"kamu pembunuh"
"kamu pembawa keburukan bagi kehidupanku"
"seharusnya kamu tidak pernah lahir"
Sabrina harus menanggung semua perkataan dan perlakuan buruk dari ayah kandungnyan yang sangat membencinya. Hingga akhirnya Sabrina di buang oleh ayah kandungnya sendiri.
Semua kesedihan Sabrina berakhir saat Bibi adik dari ibunya mengajaknya tinggal bersama keluarga besar ibu Sabrina di kota Solo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacasakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 21
Eliana meminta Anjani untuk menunggunya sebentar di loby, dia segera pergi ke loker karyawan untuk mengganti pakaiannya. Eliana segera menghampiri Anjani dan pulang bersama-sama ke rumah mereka.
***
Raka memijat kepalanya yang pusing, masalah yang datang membuatnya kebingungan. Bima merasa iba pada kakaknya, selain harus mengurus perusahaan dia juga di hadapi dengan masalah perempuan yang selalu memberi tekanan.
“selanjutnya bagaimana kak? Kakak tau mami orangnya gimana” kata Bima
“itulah yang bikin aku pusing. Mami pasti tidak akan mendengar siapapun sekarang ini, gimana caranya buat jelasin ke mami kalo semua itu hanya akal-akalan kita buat ngusir tu cewek halu” kata Raka sambil memijat keningnya.
“tenang aja kak. Gua akan bantu kakak buat jelasin ke keluarga kita” kata Bima.
“Makasih Bim, dan sorry gara-gara aku cewek yang kamu taksir malah dapat masalah” kata Raka.
“Nggak usah di pikirkan kak. Kita juga nggak menyangka jika kejadian bakalan seperti ini, ya udah gua balik ke ruangan dulu buat nyelesain pekerjaan yang tertunda” kata Bima berdiri dari kursi melangkah keluar dari ruangan Raka.
Semoga saja mami belum cerita ke papi dan opa.... Raka berharap dalam hatinya jika Helena tidak akan membicarakan apa pun pada Candra dan Adrian.
Helena sampai di rumahnya, dia turun dari mobilnya lalu melangkahkan kakinya menuju rumah Wulan,
“assalamualaikum Wulan” sapa Helena melihat Wulan yang sedang duduk bersantai di ruang tamu sambil membaca majalah.
“waalaikum salam, Helen... ayo masuk” Wulan mempersilahkan Helena masuk ke rumahnya.
“dari mana toh Helen, tumben-tumbennya kamu berpakaian api seperti sekarang”
“aku tadi baru mengunjungi kantor anak-anak dan mendapatkan pengakuan yang mengejutkan”
“pengakuan mengejutkan? Pengakuan apa?” kening Wulan berkerut saat mendengar ucapan sahabatnya.
Helena lalu menceritakan apa yang baru saja di dengar saat mengunjungi kantor anak-anaknya, tidak lupa pula dia menceritakan bagaimana dengan lantangnya Raka mengatakan kalau dia sudah bertunangan dengan Anjani.
“benarkah Helena?” Wulan tidak percaya dengan di ceritakan Helena.
“benar Wulan, aku saat itu mendengar pengakuan mereka sangat terkejut dan senang. Akhirnya kita akan berbesan juga” ujar Helena senang, di saat bersamaan sebuah taksi online memasuki halaman rumah sederhana yang asri dan tenang.
Anjani dan Eliana turun dari taksi online setelah membayar uang ongkos taksi sebelumnya. Mereka berdua melangkahkan kakinya bersamaan menuju ke rumah sederhana itu, Anjani terlihat ragu-ragu untuk masuk ke rumahnya.
“ayo Jani, kita masuk dan menjelaskannya ke Tante Wulan” Ajak Eliana pada Anjani yang menganggukkan kepalanya.
“Assalamualaikum” salam mereka bersamaan di luar rumah sederhana itu.
