NovelToon NovelToon
TERJERAT BERONDONG LIAR

TERJERAT BERONDONG LIAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Berondong / Konflik etika / Cinta Terlarang / Beda Usia / Identitas Tersembunyi
Popularitas:87k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Lima belas tahun menikah, Ghea memergoki suaminya berselingkuh dengan sekretarisnya. Lebih menyakitkan lagi, di belakangnya sang suami menyebutnya sebagai wanita mandul dan tak becus melayani suami. Hatinya hancur tak bersisa.

Dalam badai emosi, Ghea pergi ke klub malam dan bertemu Leon—pria muda, tampan, dan penuh pesona. Dalam keputusasaan, ia membuat kesepakatan gila: satu miliar rupiah jika Leon bisa menghamilinya. Tapi saat mereka sampai di hotel, Ghea tersadar—ia hampir melakukan hal yang sama bejatnya dengan suaminya.

Ia ingin membatalkan semuanya. Namun Leon menolak. Baginya, kesepakatan tetaplah kesepakatan.

Sejak saat itu, Leon terus mengejar Ghea, menyeretnya ke dalam hubungan yang rumit dan penuh gejolak.

Antara dendam, godaan, dan rasa bersalah, Ghea terjebak. Dan yang paling menakutkan bukanlah skandal yang mengintainya, melainkan perasaannya sendiri pada sang berondong liar.

Mampukah Ghea lepas dari berondong liar yang tak hanya mengusik tubuhnya, tapi juga hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Basah

"Leon..." suara Ghea nyaris tak terdengar. Ragu. Takut. Tapi juga… nyaris menyerah.

Ia bisa merasakan hembusan napas di bahunya. Tapi tidak ada kata-kata.

Hanya keheningan. Dan hasrat yang menggantung, menyesakkan.

"Apa yang kulakukan?" batin Ghea berteriak.

Ini salah. Ini gila. Ini dosa.

Tapi tubuhnya tidak bergerak.

"Kenapa aku tidak bisa menjauh?"

Mungkin karena pelukan itu terasa lebih nyata daripada apapun yang pernah ia terima dari suaminya sendiri. Mungkin karena, di antara semua kekacauan hidupnya... hanya pelukan ini yang membuatnya merasa hangat. Diterima.

Di dada Leon, Ghea menutup mata.

Ia tak tahu apakah ia sedang jatuh... atau sedang tersesat terlalu jauh.

Atau... dua-duanya?

Malam semakin larut, tapi Leon belum bisa memejamkan mata.

Ghea tertidur di sampingnya—masih hanya berbalut handuk yang nyaris melorot. Aroma kulitnya yang masih lembap bercampur wangi sabun, menggoda dengan lembut, menyusup ke rongga dada pria itu.

Selimut tebal dari bulu domba menutupi tubuh Ghea, membuatnya terlihat seperti boneka porselen yang lembut. Tapi bahkan kehangatan selimut tak cukup membendung badai yang mengamuk dalam pikiran Leon.

Ia duduk bersandar di kepala ranjang. Menatap wajah damai wanita itu, yang bahkan dalam tidur pun, mampu membuatnya nyaris kehilangan kendali.

Tangannya terkepal. Rahangnya mengeras. Ada dorongan primitif yang merambat dalam darahnya, membuat napasnya berat dan tersendat.

"Kau tahu apa yang kau lakukan padaku, Honey?" bisiknya serak. "Bahkan saat tidur… kau bisa membuatku kehilangan arah."

Tiba-tiba, suara lirih keluar dari bibir Ghea. Lembut, terengah. Seperti bisikan dari mimpi yang indah—atau terlalu berbahaya.

Leon menoleh cepat. Jantungnya berdebar.

Erangan samar itu terdengar lagi.

Dan lalu… namanya.

"Leon…"

Tubuh pria itu menegang. Ia menahan napas, menggertakkan gigi. Sial.

Ghea benar-benar sedang bermimpi. Dan yang ada dalam mimpinya adalah dirinya.

Hasrat yang membara mengalir deras, seperti api yang membakar kulit dari dalam. Leon menutup mata, menahan napas, tangannya bergerak—tapi berhenti di udara. Menggenggam kehampaan. Menolak kelemahan.

"Kalau aku menyentuhmu sekarang... aku tahu aku tak akan berhenti," gumamnya, lirih dan frustrasi.

Ia mendekat. Napasnya menyentuh pelipis wanita itu. Lalu satu kecupan mendarat, ringan tapi membakar.

"Jangan bangun, Honey…" bisiknya. "Aku tak bisa jamin jadi pria baik… kalau kau menatapku dengan mata seperti tadi."

Satu kecupan lagi. Dan satu lagi.

"Mimpi yang indah… Karena mimpi adalah satu-satunya tempat aku bisa memilikimu... tanpa berdosa."

