NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Ibu Mertua Kejam / Office Romance
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.

"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang berada di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap dokter Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.

"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 08 - Perhatian Jarak Jauh

"Bagaiman mas Arka bisa tahu kalau aku sedang di rawat di sini? Lalu, apakah ia juga tahu, kalau kondisiku sedang parah begini?" tanya Nadine kebingungan.

Di tengah kebingungannya, Nadine sedikit bahagia dengan kehadiran paket dari suaminya itu. Namun, ada hal ganjal dan aneh yang menghantui pikirannya. Dua pertanyaan barusan tidak dijawab sama sekali, baik oleh Bu Minah maupun Dokter Hans.

"Jangan-jangan, Bu Minah secara diam-diam komunikasi dan mengabari Mas Arka ya? tentang kondisiku saat ini?" tanya Nadine. hanya Bu Minah seorang lah koneksi suaminya saat ini.

Dengan wajah yang juga kebingungan, Bu Minah menjawab,

"Sebelum kepergiannya dengan alasan bisnis itu, saya tidak pernah berkomunikasi dengan tuan Arka. Tuan Arka hanya menitipkan kartu yang membuat saya sangat malu hari ini, dan juga beliau nitip agar saya selalu menjaga nyonya Nadine."

"Lho, habisnya ini dari siapa dong?" tanya Nadine semakin penasaran.

"Di situ kan sudah jelas tertulis, dari tuan Arka Hartono. Artinya memang benar kiriman suami nyonya. Perhatian jarak jauh, mungkin begitu sebutannya." balas Bu Minah menenangkan Nadine.

"Siapa tahu, diam-diam tuan Arka mengirim beberapa mata-mata dari kejauhan, untuk memantau dan melindungi nyonya Nadine." imbuhnya, ucapan tersebut membuat Nadine jadi luNadinen tenang.

"Kalau memang benar ini kiriman mas Arka... Wah, dia memang selalu tahu cara untuk membuatku tersenyum," kata Nadine sambil, memeluk kotak kue cokelat itu dengan pipi memerah.

Nadine dengan senyum indah menatap kartu nama si pengirim bertuliskan nama lengkap suaminya. Ia senyam-senyum sendiri.

Pemandangan ini membuat hati Hans sedikit terca-bik. Ia hanya berdiri mematung menatap Nadine yang sedang dalam kasmaran.

------

Nadine mulai mengambil sepotong kue cokelat lembut, yang sebelumnya telah dipecah menjadi beberapa bagian oleh Bu Minah.

"Nad, tunggu. Jangan dimakan dulu," pinta Dokter Hans dengan buru-buru.

Nadine mengangkat alis. "Emangnya kenapa Hans? Kue ini kan, dari suamiku sendiri."

Hans maju beberapa langkah, mendekati Nadine, "Aku cuma mau memastikan... apakah kamu yakin kue ini aman?"

Nadine tersentak oleh ucapan Hans. Ia menatap Hans sejenak, lalu menggeleng pelan. "Hans, udah deh! Kamu mulai lagi, dengan kekhawatiranmu yang berlebihan itu."

"Aku nggak berlebihan, Nad. Aku cuma khawatir aja. Walau bagaimanapun, di sini.... akulah doktermu! Dan aku yang bertanggung jawab penuh atas kesehatan maupun kondisimu." ujar Hans sambil menatap mata Nadine dengan tegas, namun penuh kasih sayang dan ketulusan.

"Kue ini bisa saja mengandung sesuatu, misalkan obat berbahaya, zat penenang, atau apapun yang bisa membuatmu lemah. Yang lebih kutakutkan kalau kue ini isinya sudah diberikan racun!"

"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.

"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.

"Kalau suster tadi sudah nganter ke kamar ini, artinya telah lolos pemeriksaan dong?" tanya Nadine dengan polos.

Bu Minah hanya sedikit menahan tawa, mendengar pertanyaan polos istri tuannya itu.

"Iya benar, sih! Tapi, itu hanya pemeriksaan formalitas saja. Cuma ngecek apakah paket tersebut berisi bom atau senjata mematikan lain. Untuk pemeriksaan kandungan, harus dicek lebih lanjut. Boleh aku bawa dan periksa dulu sebelum kamu cicipi?" tanya Hans, meminta dengan lembut dan pelan.

"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.

"Aku hanya ingin kamu berhati-hati, Nad." balas Hans pelan.

"Aku tahu kamu mencintainya, tapi aku juga tahu kalo Arka bukan orang yang polos." imbuhnya mengingatkan Nadine.

"Cukup!" bentak Nadine tiba-tiba, membuat suasana kamar hening seketika.

