Nayanika memang tidak pandai mencari kekasih, tapi bukan berarti dia ingin dijodohkan.
Sialnya, kedua orangtuanya sudah merancang perjodohan untuk dirinya. Terpaksa Naya menikah dengan teman masa kecilnya itu, teman yang paling dia benci.
Setiap hari, ada saja perdebatan diantara mereka. Naya si pencari masalah dan Sagara si yang paling sabar.
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Karena kesal kemarin Naya pergi tapi tidak berpamitan padanya, Sagara pun diam-diam menyuruh bodyguard untuk mengawasi Naya kemanapun gadis itu pergi. Dengan begitu, ia tidak akan bingung kalau sewaktu-waktu Naya hilang.
Pagi ini Naya ingin menjadi istri yang baik lagi, dia bangun pagi dan langsung memasak untuk sarapan. Bermodal tutorial di internet, Naya hendak membuat ayam kecap asam manis. Untungnya bahan-bahan masih lengkap.
Rebus ayam lebih dahulu sampai setengah matang.
Naya menunggu air mendidih untuk merebus ayam nya.
Sambil menunggu ayam matang, kita potong bawang merah, bawang putih—
Suara penyiar video menggema di dapur yang sepi itu. Naya kembali mengikuti langkah-langkah. Karena saking fokusnya menonton video, tangannya tak sengaja terkena pisau. Naya meringis pelas. Buru-buru dia mencuci tangan untuk menghentikan darahnya.
"Langganan banget kena pisau," ujarnya kesal.
Setelah selesai, Naya kembali melanjutkan memotong bawang dan cabai. Setelah semuanya selesai, dia beralih melihat air yang sudah mendidih. Segera Naya masukkan ayam ke dalam panci itu.
"Akkhh!"
Lagi-lagi dia ceroboh, akibat memasukkan ayamnya dengan jarak yang terlalu tinggi, ia jadi terkena cipratan air panas.
Naya mengibaskan tangannya yang terkena cipratan, terlihat memerah tapi Naya tetap lanjut.
"Masak gini aja kenapa banyak lukanya sih?!" gerutunya.
"Awas aja kalau gak enak nanti!"
Naya kembali melihat tutorial nya. Tak sadar dia menghabiskan waktu 1 jam hanya untuk memasak ayam kecap.
Bertepatan dengan itu, Sagara baru keluar dari kamar. Karena jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, Sagara masih belum rapi dengan pakaian kantornya.
"Ngapain?" tanya Sagara. Dia mengambil air dan meminumnya.
Naya diam, karena dia sedang fokus menuang masakannya ke dalam piring.
Kening Sagara mengerut melihat ayam yang sudah berubah warna itu.
"Kamu masak apa?" tanya Sagara.
"Ayam kecap." Naya meletakkan piring tersebut ke atas meja makan.
Sagara semakin mengerutkan keningnya. "Ayam kecap apa ayam gosong?"
Sontak saja Naya melirik sinis suaminya. "Gak usah ngeledek bisa? Hargai masakan pertama aku coba!"
Sagara menggeser kursi dan duduk di sana. "Mana nasinya?"
"Bentar!" Naya mengambil nasi dan langsung mengambilkan untuk Sagara. Dia juga mengambilkan lauknya.
Karena sudah penasaran, Sagara pun mulai mencobanya. Lagi-lagi dia mengerutkan keningnya merasakan masakan sang istri.
Naya berdecak melihat raut wajah Sagara. "Biasa aja bisa gak sih mukanya?"
"Enak," komentar Sagara, dia kembali menyuapkan makanannya.
Mata Naya berbinar. "Serius?!"
Sagara mengangguk. Dia mengambil satu suap lagi dan menyodorkannya pada Naya, Naya pun langsung membuka mulutnya menerima suapan Sagara.
"Kecapnya terlalu banyak, kalau dikurangi, pasti lebih enak." Dukungan dari suami itu perlu, makanya Sagara tidak mengomentari lebih lanjut tentang masakan Naya, lagi pula istrinya baru belajar.
Naya mengangguk sambil mengunyah. "Tadi aku mau masukin sedikit, tapi gak sengaja kepencet, jadinya kebanyakan."
Sagara menyuruh Naya duduk dan ikut makan.
"Minta ajarin mama aja, jangan lihat video," ujar Sagara.
Naya mengangguk patuh. Meski kebanyakan kecap, setidaknya dia bisa membuat sarapan yang cukup layak untuk pagi ini.
****
"Mama? Kok gak bilang Naya dulu mau ke sini?" Naya menyalami tangan Kejora, mertuanya.
Kejora tersenyum. "Kejutan buat kamu," ucapnya.
Naya mengajak Kejora masuk ke dalam.
"Kamu udah masak buat makan siang belum?" tanya Kejora.
