NovelToon NovelToon
Ice Boy Vs Cegil

Ice Boy Vs Cegil

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Popi Susanti

kuyy bacaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Popi Susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

****

Setelah seminggu ini di lewati dengan berbagai macam kecandian-kejadian yang tak di sangka-sangka. Stella, gadis itu merasa hidupnya penuh dengan kejutan yang tidak di sangka-sangka. Mulai dari kejutan yang menyedihkan sampai dengan kejutan yang mengejutkan.

Semalam, adalah sebuah keajaiban menurut Stella. Bukan hanya untuknya tetapi juga untuk pamannya. Bagaimana tidak, tepat semalam kedua kakaknya membawa kekasih ke rumah Jhonson tetapi bukan itu yang mengejutkan bagi Stella dan Jhonson, yang membuat mereka terkejut adalah ditemukannya sebuah fakta jika putri Jhonson yang hilang sudah di temukan dan rupanya gadis itu kekasih Justin. Benar-benar mengejutkan.

Kejadian semalam selain membuat Stella terkejut ia juga tiba-tiba takut tiba-tiba pamannya tidak sayang lagi padanya, tetapi ketakutannya itu langsung di tepis oleh pamannya. Wajar saja Stella takut, ia masih membutuhkan kasih sayang pamannya sampai kapanpun.

Dan hari ini gadis itu memutuskan untuk tidak masuk sekolah, karena apa? Iya karena gadis itu menginap di rumah pamannya dan ia memohon agar pamannya membiarkan ia tidak masuk sekolah karena ia penasaran dengan kakak sepupunya itu. Banyak hal yang akan ia tanyai sekarang, jiwa kepo gadis itu benar-benar tidak bisa di tolong lagi sekarang.

Sekarang mereka tengah makan di meja makan bertiga, karena kedua kakak serta kekasih Maxim sudah pulang, hanya tersisa mereka sekarang.

"Kak Jo, bagaimana bisa kau di temukan? Setelah sekian lama, aku pikir kau sudah tidak ada alias meninggal, pasalnya kau di culik di saat kau masih bayi" kata Stella melirik Jouvia, gadis yang di maksud sepupu Stella yang hilang puluhan tahun lalu.

Mendengar perkataan gadis di sebelahnya Jouvia terbelalak saat gadis itu menduga dirinya sudah mati "aku juga tidak mengerti, semuanya Justin dan kak Maxim yang mencari tau, mereka meminta identitas diriku dan meminta tes darah untuk ia ambil sebagi pencocokan mencari siapa keluargaku" kata gadis itu.

Stella mengangguk paham "Paman, kau bahagia sekarang?" Tanya Stella melirik Jhonson.

Jhonson mengangguk "tentu saja aku bahagia" balas pria itu, bagaimana tidak setelah kehilangan selama puluhan tahun lalu putrinya kembali pasti saja membuat Jhonson benar-benar bahagia tidak bisa ia utarakan lagi saking bahagianya.

"Kau sepupuku? Siapa saja sepupuku?" Tanya Jouvia melirik Stella dan ayahnya bergantian.

"Sepupumu ada banyak tetapi mereka semua berada di negara yang berbeda dengan kita sementara Stella, dia putri pamanmu, adikku" ujar Jhonson memberitahu.

Jouvia mengangguk mengerti "jadi Stella tidak mempunyai saudara, maksudku adik atau kakak kandungmu?" Tanya Jouvia penasaran.

Stella menggeleng "aku tidak punya, aku hanya mempunyai kedua orangtua tetapi bekerja di Belanda dan disini aku bersama paman dan kak Maxim juga kekasihmu" ujar Stella.

Mereka lanjut berbincang sesekali sembari menghabiskan makan siang mereka.

Selesai menghabiskan makan siang kini Stella dan Jouvia berjalan berkeliling di sekitar mansion Jhonson, mereka berinteraksi agar cepat untuk akrab.

"Berati kau masih sekolah Stell, berapa usiamu?" Tanya Jouvia melirik Stella.

Stella mengangguk "ya, aku masih sekolah. Usiaku sudah 17 tahun" balas Stella.