Ia menarik selimut Ghea sedikit lebih tinggi, menutup bahu yang menggoda imajinasi. Lalu memeluknya dari belakang—bukan untuk menuntaskan hasrat, tapi untuk meredamnya. Menjaga mimpi itu tetap suci, walau hatinya sendiri terbakar diam-diam.

-----

Pagi menyapa lewat semburat cahaya lembut yang menyusup dari celah tirai. Tapi Ghea masih enggan membuka mata. Selimut tebal yang membungkus tubuhnya terasa terlalu nyaman.

Namun tubuhnya yang hangat tetap menggigil, seakan sisa-sisa mimpi yang terlalu nyata masih melekat di kulitnya.

Mimpi… atau kenyataan?

Ada lengan melingkar di pinggangnya. Napas hangat membelai tengkuknya.

Dan kulit.

Kulit yang bersentuhan langsung dengan kulitnya.

Kesadaran menyeruak, mengguncang dalam satu detik yang terasa seperti selamanya. Jantungnya menegang. Matanya sontak terbuka.

Tangannya spontan menarik selimut lebih rapat ke dada. Tubuhnya… polos. Handuknya sudah tiada. Entah sejak kapan terlepas.

Dan di belakangnya… Leon. Tertidur dengan satu lengan memeluk erat pinggangnya. Tubuhnya hanya berlapis boxer.

Tubuh pria itu menempel pada tubuhnya—hangat dan nyata. Terlalu nyata.

Astaga…

Kepalanya terasa kosong. Tapi tubuhnya menghangat, bukan karena malu, tapi karena serpihan ingatan samar yang berputar di benaknya.

Pelukan tadi malam. Detak jantung yang terlalu dekat. Tarikan napas di tengkuknya. Lengan yang menahan seolah tak rela berpisah. Dan di pelipisnya… ada sensasi asing, seperti bekas kecupan.

Ghea menahan napas. Ia mencoba bergerak perlahan, tapi Leon menggumam pelan dalam tidurnya dan malah menariknya lebih dekat.

Bibir pria itu menyentuh bahunya. Lembut. Menyetrum. Membuat tubuh Ghea membeku.

"Aku harus pergi. Aku harus keluar dari sini," batinnya menjerit.

Tapi tubuhnya masih terpaku.

Karena di balik rasa panik… ada satu bagian kecil dari dirinya yang tak ingin melepaskan kehangatan itu.

Dan justru itulah… yang paling menakutkan.

Tubuh Leon menggeliat pelan. Helaan napasnya berubah berat saat kesadaran kembali.

Matanya terbuka setengah, menatap wanita yang masih terbaring membelakanginya.

Ghea.

Masih dalam pelukannya. Kulit mereka masih bersentuhan.

Dan tubuhnya… masih hangat.

Sudut bibir Leon terangkat. Senyum kecil, menggoda, nyaris seperti kemenangan.

Jari-jarinya bergerak, menyusuri perlahan sepanjang lengan Ghea. Ringan. Lembut. Seolah memastikan wanita itu tak kabur diam-diam.

“Hm,” gumamnya, suara serak khas bangun tidur. “Pagi yang menyenangkan, ya, Honey?”

Ghea menegang. Ia tak menoleh. Tak menjawab.

Leon semakin mendekat, menyandarkan dagunya di bahu wanita itu. Lalu berbisik, nyaris menyentuh telinganya.

“Terima kasih… sudah menenangkanku semalam.”

Suaranya dalam. Lembut. Tapi cukup untuk membuat tubuh Ghea bergetar.

“Aku tidak menyentuhmu… seperti itu,” bisiknya, nyaris nakal. “Tapi… kurasa cukup untuk melepas tegangan.”

Ghea menoleh cepat. Wajahnya merah padam. “Brengsek!”

Leon terkekeh.

Dengan panik, Ghea menarik selimut dan membungkus dirinya. Tanpa pikir panjang, ia bangkit dan berlari ke kamar mandi, membanting pintu dengan wajah terbakar.

Leon tertawa pelan. Ia duduk bersandar di kepala ranjang, lalu menatap noda samar di seprei putih.

Jarinya menyentuhnya sekilas. Ia tersenyum tipis.

“Cukup untuk malam ini,” gumamnya.

Pada akhirnya… kegelisahan tubuhnya memang tuntas. Dalam mimpi basah yang tak tertahan.

Di kamar mandi, Ghea berdiri mematung di depan cermin. Wajahnya merah. Napasnya tak teratur. Ia menatap bayangannya sendiri.

“Apa yang kulakukan semalam…” bisiknya pelan.

Kilasan demi kilasan menyeruak. Pelukan hangat Leon. Desahan tertahan. Bisikan di tengkuk. Tubuh pria itu yang gemetar menahan diri.

Dan yang paling membuatnya panik… adalah kenyataan bahwa ia membiarkannya.