Naya menyengir. "Belum, hehehe..."
Kejora tersenyum maklum. Dia tau kalau Naya tidak bisa masak.
"Yuk kita masak. Mama ke sini emang mau ngajak kamu masak bareng, Sayang. Kita masak yang simpel aja, ya? Biar kamu cepat bisa," ucap Kejora dan langsung diangguki Naya.
Kejora dan Arunika itu berbeda. Jika Arunika sering mengomel, maka Kejora adalah orang yang lemah lembut, dia akan menasehati pelan-pelan, tidak seperti Arunika yang terkesan memarahi.
"Tadi pagi sarapan pakai apa?" Kejora mulai memilih bahan untuk dimasak, sedangkan Naya menunggu disuruh mama mertua.
"Aku buat ayam kecap, tapi kebanyakan kecapnya. Tapi kata Sagara enak kok," jawab Naya benar adanya.
Kejora mengangguk paham, dia menyerahkan sayuran tersebut pada Naya. "Tolong cuci sayurnya, Sayang," pintanya dan dituruti oleh Naya.
Kalau disuruh dengan tutur kata lembut seperti ini, Naya pasti betah dan mudah paham, tidak seperti mamanya. Eh, kenapa dia jadi membedakan mereka?
"Kita bikin sayur bening kol, kentang sama wortel. Sagara paling suka sayur itu karena bumbunya gak neko-neko," ujar Kejora.
"Dipotong, Ma?" tanya Naya setelah selesai mencuci.
"Iya, potong agak tipis aja ya. Seperti ini."
Kejora benar-benar mengajari Naya masak. Sayur bening, itu sudah paling simpel. Lauknya udang crispy dan bakwan jagung. Tak sedikitpun Kejora memarahi Naya meskipun Naya sempat melakukan kesalahan.
"Kamu harus sering-sering masak sayur, soalnya Sagara suka sayur."
Naya mengangguk paham. Dia memperhatikan ibu mertuanya yang sedang menyusun makanan tadi ke dalam rantang untuk diberikan pada Sagara.
"Kita barengan aja ya, Mama sekalian mau ke butik," ujar Kejora.
"Bentar, aku mau ambil tas sama hp dulu, Ma."
Naya segera berlari menuju kamarnya untuk mengambil hand bag dan hp nya.
****
Sesampainya di kantor, Naya segera bertanya pada salah satu karyawan di sana tentang keberadaan Sagara.
"Biasanya Pak Sagara makan siang di kantin, Bu. Kantinnya ada di lantai 5."
Naya segera pergi ke lantai 5. Wajahnya tertekuk, moodnya seketika turun.
"Apa aku setua itu sampai dipanggil ibu?" gumamnya cemberut.
"Sagara lagi, kenapa dia makan di kantin, sih? Kan aku udah masak susah payah sama Mama Jora!" Naya menghentakkan kakinya kesal.
Padahal dia sendiri yang tidak mengabari Sagara lebih dulu tadi.
Sesampainya di kantin, Naya terdiam melihat banyaknya karyawan yang sedang makan siang di sana. Kedatangannya pula membuat beberapa dari mereka menatap ke arahnya.
Naya berjalan santai meski jantungnya dag dig dug.
Sagara mana sih? Di kantin apa di tempat lain? Batinnya masih terus mencari keberadaan Sagara.
"Naya?"
Naya menoleh mendapati asisten suaminya. Naya tau, Alzio namanya, umurnya masih 26, beda setahun dengan Naya. Karena Alzio adalah asisten Sagara, tentu saja pria itu menghadiri pernikahan Naya dan Sagara.
"Cari Pak Gara?" tanya pria itu. Di tangannya terdapat nampan berisi makanannya.
Naya mengangguk. "Tapi, kayanya gak ada di sini, deh. Kamu tau di mana?" tanyanya.
"Siang ini ada rapat dadakan, aku baru aja keluar. Kayanya Pak Gara masih ada di ruangannya," jawab Alzio. "Di lantai 15. Kamu ke sana aja. Di sana cuma ada 1 ruangan kok."
Naya mengangguk paham. Tanpa berlama-lama lagi dia segera ke sana setelah mengucapkan terimakasih pada Alzio.
"Berarti dia belum makan, kan?" Entah kenapa Naya merasa senang, artinya Sagara pasti akan memakan masakannya nanti.
Sesampainya di lantai 15, tanpa mengetuk pintu, Naya langsung membukanya.
Ceklek
Kedua manusia yang ada di ruangan itu langsung menoleh. Mereka terkejut melihat kedatangan Naya.
Sedangkan Naya sudah merasa kesal saat mendapati Sagara dan juga seorang wanita sedang makan di sana.
"KAMU SELINGKUH?!" pekiknya.