"Kau mempunyai kekasih?"

Stella menggeleng "tidak hem lebih tepatnya belum, aku hampir mempunyai kekasih" balas gadis itu menampilkan cengirannya.

Jouvia juga tersenyum "kau mengincar seseorang? Apa dia teman sekolahmu? Aku dulu semasa sekolah saat seusiamu juga memiliki kekasih teman sekelasku sendiri" kata Jouvia mengingat.

"Bukan, dia bukan teman sekolahku. Bahkan aku tidak tertarik sedikitpun dengan teman-teman sekolahku, mereka tidak ada yang bisa memikat hatiku" jawab Stella.

"Lalu siapa yang kau maksud?" Tanya Jouvia penasaran.

"Kekasihmu" balas gadis itu bercanda.

Jouvia terhenti, gadis itu menatap Stella dengan kening bertaut mendengar perkataan gadis itu barusan "maksudmu?" Tanya Jouvia.

"Ya, aku menyukai kekasihmu"

Jouvia benar-benar terkejut sekarang "jadi kau menyukai Justin, Stell? Sejak kapan. Kenapa kau tidak mengatakan pada pria itu, dan sekarang dia sudah bersamaku, lalu bagaimana sekarang? Aku benar-benar tidak mengerti" ujar Jouvia tidak bisa berkata-kata lagi, apa-apaan sekarang sebuah fakta mengejutkan untuk nya.

Melihat wajah Jouvia yang tampak khawatir itu Stella tertawa, gadis itu tertawa kencang membuat Jouvia semakin bingung dengan sepupunya itu "kau baik-baik saja Stell? Apa kau punya riwayat gangguan jiwa?" Tanya Jouvia membuat Stella menghentikan tawanya seketika.

Bisa-bisanya ia di sangka tidak waras, sepertinya semua orang mengatakan itu pada Stella, ia jadi takut itu benar-benar menjadi kenyataan. Ia tidak dapat membayangkan jika dirinya gila, sungguh ia tidak ingin merasakannya.

"Kau menyebalkan, kak!" Kesal Stella.

"Bukan begitu, aku hanya memastikan. Kau tiba-tiba tertawa seperti orang kesetanan, aku kira kau mempunyai riwayat sakit jiwa" kata Jouvia.

"Enak saja, aku waras bahkan kewarasanku masih terjaga belum tersentuh" balas Stella.

"Baiklah aku percaya, omong-omong perkataanmu barusan bagaimana? Apa kau benar-benar menyukai Justin, mengapa bisa. Aku tidak rela bila harus melepasnya sekarang untukmu, aku memilih egois untuk mempertahankan Justin untukku" kata Jouvia pada Stella.

"Aku hanya bercanda, kau menanggapinya dengan serius" kata Stella membuat Jouvia menghela nafas lega "aku menyukai pria dewasa, Justin dan Maxim mengatakan pria itu om-om untukku tetapi menurutku tidak, pria itu masih muda bahkan sangat tampan seperti malaikat" ujar Stella memujinya.

"Benarkah, siapa pria itu?" Kata Jouvia penasaran.

"Namanya Galen, aku bertemu dengannya di acara bisnis daddy ku saat itu dan sekarang membuatku jadi suka padanya, aku benar-benar mencintainya tetapi sayangnya dia tidak menyukaiku" kata Stella kesal mengingatnya.

"Memangnya pria itu usianya berapa, kenapa Justin dan Maxim mengatakan om-om?" Tanya Jouvia.

"28 tahun, masih muda bukan, belum terlalu tua" kata Stella.

Jouvia membelalakkan matanya "muda matamu! Iya muda jika di pautkan dengan usiaku, sementara kau? Kau masih 17 tahun bagaimana bisa kau tertarik dengan pria dewasa, wajar saja Maxim dan Justin mengatakan pria itu om-om untukmu, kenapa kau menyukai om-om?" Tanya Jouvia tidak menyangka dengan fakta jika adik sepupunya penyuka pria dewasa.

