NovelToon NovelToon
Rahasia Tuan Buruk Rupa

Rahasia Tuan Buruk Rupa

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Cinta Paksa
Popularitas:109.7k
Nilai: 5
Nama Author: PutrieRose

Dianella terpaksa harus menikah dengan pria buruk rupa yang berwajah menyeramkan. Juga terkenal misterius dan kasar. Pria itu tak pernah mau menunjukkan wajah aslinya, ia selalu menutupinya dengan rambutnya yang panjang.

Arsenio, pria yang memiliki banyak bekas luka bakar di wajahnya merasa tak pantas menikmati hidup. Ia selalu mengurung dirinya di sebuah ruangan. Tak mau melihat keindahan di luar. Hingga datanglah Dianella, gadis pemberani yang setiap hari membuat dirinya murka atas kelakuan-kelakuan konyolnya.

Akankah sosok Dianella mampu membuat Arsenio memperlihatkan wajah aslinya????

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PutrieRose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34 DERLIN DAN FLOREN

BRAKKK!!!

Pintu langsung ditutup kembali oleh adik iparnya. Anell yang ingin menghampiri akhirnya tidak jadi. Dia benar-benar terkejut saat Derlin tanpa permisi membuka pintu kamarnya.

"Untung saja aku sudah pakai baju," ucapnya sembari mengelus dada.

Ia lantas melanjutkan kembali mengeringkan rambut. Tapi entah kenapa ada rasa takut saat tadi melihat wajah Derlin. Senyumannya seperti tak biasa.

Kedatangan Derlin yang tiba-tiba membuatnya takut untuk keluar kamar. Ia seperti melihat sisi lain dari adik iparnya itu.

"Aku harus ke kantor." Arsen masuk hanya mengambil tas kantornya dan segera keluar. Tapi langkahnya dicegat oleh Anell.

"Nomor ponselmu berapa?" Ia menggelayuti lengan bajunya sampai-sampai Arsen meliriknya.

"Tidak ada," jawabnya singkat dan berlalu pergi.

"Ihhhhh. Dasar!" kesalnya karna Arsen tak memberikan nomor ponselnya padahal ia melihat ada sebuah ponsel di tas kantornya.

"Pulanglah. Kakak mau ke kantor." Terdengar suara Arsen menyuruh Derlin untuk pulang.

"Ya sudah, tinggal berangkat ke kantor saja, Kak. Aku mau di sini."

Sebuah apel dalam genggaman, lalu ia gigit perlahan sembari bersender. Tingkah lakunya agak sedikit berbeda, membuat Arsen sedikit curiga.

"Kamu tidak ke kantor?" tanya Arsen yang belum juga beranjak pergi masih memperhatikan adiknya.

"Malas. Aku tidak suka dengan pekerjaan itu," jawabnya.

Arsen akhirnya duduk, terus memperhatikannya. "Ada masalah dengan kantor?" tebaknya.

Kakinya yang semula di atas meja kini ia turunkan karna kakaknya duduk di sebelahnya.

Derlin menggeleng tapi raut wajahnya mengatakan yang sebaliknya.

"Jangan buat mama khawatir."

Keduanya saling tatap, Derlin seperti melihat sosok Arsen yang berbeda. Kakaknya jauh lebih dewasa dari yang dulu. Emosinya juga sekarang sudah stabil. Entah apa yang mempengaruhinya sekarang.

"Semua usahaku gak ada hasil. Kakak juga gak mau bekerjasama dengan perusahaan aku. Aku jadi bingung."

Ia menghembuskan nafasnya, mendengar bahwa itu yang menjadi permasalahan adiknya.

"Kakak untuk sekarang belum bisa. Ada kakakmu yang satunya lagi, kenapa kamu tidak meminta bantuannya?"

Derlin memutar bola matanya jengah. "Perusahaan kak Marvel masih tergolong baru. Susah mendapat untung besar," ejeknya.

Arsen hanya bisa geleng-geleng kepala. "Jangan selalu menilai dengan uang, Derlin. Kita hidup juga tak mesti dengan uang."