“waalaikum salam,” terdengar balasan salam dari Helena dan Wulan bersamaan.
“sepertinya mami Helena di sini” Anjani saling bertatapan dengan Eliana,
“akhirnyaaa calon menantu mami udah pulang” Sapa Helena yang senang.
Wulan tersenyum senang melihat Helena menerima putrinya dengan tangan terbuka, Anjani di minta Helena untuk duduk di sampingnya.
Eliana duduk di sofa single yang berseberangan letaknya dengan Anjani, Helena dan Wulan.
“Jani, mama dengar dari Helen jika kamu dan Raka bertunangan, benar itu nduk?” Wulan menatap Anjani menundukkan wajahnya.
Dia ingin menjawab pertanyaan Wulan namun Eliana segera memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Bukan tan...” Eliana terdiam sesaat menatap reaksi kedua perempuan paruh baya di depannya.
Helena terdiam bingung menatap putrinya,
“apa maksudnya Elia?” tanya Helena, Eliana dan Anjani saling berpandangan. Dengan menghela nafas Elian mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
“begini mi, sebenarnya pernyataan soal kak Raka yang bertunangan dengan Anjani semuanya itu hanya kebohongan yang kami buat untuk mengelabui cewek halu” Eliana mencuri-curi pandang pada Helena, dia takut jika nantinya ibunya shock lalu tidak bisa menerima apa yang mereka jelaskan.
“mengelabui apa maksudnya? Mama semakin tidak mengerti Jani” Wulan menatap putrinya duduk di samping.
“itu tante... ini semua bukan kesalahan Jani tan. Kami yang meminta bantuan Jani agar mau jadi... jadi.... tunangan pura-puranya kak Raka” Eliana menatap Helena yang terdiam mendengar perkataannya.
“ sebenarnya... ada cewek halu yang ngejar-ngejar kak Raka sampai mengatakan dirinya adalah tunangan kak Raka pada semua orang juga kolega bisnis. Karenanya kak Raka sangat terganggu dan kesal, lalu kami dapat ide soal Anjani yang akan berpura-pura menjadi tunangan kak Raka. Ini semua benar-benar salah paham” jelas Eliana membuat Helena tampak sangat sedih.
“ jadi Jani dan Raka benar-benar tidak ada hubungan apa pun?” wajah Helena terlihat sendu.
“maafkan kami, udah bikin mami sedih” kata Eliana dan Anjani serempak.
Raut wajah Helena terlihat sedih karena keinginan berbesan dengan Wulan sahabatnya terancam batal. Ada rasa bersalah yang di rasakan di hati Eliana dan Anjani.
“mi....maaf Elia udah bikin mami sedih, semua ini benar-benar di luar kendali kami mi” ujar Eliana duduk bersimpuh di dekat kaki maminya.
Helena menatap putri semata wayangnya,
“sudahlah... mami mengerti. Sekarang mami bingung gi mana cara menjelaskannya pada opa! Mendegar kabar Raka akan menikah opa sudah sangat bahagia” Helena menghela nafas panjang. Dalam perjalanannya kembali ke rumah, Helena menyempatkan untuk menghubungi suami dan mertuanya.
Mereka senang mendengar kabar jika putra pertama keluarga Wiguna akan melepaskan masa lajangnya.
“opa udah tau mi?” Eliana tampak sangat terkejut mendengar ucapan maminya. Anjani dan wulan juga sama terkejutnya dengan Eliana, mereka tahu jika Candra Wiguna memiliki penyakit jantung.
Helena menghela nafas panjang, menganggukkan kepalanya sedih. Eliana semakin kebingungan menjelaskan pada Candra Wiguna, dia tidak ingin penjelasannya kelak memicu sakit jantung Candra.
“sekarang gi mana mi? Elia nggak mungkin bilang sama opa kalau semua itu hanya kebohongan kami” Eliana kebingungan.
“biar mami yang membicarakannya dengan papi dulu. Mungkin saja ada solusi dari papi” Helena memberi solusi dengan membicarakan pada Adrian.