Stella mendengus sebal mendengar omelan kakak sepupunya "kau kenapa cerewet seperti Maxim dan Justin? Kalian semua sama saja, memang apa salahnya dengan jarak angka, bukankah aku masih normal menyukai pria. Lalu letak salahnya ada di mana? Kau tidak masuk akal" kata Stella membela dirinya.

"Masalahnya kau masih sekolah"

"Sebentar lagi aku akan lulus."

"Lalu Setelah lulus kau akan menikah begitu?" Tanya Jouvia.

"Aku rasa iya, memangnya apa yang salah."

"Salah besar Stella, kau harus melanjutkan pendidikanmu, mengapa kau terburu-buru" omel Jouvia "ah memangnya pria dewasa itu mau dengan gadis belia sepertimu?" Tanya Jouvia.

Stella menampilkan wajah sedih lalu menggeleng "dia menolakku, tetapi aku tidak perduli, aku akan tetap mengejarnya sampai aku mendapatkannya" kata Stella yakin.

"Nyali mu besar juga"

Stella mengangguk setuju "tentu saja, kau tau pria itu tampan sangat tampan. Aku yakin jika kau melihatnya kau akan terpukau, hem hanya saja pria itu susah untuk tersenyum, dia jarang sekali tersenyum. Wajahnya selalu datar saja tetapi meskipun begitu tidak mengurangi ketampanannya, arghh aku benar-benar sudah jatuh terlalu dalam padanya" ujar Stella menggebu-gebu membayangkan Galen.

"Aku harus bertemu dengannya, seperti apa pria itu sampai membuatmu menyukainya seperti ini" kata Jouvia penasaran.

"Nanti aku akan mengenalkannya padamu, kau jangan sampai menyukainya, aku tidak akan membiarkan itu terjadi" kata Stella.

Jouvia terkekeh "kau takut sekali, aku tidak akan menyukainya"ujar Jouvia.

"Baguslah, omong-omong kau dulu tinggal dimana?" Tanya Stella

"Dulu aku tinggal bersama keluarga angkatku tetapi itu sudah lama sebelum ibu angkatku meninggal, setelah ia meninggal aku tinggal di apartemen" ujar Jouvia memberitahu.

Stella mengangguk-angguk "kenapa kau tidak tinggal dengan ayah angkatmu saja mengapa memilih tinggal di apartemen" tanya Stella lagi

"Karena ada suatu masalah yang mengharuskan aku tinggal sendiri dan juga harus bekerja di sela-sela kuliah" ujar gadis itu mengingat bagaimana dirinya kemarin-kemarin.

"Kau bekerja? Kasihan sekali. Pasti sangat melelahkan bekerja sambil kuliah belum lagi mengerjakan tugas kuliah yang tidak sedikit"kata Stella terkagum.

"Memang melelahkan, tetapi itu keharusan untuk bertahan hidup. Jika aku tidak melakukan itu maka aku tidak bisa berkuliah dan melanjutkan hidup" beritahu Jouvia.

"Hem ayah angkatmu?"

"Dia, dia masih membantuku terkadang" balas Jouvia tersenyum tipis

"Sekarang kau masih bekerja?" Tanya Stella.

Jouvia mengangguk "ya, aku menjadi karyawan di sebuah perusahaan sekarang, aku masih baru bekerja di sana" sahut Jouvia.

"Aku rasa setelah ini kau tidak perlu bekerja lagi di sana, kau bisa bekerja di perusahaan milik paman, dia sudah tidak bekerja cukup lama karena sudah lumayan tua dan sering sakit. Syukurlah kau kembali, nanti kau bisa melanjutkan mengurus perusahaan itu" ujar Stella.

"Aku juga tidak mengerti bagaimana nantinya, aku bahkan masih belum menyangka jika sekarang aku sudah bertemu dengan keluarga ku, aku pikir ini hanya akan menjadi sebuah andai-andaian saja dan syukurnya menjadi sebuah kenyataan. Aku benar-benar bersyukur sekarang" ujar Jouvia tersenyum hangat.