Ia tersenyum sinis. "Iya, kita juga butuh cinta untuk tetap melanjutkan hidup," ujarnya. Sisa apel gigitannya ia letakkan begitu saja di meja lalu ia menuju kamar papanya.

"Aiishhh!! Jorok sekali!!" Arsen menendang sisa apel itu dan menggelinding kebawah membuat Derlin tertawa terbahak-bahak.

"Cepat pergi dari sini, Derlin!!!!!!!!!" teriak Arsen.

***

Suasana kantor pagi ini cukup lengah. Banyak yang berubah setelah kemarin ia tidak masuk. Sepertinya Kakek sengaja merubahnya. Dan ia cukup nyaman dengan suasana seperti ini.

Masih menggunakan masker sebagai penutup wajahnya. Ia melangkahkan kakinya bersama Paman sekretarisnya.

"Papa, kapan pulang?" tanyanya karna ia mulai mengkhawatirkan papanya.

"Masih lama, Tuan," jawabnya seraya menunduk.

"Kenapa lama sekali? Apa sakit papa parah? Apa aku harus kesana?"

"Tidak, Tuan. Jangan, Anda tetaplah di sini. Kita doakan saja."

Saat sudah sampai di ruangan, entah kenapa pikirannya mengarah pada sebuah syarat dari Kakek. Yang mengatakan bahwa ia harus memberikan seorang cucu.

"Ah, apa yang aku pikirkan!" Ia memukul meja kerjanya sehingga semua benda di atasnya bergetar.

Ia lantas melirik sebuah ponsel yang tergeletak di atas meja. Ponsel miliknya yang tak pernah ia gunakan. Paman sekretarisnya lah yang selalu menggunakan untuk hal penting.

"Nomor ponselmu berapa?"

Ia teringat saat tadi pagi Anell menghadangnya untuk meminta nomor ponselnya. Arsen tersenyum mengingatnya.

"Tuan, Anda kelihatannya sedang bahagia hari ini?" Tak menyadari bahwa Paman sekretaris sedang berada di ambang pintu. Ia menatap bosnya dengan mata berbinar-binar.

"Tidak. Aku hanya mengingat hal yang lucu."

"Iya, sama aja, Tuan."

Bunyi dering ponsel memenuhi ruangan, ada sebuah panggilan masuk.

"Tuan, nyonya Floren ada di rumah. Nyonya dan tuan Derlin bertengkar."

Mendapat info dari pelayan di rumah bahwa ibu tirinya dan adik tirinya bertengkar di rumahnya.

Entah sedang terjadi permasalahan apa antara mereka. Dia cukup khawatir.

.

.

.

Di sisi lain, Floren menatap kecewa pada putra bungsunya.

"Mama menyesal!!!!!!!" teriaknya menggema dengan urat-urat kemarahan yang ada. Tangannya terasa kebas karna bolak-balik menampar putranya. Tapi Derlin tidak jengah, ia malah terus melawan ibunya dengan jawaban yang membuat kesal dirinya.

"Ya, menyesal lah, Ma. Selagi Mama sadar."

Ia tak habis pikir dengan Derlin yang sekarang menjadi sosok yang pembangkang.

Di dalam kamar Anell mendengar jelas pertengkaran tersebut, tapi ia tak berani keluar. Tak mau ikut campur dengan urusan mereka.

"Mama urus sendiri perusahaan yang mama banggakan sejak dulu. Kalau pun Mama gak sanggup, kenapa Mama tidak pernah memberikan perusahaan itu sepenuhnya untuk papa? Mama masih bergantung dengan orang lain, tapi Mama masih egois untuk mengakuinya!"

Tubuhnya mendadak lemas, badannya seketika jatuh ke atas kursi. Dia tak sanggup menjawabi lagi. Floren merasa sesak di dalam dadanya.

"Ma ...." Derlin yang melihat ibunya merasa kesakitan ingin mendekat tapi Floren melarangnya. Ia malah mengusir putranya untuk pergi.