Nabila langsung berdiri dari duduknya. Dia tidak tau siapa wanita di ambang pintu itu.
"Maaf, anda siapa?"
Naya hanya melirik Nabila sekilas. Tanpa menghiraukan Nabila, Naya menghampiri Sagara dan langsung menarik kerah baju pria itu.
"Aku udah berusaha masak buat makan siang kita, tapi kamu malah selingkuh sama cabe ini?! Kurang ajar!" Naya mendorong tubuh Sagara hingga punggung Sagara terbentur sandaran sofa.
"Aku mau ngadu ke Mama!" Naya meletakkan rantang yang dia bawa dengan kasar, lalu hendak berbalik. Tapi, sebelum itu Sagara langsung menahan tangannya.
"Dengar penjelasan saya dulu," ucapnya.
"GAK! LEPASIN!" Mata Naya melotot tajam.
Sagara mengode Nabila agar keluar dari ruangannya. Tanpa membantah, perempuan itu keluar dari sana dengan perasaan bingung.
"Lepasin gak?!" sentak Naya dia memberontak, tapi Sagara malah memaksa nya untuk duduk.
"Gak usah diperpanjang. Kita makan sekarang." Sagara membuka rantang yang dibawa istrinya.
"Udahlah, aku gak mood!" Naya mengalihkan pandangannya tak mau menatap Sagara.
Sagara menghela nafas. Dia pusing sekali.
"Saya baru selesai rapat. Tapi ada keperluan dengan sekertaris saya, jadi kami makan sekaligus berdiskusi. Jangan mikir aneh-aneh apalagi sampai ngadu ke mama. Kalau kamu gak percaya, silakan lihat rekaman CCTV di ruangan ini," jelas Sagara.
Naya masih diam. Wajahnya tertekuk, dia memilih memainkan ponselnya saja. Meski sudah dijelaskan, tetap saja Naya kesal.
"Naya."
"Diem, aku lagi bad mood!" ketus Naya.
Sagara menghela nafas. Dia memilih memakan masakan istrinya.
"Kamu sudah makan?"
"Ngapain nanya-nanya? Penting kah? Bukannya kamu lebih mentingin si cabe itu daripada aku?"
"Buka mulut kamu." Sagara tak menghiraukan ocehan Naya dan memilih menyodorkan sesendok nasi dan lauk pada gadis itu.
"Gak mau!"
"Buka, Naya."
"GAK—"
Tanpa menunggu lama, Sagara menyuapkan sesendok nasi itu ke mulut Naya. Naya mengeram kesal, tapi dia tetap mengunyah dan menelannya.
"Pemaksaan! Ini namanya KDRT —"
Lagi-lagi Sagara menyuapi Naya saat dia membuka mulut.
"Sagwara!" kesal Naya dengan mulut penuh.
"Makanya diam," ucap Sagara. Dia kembali makan dengan tenang. Begitupun dengan Naya yang mulai anteng dan siap menerima suapan lagi.
Pada akhirnya Sagara menyuapi Naya sampai makanan itu habis. Naya minum sedangkan Sagara merapikan rantang nya.
"Makan yang itu juga kalau kamu mau." Sagara menunjuk ayam kentucky yang dibeli Nabila tadi. Nabila hanya membawa sisa makanannya saja, sedangkan yang lain masih utuh.
Karena masih lapar, tanpa ragu Naya mengambil dan memakannya dengan saus. Bodo amat kalau yang beli si cabe itu, yang penting perutnya kenyang.
Sagara selalu tau kalau Naya masih lapar, berbeda dengan dirinya yang gampang kenyang, Naya lebih sering merasa lapar. Meskipun sering makan, tubuhnya sama sekali tidak gemuk. Paling hanya naik sekilo saja.
"Habis ini kamu pulang?" tanya Naya disela kunyahan nya.
"Belum," jawab Sagara.
"Jam berapa pulangnya? Kaya biasa?"
Sagara mengangguk sambil menyalakan iPad nya.
"Kalau gitu aku tunggu kamu sampai pulang deh! Bosan di rumah sendirian."
"Tumben?"
"Oh jadi gak boleh ya? Ya udah aku—"
"Boleh," sela Sagara. Ia menahan tangan Naya yang hendak meraih tas nya. "Tapi jangan keluar, di sini aja."
"Asal ada makanan, aku gak akan kemana-mana." Naya menyengir lalu kembali memakan ayam nya.
Sagara menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya itu. Melihat Naya makan saja mampu membuat Sagara kenyang meski tidak ikut makan.
bersambung...
Dapat notif like sama komen dari kalian tuh aku seneng bgt, sekalipun cuma 1, tapi seneng aja gitu. Makanya sering" komen dan like setiap bab nya, biar aku tambah seneng dan rajin up😌