Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, jauh di balik gemerlap gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan, tersimpan sebuah dunia rahasia. Dunia yang dihuni oleh sindikat tersembunyi dan organisasi rahasia yang beroperasi di bawah permukaan masyarakat.
Di antara semua itu, hiduplah Revan Anggara. Seorang pemuda lulusan Universitas Harvard yang menguasai berbagai bahasa asing, mahir dalam seni bela diri, dan memiliki beragam keterampilan praktis lainnya. Namun ia memilih jalan hidup yang tidak biasa, yaitu menjadi penjual sate ayam di jalanan.
Di sisi lain kota, ada Nayla Prameswari. Seorang CEO cantik yang memimpin perusahaan Techno Nusantara, sebuah perusahaan raksasa di bidang teknologi dengan omset miliaran rupiah. Kecantikan dan pembawaannya yang dingin, dikenal luas dan tak tertandingi di kota Jakarta.
Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang penuh dengan alkohol, dan entah bagaimana mereka terikat dalam pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J Star, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sentuhan Etnik
Di luar gedung PT. Techno Nusantara, Revan sedang menikmati sebatang rokok. Ia lalu melihat sekelompok orang berwajah lesu, termasuk si Gembul yang malang berjalan keluar gedung satu per satu.
Melihat Revan, wajah si Gembul menunjukkan ekspresi marah. “Sumpah bro, itu otakmu terbuat dari apa sih? Gimana caranya kamu bisa jawab soal sesulit itu? Aku cuma paham delapan puluh persen soal Bahasa Inggris, dan jangan tanya deh soal Bahasa Prancis!”
“Hehe, cuma keberuntungan aja, lagi hoki.” Revan menjawab santai. Mana mungkin bilang ke si Gembul berkat latihan bela diri aneh yang ia tekuni, bisa mempelajari sesuatu hanya dengan sekali lihat. Revan bahkan bisa menguasai suatu bahasa, hanya dengan menghafal kamusnya.
Dengan lesu si Gembul berkata, “Sudahlah, cuma orang abnormal kayak kamu yang bisa masuk PT. Techno Nusantara. Kami semua sudah gagal, kamu harus menjaga nama baik kami para lelaki, sebagai pembawa obor terakhir!”
“Apa! Tidak ada pria lain yang tersisa dari putaran ini?” tanya Revan.
“Siapa juga yang waras menghabiskan sepanjang hari cuma buat riset tujuan desain chipset atau arsitektur cloud, apalagi dalam Bahasa Prancis dan Spanyol?” Si Gembul menggeleng-gelengkan kepalanya yang gemuk. “Menurutku termasuk kamu, tidak akan ada lebih dari lima orang yang tersisa!”
Revan menggaruk kepalanya gelisah. Sejujurnya, ujian ini tidaklah sesulit yang si Gembul gambarkan. Tapi Revan merasa terlalu banyak memperlihatkan kemampuannya, seharusnya ia sengaja menjawab beberapa pertanyaan salah. Jika hasilnya terlalu bagus, bukankah itu akan terlalu mencolok dan bertentangan dengan tujuan awal Revan mencari pekerjaan yang santai?
Si Gembul menghela napas panjang sambil menepuk pundak Revan, lalu berkata, “Oke deh, aku mau nongkrong sama teman-teman yang juga gagal. Kalau enggak, sakit hati ini enggak bakal hilang!”
Setelah berbicara begitu, ia dan sekelompok orang dengan ekspresi penyesalan yang sama berjalan menuju area parkir.
Dengan sedikit cemas, Revan perlahan kembali ke ruang ujian. Di dalam aula, hanya tersisa tiga wanita cantik, dan jika dihitung hanya ada empat orang yang lulus ujian.
Saat masuk, Monita dan para penguji lainnya semua menatap Revan dengan curiga, seolah-olah ia adalah orang aneh.
Karena Monita sudah terbiasa dengan berbagai hal, setelah terdiam sesaat, senyum muncul di wajahnya, “Selamat Pak Revan, Anda adalah satu-satunya pelamar pria yang tersisa untuk melanjutkan ke wawancara akhir kami. Anda juga pelamar dengan nilai tertinggi di tes bahasa asing yang mendapatkan nilai sempurna.”
