Hi Kak .... Aku hadir lagi nih, jangan bosan ya untuk selalu ikuti cerita aku🥰🥰🥰🥰
Kehamilan di usia lanjut membuat Sonia harus angkat kaki dari rumah suaminya. 20 tahun dirinya mengarungi bahtera rumah tangga bersama Dion Wiratama akhirnya harus berujung pahit, gara-gara suatu malam yang Sonia pun tidak tahu menahu dan tidak ingat sama sekali, kapan dia berhubungan dengan seorang pria, sedangkan Dion sendiri sudah di vonis impoten karena sebuah kecelakaan tiga tahun yang lalu.
Apakah Sonia mampu membawa kehamilannya ini sendiri ataukah ada pengeran berkuda putih yang nantinya akan menerima Sonia??
Nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab acak
Malam harinya saat ini Nehru baru pulang dengan perasaan yang begitu kecewa karena pencariannya kali ini mengenai cucunya gagal, ternyata Dion sudah berhasil mengelabui para keluarganya yang ada di indonesia, dari hasil penyusuran nya tadi Dion membawa keluarganya ke Singapura, akan tetapi ketika orang-orang Nehru mengeceknya Dion tidak ada di negara itu.
Bahkan pihak bandara menjaga privasi penumpangnya dan tidak mau memberi tahu di mana Dion membawa keluarganya pergi ke negara mana, dan hal ini benar-benar membuat Nehru frustrasi dia merasa gagal karena tidak bisa memberi kabar baik kepada putri semata wayangnya itu.
"Ma, ini gimana aku tidak tega jika harus melihat putri kita memeluk lukanya sendiri," ucap Nehru dengan tatapan nanarnya.
"Aku juga tidak tahu Pa, harus bagaimana, yang jelas untuk sekarang Mama hanya bisa memberi nasehat terhadap anak kita agar dia selalu sabar dalam menghadapi ini semua," timpal Wanda.
Kedua orang tua Sonia ini memang sudah sepuh akan tetapi kekuatannya dalam berpikir mereka masih kuat, bahkan mereka berdua selalu berusaha untuk membahagiakan anak satu-satunya itu.
"Sebenarnya kalau aku bisa apapun akan Papa perjuangkan untuk kebahagiaan anakku," ujar Nehru.
"Kau memang ayah yang terbaik suamiku, tapi bagaimana lagi kemampuan kita sudah cukup sampai di sini, dan mau tidak mau kita harus memberi pengertian terhadap anak kita," ujar Wanda.
Sedangkan saat ini Nehru hanya bisa memejamkan matanya, dia tidak pernah menyangka kalau menantunya itu akan berbuat sekejam ini terhadap anaknya, sebagai seorang ayah dia merasa menyesal sudah merelakan anak perempuannya kepada pria yang seperti itu.
"Kalau tahu begini tidak akan pernah ku serahkan anakku kepada Dion Ma," ucap Nehru penuh rasa sesal.
"Pa, jangan seperti itu, mana kita tahu kalau pernikahan anak kita akan menjadi seperti ini, bahkan kita tahunya dulu Dion merupakan pria yang baik dan tanggung jawab, hanya saja kekuasaan dan kekayaan yang membuatnya berubah seperti itu, sekarang kita tidak perlu menyesali hal yang sudah terjadi, kita lihat saja kedepannya dan Mama yakin kalau cucu kita bisa menjaga diri dengan baik," jelas Wanda panjang lebar.
Tanpa mereka sadari Sonia mendengar semua pembicaraan tentang kedua orang tuanya, sebagai seorang anak Sonia tidak pernah menyangka kalau orang tuanya sepeduli itu terhadap dirinya, dan hal itu menjadikannya untuk lebih kuat lagi agar mereka berdua juga tidak ikut kepikiran mengenai masalahnya ini.
"Mama ... Papa ... Terima kasih sudah hadir di dalam kehidupan Sonia, Sonia begitu bahagia menjadi anak kalian berdua, jujur saja Nia merasa terharu atas kebaikan kalian berdua," ucap Sonia sambil memeluk dirinya sendiri.
******
Di dalam kamar saat ini Sonia mulai menata baju bayi yang dia beli tadi di dalam kamarnya, wanita paruh baya ini sengaja tidak memberikan kamar pribadi untuk calon buah hatinya nanti, kamar anaknya dibuat jadi satu di kamarnya, hal ini bertujuan agar dirinya bisa menemani 24 jam bayinya nanti.
"Sayang, rasanya Mama sudah tidak sabar ingin melihatmu hadir di dunia ini, sehat-sehat ya di dalam perut Mama," gumam Sonia sambil mengelus perutnya yang sudah menyembul.
Tidak terasa selesai menata semua baju-baju, Sonia pun merasa lelah dan akhirnya wanita paruh baya itu tertidur dengan sendirinya.
*********
Sedangkan di tempat lain saat ini Cleo begitu rewel, semenjak kepergian sang ibu anak itu berubah menjadi sedikit rewel apalagi masalah makan dan tidur kehidupan anak itu seolah tidak teratur ketika kepergian ibunya, bahkan pembantu dan juga pengasuhnya menyerah dengan sikap Cleo yang selalu rewel dan semaunya sendiri.
"Den, sudah stop jangan main handphone terus, ini sudah jam 9 waktunya tidur," ucap Bi Nima, pembantu lama di rumah ini.
