Berlian.... nama yang cantik, secantik wajah dan hatinya. Berlian berasal dari keluarga sederhana, yang menemani masa-masa sulit suami tercintanya tanpa mau mengungkap jati diri mereka ke publik
Rehan..... terlahir dari keluarga kaya raya, menikmati segala fasilitas yang ada dari lahir sampai sekarang saat perebutan kekuasaan dalam keluarganya
Mampukah cinta berlian, menyatukan dan mendorong mereka untuk terus bersama-sama dalam masa sulit ?
Ikuti kisah mereka, jangan lupa berikan koment positif yang membangun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little_quen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
"dokter sandra truth or dare ?" tanya Dion semangat
"truth dong"
"baiklah, pertanyaannya, setelah nanti resmi bercerai adakah rencana untuk menikah lagi ?"
Semua mata tertuju pada dokter sandra, menanti jawaban dari si ulat bulu satu ini
"menikah lagi ? Pastinya semua orang menginginkan hidup dengan pendamping yang saling mengisi dan mencintai, termasuk aku, aku juga menginginkan hidup yang lebih berwarna, dan sekarang masih menunggu pangeran yang bersedia menerimaku" jawabnya santai
"mana ada pangeran yang mau dengan janda ?" jawab Lisa sewot yang kemudian mendapat sikutan dari Dion
"pastinya akan ada" jawab dokter sandra kembali dengan santai
"sepertinya waktu sudah tengah malam, mari kita masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat" usul Bernard setelah dia membaca arah pembicaraan yang tak berfaedah ini
Malam semakin larut dan angin malam mulai menusuk tulang, setiap orang sudah memimpikan tidur dibawah hangatnya selimut tebal. Termasuk mereka yang tengah berlibur di kota yang dingin ini.
🍁🍁🍁
"Nyonya..... Nyonya muda....tuan.....tuan muda......" teriakan yang membuat heboh pagi ini dari baby sister rili
Semua orang keluar kamar, menghampiri baby sister rili yang berteriak dan menangis histeris padahal waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi
"ada apa Siti?" tanya Rehan penasaran
"nona tuan, nona kecil, tolong liat nona kecil tuan" jawabnya sambil menangis
"ada apa dengan rili ? Bicara yang jelas" tanya berlian kemudian
"ayo tuan, nyonya, tolong segera liat nona kecil sekarang"
Akhirnya semua orang berlari menuju kamar rili yang terletak dilantai bawah. Setelah pintu dibuka, berlian berteriak histeris, didapati putri tercintanya terbujur lemah diatas tempat tidur sambil mengeluarkan busa dimulutnya
"Dion, panggil ambulans segera, sekarang" perintah Rehan dengan penuh emosi, lebih tepatnya emosi karena ketakutan akan kondisi anaknya
"sayang.... Bangun sayang.... Jangan tidur, buka mata rili.... Buka nak matanya ....." teriak berlian sambil memeluk rili kecil
Semua orang ketakutan melihat kondisi rili kecil, ambulans yang mereka tunggu serasa sangat lama datang, padahal baru 5menit setelah Dion menelpon rumah sakit terdekat. Ditambah melihat kondisi berlian yang menangisi anaknya, anak yang menemani dia hidup susah, anak yang selalu ada dalam hari-harinya.
Setelah 15 menit menunggu akhirnya ambulans datang, dan rili segera dilarikan ke rumah sakit. Semua orang keluar dari rumah, memasuki mobil masing-masing, mereka tak perduli walaupun dengan penampilan bangun tidur dan bahkan belum sempat mencuci muka.
🍁🍁🍁
Kini semua orang dengan cemas menunggu di depan IGD, rasa cemas dan takut. Berlian wanita yang biasanya tegar dalam setiap masalah, saat ini dia menyerah, dia tak menunjukkan sikap tegarnya, bahkan ia menangis tak henti dengan wajah yang kacau karena air mata sambil terus berada dalam dekapan Rehan.
Akhirnya lampu merah padam, dan pintu ruangan terbuka.
"selamat pagi, siapa keluarga pasien atas nama anak rili ?" tanya seorang dokter yang keluar
"saya ibunya dok, bagaimana kondisi anak saya dok ? Katakan bagaimana dok ?" tanya berlian antusias
"maaf tuan, nyonya, putri kalian sudah menyerah dan kami tidak dapat menyelamatkannya" bagai disambar petir, kata-kata dokter tadi sontak membuat tubuh berlian melemas dan pingsan
"perwakilan dari pihak keluarga silahkan nanti keruangan saya, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan, dan mungkin pihak keluarga juga ingin meluruskan sesuatu, saya ada diruangan lantai 2. Ter
Tangis mengisi lorong rumah sakit, mereka kehilangan sosok gadis kecil yang lucu dan periang, sosok gadis kecil yang menghiasi hari-hari mereka. Sosok gadis kecil yang kemarin masih berlari dan berceloteh riang ditengah-tengah mereka.
