Hidup tanpa inti kultivasi, di dunia persilatan tentu tidak mudah. Penghinaan selalu datang, tatapan merendahkan selalu terlihat.
"Kelak, kau pasti akan mengetahui semuanya,"
🍃 Jangan lupa dukung karya Ana ya kakak semua 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ⁖℘ձռձ༢࿔ྀુ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TS 26
Setelah menerima murid baru, perguruan Ming pun terlihat cukup sibuk.
Para guru masih harus menyeleksi para murid baru itu, karena mereka tentu memiliki bakat masing-masing yang harus dilatih.
Salah satu Guru melihat beberapa murid yang cukup berbakat, dia menganggukkan kepalanya, seolah tertarik pada mereka.
"Siapa tiga murid baru yang ada di sana?" ucap Guru itu sambil menunjuk ke arah tiga orang murid baru.
"Mereka adalah tiga murid dari luar ibukota. Saya mendengar, jika mereka berasal dari kota Han,"
"Kota Han?"
"Benar, Guru,"
"Kota Han adalah kota yang kecil dan juga bisa dikatakan tertinggal. Bagaimana bisa mereka dapat masuk ke perguruan ini?"
"Tetua Ru berkata, jika kita menerima murid bukan dari mereka berasal. Tetapi dari kultivasi dan kekuatan yang mereka miliki,"
"Tetapi mereka dari kota yang sangat..."
"Ada apa ini?" ucap seseorang.
Guru dan murid yang tengah berbicara itu menoleh.
"Tetua Ru," ucap keduanya sambil memberi hormat.
"Apa yang kalian ributkan?"
"Tetua Ru, tiga orang dari kota Han itu. Kenapa anda membiarkan mereka masuk ke dalam perguruan kita?"
Tetua Ru melihat tiga murid yang dimaksud, "Mereka mempunyai bakat yang bagus, juga tingkat kultivasi mereka bagus,"
"Tetapi Tetua Ru, mereka berasal dari kota Han,"
"Lalu kenapa jika mereka berasal dari kota Han?"
"Tetua Ru, kita sangat tahu jika kota Han adalah kota yang kecil dan juga..."
"Sudah berapa lama kau berada di perguruan ini? Sepertinya kau harus sesekali kembali ke kota tempat tinggalmu, dan melihat bagaimana keadaan di sana,"
Tetua Ru berjalan meninggalkan dua orang itu, dia tidak peduli pada keterkejutan salah satu Guru yang berbicara dengannya itu.
Sementara Guru itu menatap muridnya yang berdiri di sampingnya.
...----------------...
Di pinggiran hutan lembah, wajah Jin Cheng terlihat pucat. Luka yang sudah dibalut terlihat mengeluarkan darah.
Jian Yi yang baru saja kembali terkejut melihat Jin Cheng yang bersender pada pohon dengan lemah.
"Cai Jin Cheng! Cai Jin Cheng!" ucap Jian Yi.
Jian Yi melihat luka Jin Cheng, "Lukanya,"
Dengan cepat, Jian Yi membuka kain yang membalut luka Jin Cheng itu. Terlihat luka itu sedikit menghitam.
"Bukankah aku sudah mengeluarkan racunnya? Tapi kenapa lukanya menjadi seperti ini?"
Jian Yi terdiam, dia memikirkan apa yang harus dia lakukan saat ini.
"Bagaimana ini? Dia bisa mati jika terus-terusan seperti ini,", gumam Jian Yi.
Wajah Jin Cheng sudah dipenuhi oleh keringat, juga wajah itu terlihat sudah sangat pucat.
"No.... Nona Wen, pergilah. Kembali ke perguruan sekarang!" ucap Jin Cheng dengan lemah.
"Lihatlah murid unggulan perguruan Xuan ini! Kau sudah sekarat tetapi masih berlagak seperti ini,"
Jian Yi duduk di samping Jin Cheng sambil memegang tangan Jin Cheng yang terluka, Jian Yi meletakkan tangan kanannya satu senti di atas luka itu.
Sebuah sinar keluar dari jari Jian Yi, dan perlahan mengalir pada luka itu.
Jian Yi tidak memiliki pilihan lain, selain menekan sisa racun itu dengan tenaga dalamnya. Juga mengalirkan kekuatannya, agar racun itu keluar dari luka itu dengan sendirinya.
Jin Cheng hanya diam melihat apa yang tengah dilakukan oleh Jian Yi, tenaganya sudah terkuras untuk menekan racun itu agar tidak mengalir lebih jauh ke dalam tubuhnya.
Jian Yi terus mengalirkan tenaga dalamnya, hingga sisa racun keluar dari luka Jin Cheng, dan luka itu tidak lagi berwarna hitam.