“Gila… aku sudah gila…”

Ia membenamkan wajah ke tangannya, berusaha menahan gejolak yang masih membakar tubuh dan jiwanya.

-----

Beberapa menit kemudian, Ghea keluar dari kamar mandi. Seperti pagi-pagi sebelumnya, pria itu sudah tidak ada.

Tidak ada suara. Tidak ada jejak.

Ghea menghela napas. “Dia manusia atau jalangkung, sih? Jangan-jangan makhluk ghaib…”

Ia bergidik sendiri membayangkan kemungkinan itu.

Tapi begitu ia keluar dari kamarnya, seorang pelayan menyapanya dengan senyum hati-hati.

“Ada kiriman makanan, Nyonya. Dari layanan online. Ini untuk Anda.”

Ghea mengernyit, menerima sekotak makanan sehat dalam kemasan rapi dan hangat.

Sebelum sempat menebak siapa pengirimnya, ponselnya bergetar.

Satu pesan masuk.

> "Kau harus makan makanan bergizi, Honey. Aku tak ingin calon istriku jatuh sakit."

Jantung Ghea mencelos. Matanya membelalak menatap layar.

Leon.

Ia mendengus pelan, pipinya memerah entah karena marah… atau karena malu.

“Makhluk ghaib dari mana bisa tahu aku belum sarapan,” gumamnya, lalu membuka kotak makanan itu dengan napas berat.

Tapi sudut bibirnya perlahan terangkat—meski ia berusaha menyembunyikannya.

-----

Gedung Mahardika Grup

Seorang pria tua melangkah mantap memasuki lobby utama. Semua karyawan yang melihatnya langsung menunduk hormat. Tak ada yang tak mengenalnya—Mahardika, pendiri dan pemilik Mahardika Grup.

Ia terus melangkah, tongkat di tangan kirinya hanya aksesori, bukan kebutuhan. Ketika tiba di lantai tertinggi, di depan ruang CEO, seorang pria muda langsung menyambut.

“Selamat pagi, Tuan Mahardika,” ucap Rafael, asisten pribadi CEO, sambil menunduk hormat.

“Dia ada di dalam?” tanya Mahardika langsung, tanpa basa-basi.

Rafael mengangguk. “Sedang mengerjakan laporan tahunan, Tuan.”

Tanpa mengetuk, Mahardika membuka pintu.

Di dalam, Varendra Mahardika—CEO muda yang jarang muncul di media—mengangkat kepalanya dari balik laptop. Rambut panjangnya menjuntai ke sisi wajah, sebagian menutupi masker hitam yang nyaris selalu ia pakai.

Mata abu keperakannya menatap ke arah pintu, lalu melembut.

“Kakek,” ucapnya pelan, ada senyum tersirat dari kerutan di sudut matanya. Nada suaranya berbeda—lembut, tidak dingin seperti biasanya.

“Kenapa kau tak pulang, Ren?” tanya Mahardika sambil menghampiri. “Ibumu khawatir. Sudah dua minggu kau tak pulang.”

“Ada deadline mendesak, Kek.” Suaranya rendah, tenang, sopan. Hanya pada orang-orang terdekat, Varendra bicara seperti ini.

Mahardika duduk tanpa diundang. “Kau sudah dua puluh lima tahun. Kakek makin tua. Kapan kau mau menikah, hm?”

Varendra menghela napas. “Jika waktunya sudah tepat, Kek.”

Mahardika menatap tajam. “Kau sulit dapat pasangan karena menutupi wajahmu. Bagaimana orang mau mengenalmu kalau kau selalu bersembunyi?”

Diam. Lalu, Mahardika melanjutkan, “Ikut Kakek malam ini. Ada seorang gadis. Kakek rasa, kau akan menyukainya.”

“Kek, aku—”

Mahardika berdiri. “Tak ada penolakan. Siapkan jas terbaikmu. Kakek serius.”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Anonim
David tidak tahu rasa bersyukur -punya istri cantik - lembut - tulus - penuh cinta - setia, memberikan kehidupan yang mapan pula.
Tapi karena nafsu, ambisi, dan kebodohan David - sekarang baru merasakan hasil tuaiannya.
Di apartemen David tak menemukan makanan apapun - Tessa makan malam bersama seorang pria untuk memenuhi keinginannya - melihat ada Ghea.
Tessa bikin ulah - pamit ke toilet - saat berpapasan dg pelayan yang membawa gelas melewati Ghea - kakinya menjegal. Satu gelas pecah berkeping-keping di lantai, satu lagi terlempar hampir mengenai wajah Ghea - Leon datang tepat waktu dengan sigap menangkapnya.
Kasihan si pelayan korban kelicikan Tessa.
Bisa jadi Leon melihat ulahnya Tessa - habis kau kalau benar.
Siti Jumiati
benarkan Leon selalu datang tepat waktu,Leon suami yang siap siaga.