Stella dapat merasakan betapa bahagianya gadis itu, bahkan dia sendiri juga merasakan bahagianya. Jujur saja Stella sudah dari lama mengharapkan kakak sepupunya itu kembali, karena ia membutuhkan teman, ia tidak memiliki teman di rumah. Ia hanya bisa bermain dengan Maxim dan Justin itupun tidak bisa selalu karena mereka bekerja, sementara Stella sering merasa bosan saat di rumah. Memang gadis itu mempunyai teman-temannya yang laknat itu tetapi Stella tidak bisa mengandalkan mereka sepanjang hari karena mereka juga mempunyai kehidupan masing-masing, sesekali tentu saja mereka bisa berkumpul dengan Stella tetapi setiap hari tentu tidak mungkin. Sementara jika adanya kakak sepupunya itu Stella bisa kapan saja bertemu dengannya kalau dia pergi ke rumah pamannya dan bisa menjadi teman ceritanya.

"Aku bahagia kau sudah kembali, aku akhirnya punya teman lagi tidak melulu dengan paman jika aku ke sini" ujar Stella senang.

"Aku juga senang mengetahui kau saudaraku" kata Jouvia.

"Tetapi kau harus tau" ujar Stella membuat Jouvia menatap gadis itu serius.

"Ya?"

"Kau tidak boleh merebut paman dariku, paman harus tetap menyayangiku, paman tidak boleh berubah. Kau memang putrinya tetapi aku lebih dulu menjadi putrinya disini, jika menyangkut paman aku akan egois. Kau bebas mengambil semua harta paman tapi kasih sayang paman kau tidak bisa merebut semuanya dariku" ujar Stella "Hem aku akan berbagi denganmu sekarang, sebelumnya paman hanya menyayangiku tetapi sekarang di bagi dua denganmu, aku akan merelakannya, namun kau jangan mengambil alih semua perhatian paman" ujar Stella menatap Jouvia serius.

Sementara Jouvia yang mendengar itu tertawa pelan, ia pikir tentang apa rupanya tentang ini, semalam gadis itu juga merajuk tentang ini. Jouvia gemas sendiri dengan gadis itu, bagaimanpun ia tidak akan sejahat itu tiba-tiba menyingkirkan Stella begitu saja.

"Seberapa dekat kau dekat kau dengan ayah?" Tanya Jouvia.

"Sangat dekat, pria tua itu sangat peduli padaku, dia mengurus semua masalah yang aku perbuat, dia yang merawatku, mengingatkan apa yang baik atau tidaknya untukku. Dia mau menuruti semua keinginanku, yang terpenting dia menyayangiku"ujar Stella "pamanku defenisi ayah dan ibu sekaligus, dia mengambil dua peran itu untukku," ujar Stella.

"Kau tau, sedari kecil aku di rawat oleh paman, dulu juga ada bibi yang merawatku tetapi setelah bibi pergi paman sendiri yang melakukannya" ujar Stella "kau pasti bertanya-tanya bagaimana dengan kedua orangtuaku?" Kata Stella membuat Jouvia mengangguk.

Gadis itu tertawa kecil "aku tidak akan menghilangnya jasa kedua orangtuaku, dia bertanggung jawab dengan diriku, mereka membiayai kebutuhan hidupku bahkan sampai berlebih, tetapi minusnya mereka tidak menemani pertumbuhanku sampai sebesar ini, mereka hanya sesekali bertemu denganku dan itupun tidak lama hanya sebentar saja setelah itu mereka kembali lagi ke negara tempat mereka tinggal sekarang" ujar Stella.

"Pasti berat sekali perjalananmu, aku tidak menyangka rupanya selama itu. Aku pikir baru-baru ini orangtuamu pergi hanya untuk sekedar menyelesaikan perkejaan mereka tetapi rupanya mereka menetap di sana" ujar Jouvia.

"Tidak terlalu berat jika bersama paman, makanya aku tidak ingin kau merebut paman dariku." Kata Stella.

Jouvia terkekeh melihat ekspresi gadis itu "tenang saja, justru sekarang orang yang menyayangi mu bertambah. Kau sekarang mempunyai kakak perempuan dan aku juga mempunyai adik" ujar Jouvia.

"Bagus, ini yang aku inginkan" kata Stella.

****

1
Hala Madrid
bagus 👍👍
popi: makasihhh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!