Bukan hanya itu, Jian Yi juga membantu Jin Cheng memulihkan sedikit tenaga dalamnya. Agar dia tidak lagi terlihat lemas.
"Uhuuk! Uhuuk!"
Jian Yi terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Dia sudah menguras hampir seluruh tenaga dalamnya untuk mengeluarkan racun serigala bertanduk perak.
Jin Cheng yang melihat Jian Yi batuk sangat terkejut.
"Nona Wen, kau baik-baik saja?" ucap Jin Cheng dengan lemah.
"Aku baik-baik saja, aku akan memulihkan tenaga dalamku lebih dulu,"
Jian Yi berpindah dari tempatnya saat ini, lalu mencoba menyerap kekuatan yang ada di pinggiran hutan lembah itu.
"Uhuuk! Uhuuk!"
Kembali Jian Yi terbatuk, "Tidak bisa! Aku tidak bisa menyerap kekuatan yang ada di sini. Aku tidak bisa memulihkan tenaga dalamku dengan cara ini,"
Jian Yi terlihat tidak berdaya, namun dia tetap duduk seolah tengah menyerap kekuatan yang ada di sekitarnya.
Jin Cheng yang melihat Jian Yi hanya duduk tak jauh darinya, merasa aneh dan bingung. Karena kekuatan yang ada di sekitarnya hanya terbang kesana kemari, namun sama sekali tidak dia serap.
"Raja Qin, aku tidak akan membiarkan orang lain menjadi korban karena kedinginan pribadimu!" Jin Cheng mengeratkan tangannya pada pedang yang ada di sampingnya.
Melihat Jian Yi yang wajahnya semakin pucat, Jin Cheng berjalan mendekatinya.
"No.... Nona Wen, kau baik-baik saja?" ucap Jin Cheng.
Jian Yi hanya diam, kedua matanya pun masih tertutup dengan rapat.
"Nona Wen?" Jin Cheng mencoba menyentuh bahu Jian Yi.
Bruk!
Kedua mata Jin Cheng membulat ketika tubuh Jian Yi jatuh.
Jin Cheng segera mendudukan kembali tubuh Jian Yi, dan penopangnya.
"Nona Wen, Nona Wen!" Jin Cheng menepuk-nepuk pipi Jian Yi dengan pelan.
"Tenaga dalamnya terkuras karena menolongku mengeluarkan racun itu. Dia..."
"Jin Cheng!"
Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari atas.
Jin Cheng mendongakkan kepalanya, dan melihat Tetua Yan datang.
Melihat Jian Yi yang tidak sadarkan diri, Tetua Yan segera turun ke bawah.
"Apa yang terjadi?" ucap Tetua Yan.
"Tetua Yan,"
"Katakan, apa yang terjadi?"
Tetua Yan memeriksa denyut nadi Jian Yi.
"Kami tiba-tiba diserang oleh hewan spiritual tingkat tujuh, kemarin. Aku terluka oleh cakar serigala bertanduk perak, dan Nona Wen membantuku mengeluarkan racun dari cakaran itu dengan tenaga dalamnya, tetapi sekarang dia..."
Tetua Yan menatap Jin Cheng dengan tidak percaya, "Hewan spiritual tingkat tujuh kau bilang?"
"Benar Tetua Yan,"
"Saya tidak membunuh mereka terlebih dulu, karena saya ingin memastikan siapa yang mengirim mereka datang untuk menyerang kami,"
"Hewan spiritual tingkat tujuh memang tidak seharusnya berada di pinggiran hutan ini. Jadi kau sudah mengetahui siapa orangnya?"
Jin Cheng mengangguk, "Orang dari istana!"
Kedua mata Tetua Yan membulat, "Kau berkata...itu adalah orang istana?"
"Orang-orang pasti merasa merasa kesal karena aku menolak untuk pergi ke dalam hutan lembah, dan mencari teratai salju 10.000 tahun yang diinginkan Yang Mulia. Dan kemungkinan itu membuat murid-murid unggulan dari perguruan lain juga menolaknya. Karena itu mereka..."
"Keinginannya yang selalu ingin membuat murid-murid unggulan lenyap sangat besar, tetapi kali ini apa mereka lakukan benar-benar sudah keterlaluan!"
Jin Cheng mengangguk.
"Kita kembali dan obati lukamu. Aku juga akan mengobati Jian Yi," ucap Tetua Yan.
"Baik,"
Tetua Yan menggerakkan tangannya, dan sedetik kemudian mereka bertiga menghilang dari pinggiran hutan lembah itu.
gara" hbis nnton dracin ada yg namanya jian cheng jdi ke inget trus