Tessa kamu sudah membuat Ghea menderita sekarang kamu sudah menuai apa yang kamu tanam.

kenapa kamu masih berbuat kejahatan sadar Tessa harusnya Kamu tobat.
nuraeinieni
ini tessa hidupnya saja sdh susah malah suka cari masalah,,awas aja kalau kamu ketahuan leon,,mampus kamu tessa
asih
la ni ulet kenapa ya dia yg iri tp dia juga yg nyalahin org lain 🤦🏻🤦🏻
Anitha Ramto
David kalo menyesal itu memang datangnya selalu belakangan..

Benar² tuh si Tessa kelakuannya yang busuk,bersyukur Leon datang tepat waktu jadi rencana busuknya gatot keburu Leon datang...Chek CCTV Leon...kamu harus tahu yang melakukan itu pada Ghea adalah si Tessa,kasih pelajaran buat si Tessa PELAKOR
Ais
yg jelas bkn kamu tesaa tp ghea sdh jelas akan ketawa diawal dan diakhir🤣🤣🤣🤣🤣
Puji Hastuti
Eh si ulet gatel, jangan harap kamu bisa menyentuh ghea
septiana
dasar ulet bulu,kalau sudah kalah ya kalah aja,jangan tambah memperparah keadaan. kamu belum mengenal Leon,dia tak akan tinggal diam kalau ada yg menyakiti wanitanya
Sri Hendrayani
dasar parasit
Dek Sri
lanjut
Fadillah Ahmad
Dasar Bodoh,ya jelas Ghea lah Yang Tertawa paling Akhir. Kan Ghea MCnya. Gimana Sih lo Tessa! Tolol kali Kau. 🤬
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏
Marsiyah Minardi
Dih ,ku kira si Tessa tisu dah jatuh ke jurang eh malah masih bernyawa dan mendendam
Gas Leon ,hancurkan hama 1 itu
love_me🧡
memang pada dasarnya tessa itu gundik , setelah di blacklist dia tdk bisa kerja dimanapun jadi y satu"nya pekerjaan yg mudah menghasilkan cuan hanya jadi sugar baby..nyari cogan" atau om" berkantong tebal
Anitha Ramto
kira² siapa laki² yang bersama si Tessa?dasar PELAKOR j*l*ng bebas di celupin siapa saja,,..duh Leon kemana dulu ya jangan sampai si Tessa mengacau sama Ghea...apa Leon tahu kedatangan si Tessa ke Restoran itu dan laki² yang bersamanya adalah suruhan Leon untuk menjebak si Tessa
Anitha Ramto
Tetap saja Varendra tidak akan bisa bersikap manis kepadamu Jessi..apalagi kamu ingin menaklukannya tidak akan pernah mampu kamu jangan terlalu percaya diri jadi orang,dan Varendra sudah tau maksud dan tujuanmu yang busuk dan licik huh dasar calon PELAKOR..

wah si Tessa makan di Restoran yang sama dengan Ghea...,si Tessa sudah ganti pasangan lg
nuraeinieni
jessi musuhnya leon,,,sekarang yg muncul tessa musuhnya ghea,semoga leon dan ghea bisa mengatasi dua musuh.
Yuni Setyawan
berani maju hancur kamu Tessa 😈
Siti Jumiati
apa ya yang dilakukan si Tessa,hati2 Tessa jangan berbuat ulah yang akhirnya kamu menyesali atas perbuatanmu.

kalau terjadi apa2 dengan Ghea pasti Leon akan datang tepat waktu.
Anonim
Jessi pede abis masuk ruang kerja Varendra.
Bicaranya - dimentahkan Varendra.
Sepertinya Varendra sangat marah - tanpa basa-basi - tegas - langsung mengena sasaran.
Varendra tahu bawahannya ditekan pihak vendor yang ada kaitannya dengan Nathan Corp.
Jessi yang merasa pesonanya bisa menaklukan Varendra - nyatanya Varendra tidak tertarik.
Panas hati Jessi - otaknya bekerja keras mencari celah untuk berbuat licik - memiliki Varendra atau menghancurkan - gila juga kau Jessi.
Varendra dan Ghea makan malam di restoran mewah - setelah duduk - sadar ponsel Leon tertinggal di mobil - Leon pamit untuk mengambil.
Ghea mendengar tawa pelan yang ia kenali - Tessa - Tessa masuk restoran bergandengan dengan seorang pria berusia matang.
Wah David diselingkuhi /Facepalm/
Siti Jumiati
akhirnya Ghea sudah mengetahui semua,dan Rafael juga sudah tahu ia sampai Shok mengetahui semua rahasia Leon varendra.
makin seru kak ditunggu kelanjutannya sehat selalu 🤲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!