Sambil memperhatikan betapa hormatnya Monita saat berbicara kepadanya, Revan yakin itu terlalu berlebihan. Kemampuan Bahasa Jerman dan Italianya, membuat semua wanita ini benar-benar merasa kagum.
Terkekeh canggung, Revan kembali duduk dan menunggu wawancara akhir.
Karena hanya tersisa 4 pelamar, Monita tidak lagi memerlukan mikrofon dan berbicara dengan senyum, “Kalian berempat cukup cakap untuk melewati tes bahasa asing kami yang sulit, sepertinya kalian semua memang memiliki bakat sejati. Untuk putaran terakhir, kami akan menguji pemahaman kalian tentang tren teknologi dan kemampuan kalian dalam mengapresiasi produk digital berkualitas tinggi.
”Seperti yang kalian tahu, setiap tahun desain antarmuka dan fitur produk digital PT. Techno Nusantara berubah. Oleh karena itu, merupakan tugas yang cukup sulit bagi karyawan baru untuk mengidentifikasi produk yang bukan merupakan merek kami.”
“Sebentar lagi, akan ada 10 prototipe aplikasi baru yang akan diperlihatkan kepada kalian. Dalam waktu 5 menit atau kurang, kalian harus memilih aplikasi yang bukan merupakan desain perusahaan kami. Hanya ada satu kesempatan, dan jika kalian benar, maka akan mendapatkan kontrak percobaan dua bulan tanpa pertanyaan.”
Revan mengernyitkan alisnya. Sejujurnya, pemahamannya tentang tren aplikasi bisa dibilang nol, karena tidak terlalu peduli dengan aplikasi apa yang digunakan. Dulu, ia hanya menggunakan aplikasi kustom dan tidak pernah bersentuhan dengan aplikasi merek apa pun.
Pada saat yang sama di ruang ujian, sebuah tirai ditarik terbuka menampilkan sepuluh layar besar yang memamerkan prototipe aplikasi. Lampu sorot menyinari sepuluh layar besar tersebut, di depan empat para kandidat.
Pada saat itu, mata ketiga wanita menunjukkan kekaguman dan mengeluarkan seruan terkejut. Wanita, secara naluriah menyukai semua hal yang indah. Saat melihat sepuluh prototipe aplikasi di depan mereka, semua memiliki pemikiran berbeda. Pemikiran itu silih berganti masuk ke dalam otak mereka, saat mulai memeriksa setiap aplikasi dengan cermat.
Baru setelah berulang kali melihat detail antarmuka dan fitur, Revan berdecak dan mulai fokus pada aplikasi.
Masing-masing aplikasi ini memiliki pola dan gaya yang berbeda. Ada aplikasi dengan desain antarmuka bergaya minimalis, aplikasi game dengan grafis memukau, aplikasi produktivitas dengan fitur canggih, dan aplikasi belanja daring dengan desain cerah. Bahkan ada aplikasi bisnis yang elegan untuk wanita. Satu-satunya kesamaan, tidak ada satupun yang menunjukkan jejak merek.
Ketika Revan melihat 10 prototipe aplikasi, pertama-tama terdiam sejenak. Tepat setelah itu, ia mulai menulis jawaban di kertas yang diberikan tanpa ragu sedikit pun.
Ketika lima menit berlalu, Monita bertepuk tangan dan seorang asisten berjalan untuk mengumpulkan lembar jawaban mereka. Setelah selesai, asisten menyerahkan kertas-kertas itu kepadanya.
Memberi pandangan sekilas, Monita menunjukkan kilasan kejutan dan menatap Revan dengan mata penasaran. Mengerucutkan bibirnya dan tersenyum, “Hasilnya sudah diputuskan, saya mewakili seluruh PT. Techno Nusantara untuk menyambut hangat rekan baru kami, Bapak Revan.”