Lalu ada seorang pelayan yang datang menghampiri, menawarkan untuk beristirahat saja di kamar.

"Tidak. Tolong antarkan aku ke mobil."

Floren berjalan tertatih-tatih dengan bantuan pelayan. Hingga sampai di halaman rumah, ia melihat sebuah mobil putih masuk.

Dan ternyata Arsen yang datang, putra tirinya itu menatapnya dengan pandangan yang sama. Tatapan yang tak pernah berubah, ia masih menyayangi ibu tirinya walaupun kasih sayang yang Floren berikan sangat berbeda.

Arsen selalu mendapatkan bagian terakhir saat Floren membuat roti. Ia berikan potongan roti yang besar-besar untuk Marvel dan Derlin. Lalu sisanya untuk Arsen. Tapi Arsen kecil selalu menerimanya dengan sumringah. Ia mengatakan berkali-kali terimakasih pada ibunya.

Ada sebuah air mata yang menggenang saat saling tatap, Floren membuang muka untuk menyembunyikan air matanya yang terpaksa keluar tanpa permisi. Di dalam mobil ia menghapusnya. Tapi diam-diam masih memperhatikan Arsen yang tak kunjung pergi. Arsen masih menatap mobil yang ditumpangi ibunya yang belum juga beranjak pergi.

"Nyonya ingin berbincang dulu dengan tuan Arsen? Kalau—"

"Tidak. Cepat jalan, Pak," ucapnya pada sang sopir.

"Ma—" Suaranya terasa tercekat di tenggorokan, ia hanya bisa menatap mobil yang perlahan hilang dari pandangannya.

Derlin terlihat keluar dari rumah dan berpapasan dengan Arsen. "Kakak pulang?" tanyanya.

"Iya, karna pelayan memberitahu bahwa kamu dan mama bertengkar."

Derlin berdecih lalu menepuk pundak kakaknya pelan. "Kalau Kakak sudah tahu, ijinkan aku untuk tinggal di sini sementara waktu ya. Sambil menunggu hubungan aku dan mama membaik."

Permintaan dari Derlin yang entah kenapa sulit untuk ia penuhi. Ia terdiam sesaat dan menimbang semuanya.

"Please, Kak. Aku bingung harus tinggal dimana lagi," mohonnya dengan wajah memelas.

1
Nar Sih
ya kok udah end kak ,tetep semagatt dan di tunggu cerita cinta nya kia dan satya
SUNARTI SUNARTI
hadir thor
Symsnr_
Lumayan
Symsnr_
Buruk
Nar Sih
marahan kok lama sekali kia ,dri sd sampai kuliah ,jdi penasarn nih apa mslh mu dgn satya sampai mama anell pun marah
Ainisha_Shanti
Kia merajuk nya sampai kebesar
Tati st🍒🍒🍒
suami mesteriusmu itu yg tf
Tati st🍒🍒🍒
aku masing bingung,blm nemu titik terang
Tati st🍒🍒🍒
cinta
~v
Luar biasa
Ainisha_Shanti
Alahaiii Kia, kecil2 lagi dah gedik 😂😂😂
Nar Sih
lanjutt kakk
Ainisha_Shanti
cara yang bijak dalam membangunkan tuan nya
Nar Sih
ngak terasa udah gede aja ank nya anell ,dam semoga lontang bnr jdi jodoh nya darlin
Tati st🍒🍒🍒
ternyata benar bukan anak kandung
Tati st🍒🍒🍒
masih bingung
Nar Sih
pasangan yg romantis
Nar Sih
sabar ya anell ,doa kan ibu mu tenang disana ,dan semoga kmu juga dedek byi yg di perut sehat smpiai waktu nya lhir,
Tati st🍒🍒🍒
banyak uang tapi pelit sama anak sendiri,sekarang kan jaman dah canggih
Tati st🍒🍒🍒
baru baca lagih,biar semangat buat kaka otornya aku kasih vote
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!