Tanpa berkata-kata lagi, Nadine segera memasukkan potongan kue itu ke dalam mulutnya, lalu mengunyah secara perlahan.

Bu Minah dan Hans hanya mengamati reaksi setelahnya. Hans ketakutan. Bu Minah terlihat santai saja.

"Lihat, aku baik-baik saja, kan?" katanya setelah menelan. Menantang kekhawatiran Hans yang dikira terlalu berlebihan.

Hans menatap Nadine dengan sedikit kecewa sekaligus bingung. "Kamu memang keras kepala, seperti biasanya, Nad."

"Atau mungkin... karena kamu nggak suka? aku semakin ikut campur urusan kalian? Aku cuma ingin memperhatikan kondisimu agar baik-baik saja, Nad." tambahnya.

Nadine tertawa kecil, sinis. "Bukan nggak suka, Hans. Aku hanya muak dengan caramu meremehkan hubungan rumah tanggaku. Kamu terlalu menganggap mas Arka jahat. Padahal semenjak menikah denganku, mas Arka semakin lembut dan perhatian."

"Nad, kenapa kamu begitu protektif dan defensif, kalau menyangkut soal Arka? Kamu bela terus-terusan! Kamu nggak tahu sifat aslinya dia!"

Nadine menghela napas, "Ya... apalagi? Karena mas Arka adalah suamiku! Dan ditambah, karena kamu selalu mencari kesalahan mas Arka, seolah-olah kamu ingin menggantikannya."

"Aku tidak menyangkal itu," ujar Hans, akhirnya jujur karena terpancing Nadine.

"Jadi kamu sudah mengakuinya?" tanya Nadine dengan nada tinggi. "Kamu memang menginginkan aku?"

Hans cuma memberikan respon dengan mengangguk pelan.

"Selalu, Nad. Sejak dulu. Sejak kita kecil. Tapi kamu nggak pernah melihat ke arahku." ucap Hans dengan romantis.

Nadine cuma memberikan reaksi berupa tertawa pahit, "Itu karena, aku sudah terlalu mencintai mas Arka. Dan sekarang, aku adalah istrinya."

"Tapi Nad... Arka tidak bisa menjagamu seperti yang seharusnya dilakukan seorang suami. Lihat kondisimu sekarang? Suami macam apa yang tega membiarkan istrinya sendiri diperlakukan jahat oleh orang tuanya?" balas Hans sigap dengan membeberkan kejahatan Miranda, mama Arka.

"Itu bukan perbuatan mas Arka! Bahkan, kuyakin saat ini mas Arka masih mencari jalan keluar supaya aku bisa bersamanya, dan terlepas dari Miranda!" ucap Nadine.

"Satu hal lagi, Hans. Mas Arka sudah melakukan lebih dari cukup untukku! Jadi, kamu nggak usah repot-repot lagi untuk mencari perhatian. Hatiku sepenuhnya sudah untuk mas Arka." ucap Nadine tegas.

Dalam hatinya, ada sedikit goresan setelah mengucapkan kalimat tersebut. Ia tidak tega. Seolah berkata jahat kepada orang yang sangat tulus membantunya. Orang yang mungkin, paling mencintainya.

Nadine tidak ingin kebaikan dan ketulusan Hans, malah menggoyahkan hatinya. Kini hatinya masih tertaut penuh untuk Arka seorang!

"Hans... kamu pikir dengan kamu jadi dokter, kamu bisa menilai orang seenaknya?" Hans terdiam, merasa ditampar oleh pertanyaan Nadine barusan.

"Aku hanya ingin kamu bahagia. Cuma itu!" ucap Hans setelah menggelengkap kepala atas pertanyaan Nadine sebelumnya.

Suasana setelah percakapan keduanya, menjadi semakin hening.

Akhirnya, Bu Minah memberanikan diri memecah suasana hening tersebut. Ia juga diizinkan oleh Nadine untuk mengambil beberapa potong kue lainnya, menemani Nadine makan kue cokelat.

"Tapi nyonya... pas saya motong kue ini, ada sesuatu hal yang aneh!" ucap Bu Minah.

Pernyataan tersebut membuat Nadine yang sedang asyik mengunyah kue cokelat nan lezat itu, mulai terbelalak matanya.

Hans, yang sejak awal diam, mulai bercucuran keringat. Panik. Dokter muda itu takut pemeriksaannya saat menahan suster pembawa paket, ketahuan oleh Bu Minah.

Bersambung....

1
Isma Isma
kejamn sekali keluarga arka
alfphyrizhmi: iya, kejam banget emang kak... 🥺
total 1 replies
arniya
mampir kak
alfphyrizhmi: terima kasih sudah mampir, kak. Semoga betah yaaa sama ceritanyaaa... ^_^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!