"Gak mau, aku gak mau tidur," tolak Cleo yang masih tetap fokus dengan handphone nya.
"Den Cleo, gak boleh seperti itu, nanti Bi Nima yang kena marah sama Papa," ujar Nima.
Seketika wajah anak itu mendongak ke arah pembantu yang sudah menemaninya sejak dulu itu, ada rasa kasihan terhadap wajah tua yang sudah lelah itu, akan tetapi karena tidak ada kasih sayang dari seorang ibu jiwanya seolah kesepian dan selalu ingin mencari perhatian melalui pembantunya itu.
"Sebentar ya Bik, kali ini beneran cuma sebentar," ucap Cleo.
"Beneran ya, sebentar, awas lama, kalau lama Bibik ngambek dan mogok ngomong sama Aden," ancam Nima.
"Iya Bi, sebentar kok," sahut bocah itu.
Saat ini Nima mulai menunggu anak majikannya itu dengan penuh kesabaran hingga pada akhirnya wanita sepuh itu mulai hilang kendali karena kantuk sudah melanda matanya, bahkan di sini Cleo tertawa sendiri melihat pembantunya itu yang sampai mangguk-mangguk karena tertidur sambil menunggu dirinya.
"Bik Nima kalau ngantuk tidur di ranjangku saja," pinta anak itu.
"Ah, Aden ngagetin Bibi saja," ujar Nima.
"Aku nggak ngagetin Bik, yabsudah kalau begitu kita tidur ya," ucap bocah itu yang merasa kasihan terhadap wanita yang sudah dia anggap sebagai nenek itu.
"Baiklah Den, kalau begitu Aden tidur diatas Bibi, biar di bawah saja," sahut Nima.
"Pasti Bibi mintanya selalu di bawah memangnya kenapa kalau tidur di ranjang sama aku," selah Cleo.
"Gak apa-apa Den," sahut Nima.
Cleo merupakan anak yang baik dan pengertian hanya saja sedikit nakal, dan kenakalannya itu masih ditahap wajar seperti anak-anak yang lain.
********
Keesokan harinya, saat ini Sonia mulai di sibukkan dengan rutinitasnya di tempat usahanya, lihat saja para pembeli sudah berdatangan silih berganti, meskipun di jam-jam segini tidak ada yang makan di tempat akan tetapi pembeli tetap saja berdatangan.
Saat Sonia mulai meninggalkan outletnya hari ini dia mulai mendatangi cabang outlet keduanya, wanita hamil ini terlihat begitu sibuk dan hal ini membuat dirinya sedikit melupakan masalah yang tengah dia hadapi.
Di tempat baru ini Sonia begitu puas karena tempatnya langsung mengarah ke sebuah taman yang begitu besar, maka dari itu di depan outletnya Sonia sengaja memasang lampu kerlap-kerlip agar pemandangannya nampak lebih indah ketika malam nanti.
"Pak, semua sudah siap ya, aku begitu puas dengan ornamen dan juga furniture pilihan Bapak semua sesuai selera anak muda dan juga emak-emak muda," ujar Sonia.
"Iya Bu, saya kan hanya mengikuti permintaan Ibu," ujar Pria tersebut.
Mentari mulai naik keatas, sudah bisa dibayangkan panasnya seperti apa sehingga membuat Sonia menginginkan minuman yang segar-segar, kaki Sonia mulai melangkah ke pedagang es yang berjualan di pinggir jalan itu.
Tanpa dia sadari ternyata di situ ada seorang anak yang kemarin bertemu dirinya di toko baju.
"Tante Sonia!" teriak bocah kecil itu.
Sonia mulai menghentikan langkahnya, lalu diapun mulai menoleh ke sumber suara tersebut, dan ternyata seorang anak kecil yang kemarin.
"Hah! Cleo," ujar Sonia.
Selesai membayar esnya Sonia langsung menghampiri anak tersebut dan melontarkan berbagai pertanyaan.
"Cleo, sudah pulang?" tanya Sonia.
"Sudah Tante, tapi masih belum di jemput, dan aku selalu nunggu di depan akang-akang ini," ujar Cleo.
"Oh begitu," sahut Sonia.
"Iya Tante, oh ya Tante ngapain ke sini?" tanya anak itu.
"Tante mau buka usaha di taman raya itu," tunjuk Sonia.
"Oh berarti dekat sekolah ku dong," ucap anak itu dengan begitu antusias.
"Benar sekali," sahut Sonia.
"Tante papaku lama banget jemput aku, bagaimana ya, kalau aku ikut ke Tante saja," pinta anak itu tiba-tiba.
"Hah ikut, Tante!"
"Iya, aku ingin ikut Tante," pinta anak itu dengan raut yang memelas.
"Tapi, bagaimana nanti kalau orang tuamu nyariin kamu," ujar Sonia.
"Tante hubungi saja Papa, kan Tante punya nomor Papa," titah anak itu.
"Jangan Nak, bukannya Tante gak mau, tapi Tante takut nanti di salahin sama Papa kamu," ungkap Sonia.
"Gak apa-apa, papaku gak pernah marah kok, percaya deh, ya Tante plis," pinta anak itu seraya merayu.
Sonia pun merasa bingung, akan tetapi dia tidak tega jika harus meninggalkan anak itu sendirian di sini, entah dorongan dari mana akhirnya Sonia mulai mengajak anak itu ikut dengannya.
Bersambung ....
semangat thor...