“wulan, maaf kan aku karena kebohongan anak-anak...” ucapan Helena terpotong saat Wulan tersenyum padanya.
“sudahlah Helen, aku mengerti anak-anak melakukannya karena terdesak. Kita anggap saja permasalahan ini berakhir di sini saja” kata Wulan dengan bijak.
Helena dan Eliian pamit menuju rumah mereka menunggu para Pria keluarga Wiguna kembali dari aktifitas mereka.
***
Rumah sakit di Jerman,
Sabrina tampak baru menyelesaikan operasinya, dia menemui keluarga pasien yang senantiasa menunggu di ruang tunggu.
“Zum Glück verlief die Operation gut, wir werden den Patienten auf die Intensivstation bringen. Nach Durchlaufen der Krisenzeit wurde der Patient in den stationären Raum gebracht. (Syukurlah operasi berjalan dengan baik, pasien akan kami bawa ke unit perawatan intensif. Setelah melewati masa krisis, baru pasien dibawa ke ruang rawat inap)” jelas Sabrina pada keluarga pasien.
“Danke Doktor, danke... (terima kasih Dokter, terima kasih..)” ucap salah satu keluarga.
“Okay, entschuldige mich zuerst (baiklah, saya permisi dulu)” sabrina pamit kembali ke ruang kerjanya setelah mengganti pakaiannya.
Ruang kerja Sabrina, sebuah kkotak kardus di penuhi dengan barang pribadi miliknya. Begitu bayak kenangannya bersama para staff dokter dan perawat di rumah sakit itu.
Terlepon di ruangan Sabrina berbunyi,
“Hallo, mit Doktor Sabrina hier (halo, dengan dokter Sabrina di sini)” sapa Sabrina sambil mengecek berkas pasien terakhirnya.
“Doktor, es gibt einen Notfallpatienten in der Notaufnahme. Kannst du jetzt hierher kommen?(Dokter, ada pasien gawat darurat di IGD. bisa anda ke sini sekarang?)” kata perawat pada Sabrina.
“Wo sind die anderen Ärzte im Dienst?(dimana dokter jaga yang lainnya?)” tanya Sabrina.
“Sie sind damit beschäftigt, sich um einige der anderen Patienten zu kümmern. (Sie sind damit beschäftigt, sich um einige der anderen Patienten zu kümmern)” perawat itu memberi alasan. Beberapa perawat lain tampak menghias sebuah ruangan tunggu yang tidak jauh dari ruang IGD.
Secara diam-diam mereka membuat acara pesta perpisahan untuk Sabrina.
“ Okay, ich werde jetzt dorthin gehen. (baiklah, saya akan kesana sekarang)” Sabrina meletakkan gagang telepon ke tempat semula. Dia lalu memakai baju kebesarannya melangkahkan kakinya menuju ruangan yang di tunjuk oleh perawat.
*************
secepatnya author akan up lagi tiap hari, mohon bersabar menunggu kelanjutannya...🤗🤗🤗🤗
tetap terus dukung Author😊😊😊
dengan cara like, vote dan tipnya.....ya.... plisss🙏🏻🙏🏻🙏🏻
jangan lupa juga kasih rate dan commetnya yang positif agar Author semakin semangat💪🏻💪🏻💪🏻 buat nulisnya...✍️✍️✍️
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗
❤️❤️❤️❤️❤️ all...
buat saya,,,ini sangat lah menyebabkan,,,
kenapa ?,,,
karena sesuatu yang tidak adil terjadi pada raka,,
kali ini coba saya intip lagi,,,siapa tau author membelokkan alur cerita,,, walaupun saat ini kenyataannya bisa di ibarat kan bahwa Sabrina hanya tinggal ampas untuk raka,,,,walau harus dengan menSCROLL setiap jalan cerita yang menjelaskan soal Sabrina dan suaminya,,,😓