganga melihat situasi ini yang begitu cepat dan absurd sekali untuk terjadi. Namun dia dapat melihat jika perusahaannya berada di tangan orang yang tepat.

'Bagus dengan ini setidaknya kami dapat bertahan dan mengembangkan perusahaan ini' Pikir jamal yang sudah memikirkan apa yang akan dilakukan perusahaan kedepannya .

Sementara alex yang melihat isi dari kepala jamal  dia hanya bisa tertawa kecil dan tersenyum padanya.

Melihat Betapa berat pesaingnya di masa depan nanti ini.

1
Aryanti endah
Luar biasa
Gabutdramon
sungguh kesalah besar yang dimulai oleh author korea dan author novel ini
seorang pembela diri/petarung, setiap indera tubuh sangat di perlukan terutama mata/penglihatan tidak mungkin seorang pembela diri (didunia nyata tentunya)
membiarjan rambut menutupi sebagian penglihatannya itu kesalahan yang sangat fatal (bunuh diri)
Gabutdramon
sering buat heran, masa masa sekolah, khususnya sma/sederajat seakan menitik beratkan persoalnya pada percintaan?
hellow lo olang sekolah buat pacaran? nanti kalo lulus mau jadi rangking 1pecinta sejati gitu?🥴
DEWA SEMESTA
up
Smeliy: ok kawan akan ku up sebisa saya!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!