"kak, sebaiknya kakak bawa kak berlian pulang. Kami yang akan mengurus kepulangan rili" ucap Lisa yang masih menangis namun berusaha tegar demi kakak dan kakak iparnya
"Bernard dan desi tolong antar kak Rehan pulang, aku dan Lisa akan menyelidiki kasus ini sebelum pulang, dan sekalian ajak mama papa, papi dan mami pulang juga" ucap Dion pada Bernard dan Desi. Bukannya ingin curiga pada seseorang tetapi kepergian rili adalah sesuatu yang janggal, anak 3 tahun pergi dengan keadaan mulut berbusa adalah hal yang tidak wajar
"sayang, ayo kita ke ruangan dokter tadi" ajak Dion pada lisa
Mereka berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan dokter yang tadi menangani rili, rasa duka, cemas, takut, dan marah menjadi satu dalam hati masing-masing.
Tok ....tok ...tok....
"silahkan masuk tuan, nona, dokter sudah menunggu didalam" kata seorang perawat yang membukakan pintu untuk mereka
"terimakasih sus" jawab Dion sambil berjalan memasuki ruangan
Kini hanya tinggal mereka bertiga dalam ruangan yang didominasi warna putih itu.
"maaf tuan, nona, saya mengganggu waktu anda, tapi menurut saya ada beberapa hal yang harus diluruskan dan diselidiki setelah ini. Maaf apabila prediksi saya membuat anda sekeluarga jadi tidak tenang, tapi menurut pengalaman saya sebagai dokter, prediksi ini tidak akan salah" terang dokter itu, ada rasa takut sebenarnya karena berhadapan dengan Dion, siapa yang tidak kenal Dion tangan kanan Anggara group, bahkan 40% saham rumah sakit ini milik mereka
"sebenarnya apa prediksi anda ? Apakah anda menduga rili diracun ? Karena itulah dugaan saya saat ini. Sangat janggal apabila kita menyebutkan rili tiada karena sakit, karena setau saya anak itu jarang sakit, dan tak mempunyai riwayat penyakit yang serius" jawab Dion, memang benar pikirannya masih berkecamuk saat ini
"Benar tuan, saya menduga nona rili diracun. Ini masih dugaan saya, lebih jelasnya kita menunggu hasil laboratorium, tadi saya sempat mengambil sampel busa yang keluar dari mulut nona kecil, hasil pemeriksaan ini baru keluar besok sore tuan, saya hanya meminta tolong semua ini dirahasiakan dulu dan tolong tetap awasi orang-orang yang bersama kalian dari tadi malam. Karena saya dengar tuan dan nyonya besar sedang melakukan liburan keluarga, dan pasti pelaku adalah salah satu dari kalian" terang dokter itu kemudian
"terimakasih dan saya tunggu info anda secepatnya, maaf kami harus langsung pulang karena pasti tuan dan nyonya muda membutuhkan kami"
Setelah itu Dion dan Lisa kembali ke kotanya, perjalanan yang kemarin mereka tempuh dengan riang, saat ini mereka tempuh dengan duka, masih jelas dalam pendengaran mereka saat rili berceloteh, rasa sedih itu terus menghantui mereka dan tanpa terasa air mata Lisa mengalir begitu saja.
Dion yang menyadari perasaan wanita disebelahnya, berusaha memberi energi positif untuk kekasihnya itu, ia genggam tangan Lisa dengan lembut
"sudah sayang, jangan keluarkan lagi air matamu, sekarang rili sudah tenang, jangan buat langkahnya saat pergi menjadi berat" ucap Dion, Lisa hanya menengok dan menganggukkan kepala
"ingat kita harus kuat, kita adalah mata dan kaki untuk kak Rehan dan kak berlian, kamu harus ingat itu, jangan terlalu hanyut dalam kesedihan karena kita harus membantu dan menopang mereka menghadapi hari-hari kedepan, jika kamu sehancur ini, maka dapat dibayangkan bagaimana hancurnya ibu kandungnya" ucap Dion lagi
"iya aku mengerti, terimakasih" ucap Lisa dengan senyum
Akhirnya setelah menempuh beberapa jam perjalanan, mereka sampai di rumah mewah itu yang sudah dihiasi dengan berbagai macam karangan bunga dukacita dari berbagai kolega. Berita berpulangnya putri semata wayang tuan muda Anggara menjadi headline diberbagai media.
Bersambung...
jangan lupa mampir dan ikuti juga "sepotong sayap patah"
mari saling mendukung kak,🤗
happy reading yaa,🥳🥳