Setelah selesai, ia memimpin tepuk tangan untuk Revan. Karyawan lain, setelah mendengar pengumuman itu, semua menatapnya dengan mata penasaran dan mulai bertepuk tangan gembira menyambutnya.
Namun, ketiga pelamar lainnya merasa sulit menerima ini. Kemampuan penilaian mereka kalah dari seorang pria yang berbicara dengan begitu vulgar? Salah satu dari ketiganya merasa tidak senang dan bertanya, “Ibu pengawas, bisakah Anda memberi tahu kami jawaban yang benar?”
Setelah Monita menenangkan orang-orang di sekitar, tersenyum ke arah pelamar wanita itu, menatap Revan dan bertanya, “Bapak Revan, tolong jelaskan bagaimana Anda sampai pada jawaban yang benar.”
Meskipun Revan tidak peduli bagaimana orang memandangnya, ia tahu tidak baik jika tidak menghormati calon atasannya di depan banyak orang. Revan menghela napas dan mengangkat tangan, menunjuk ke prototipe aplikasi ke-10 dan berkata, “Aku memilih yang itu.”
Jelas sekali bahwa ketiga pelamar lainnya terdiam sejenak, tetapi setelah itu mereka mulai melihat prototipe aplikasi ke-10 lagi.
Aplikasi ini memiliki desain antarmuka bergaya etnik Bohemia klasik, karena aplikasi bergaya etnik terlihat kompleks dan sulit dipahami. Berbagai widget dan ikon membutuhkan penyesuaian yang cermat, terlebih lagi sentuhan kebebasan pengembara kuno yang misterius ini, bersama dengan aura aplikasi yang unik, tidak mudah dikendalikan oleh pengguna modern, sehingga jenis aplikasi ini tidak terlalu disukai.
Namun karena terlalu jelas, ketiga kandidat wanita itu hanya melirik sekilas prototipe ke-10 sebelum mengesampingkannya. Mereka tidak percaya, setelah memberi mereka ujian bahasa asing yang begitu sulit, celah sebesar itu akan muncul. Bagaimanapun, aplikasi bergaya etnik ini terlalu mencolok! Mereka terus berpikir bahwa itu adalah jebakan!
Revan tidak peduli dengan keterkejutan dan penyesalan ketiga wanita itu. Ia menjelaskan dengan tidak terburu-buru, “Jika aku tidak salah, aplikasi bergaya etnik Bohemia yang ditampilkan di layar ke-10 itu, dikembangkan secara independen oleh seorang perancang aplikasi kawakan dari Lombok. Animasi pada background dan efek suara pada notifikasinya menggunakan algoritma rendering dan sintetis yang sangat kompleks. Menurutku, meskipun PT. Techno Nusantara adalah salah satu dari 10 merek teknologi teratas di Indonesia. Mereka tidak mungkin menggunakan begitu banyak kristal alami dan berlian berkualitas tinggi, hanya untuk membuat aplikasi ini kan?”
Kali ini bukan hanya ketiga kandidat, bahkan semua karyawan PT. Techno Nusantara lainnya menunjukkan ekspresi tidak percaya. Mereka awalnya mengira Revan hanya bisa tahu aplikasi ini tidak murah, siapa sangka ia bahkan bisa mengenali asal-usul aplikasi ini dengan jelas!
Apa yang tidak diketahui semua orang yang hadir adalah, Revan sangat senang di dalam hati. Perancang aplikasi ini adalah pria tua yang juga biasa membuat rancangan kemeja pesanan khusus untuknya.
’Aku memakai aplikasi dan pakaian dari pria tua itu bertahun-tahun, bagaimana bisa tidak mengenali gaya ini, tingkat kemewahan ini, berasal dari siapa? Tidak ada orang lain di dunia ini yang bisa menandingiku dalam memahami gaya orang ini.’
Melihat aplikasi bergaya etnik Bohemia yang megah dan berkelas, Revan menunjukkan ekspresi rindu. Ia berbisik pelan dalam hatinya, ’Pak Roni... Pak tua keras kepala yang menolak memakai kacamata baca, meski sudah rabun dekat. Apakah Bapak hidup dengan baik sekarang?”