NovelToon NovelToon
Bosku Duda Arogan

Bosku Duda Arogan

Status: tamat
Genre:Tamat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: dtyas

“Bapak… selain mesum, juga nyebelin, ngeselin, rese, arogan dan sudah tua -- dewasa --. Pokoknya semua Bapak borong,” teriak Ajeng.

“Tambahkan, tampan dan membuat kamu jatuh cinta,” sahut Gentala.

Ajeng berada di dalam situasi disukai oleh rekan kerjanya yang playboy, berusaha seprofesional mungkin karena dia membutuhkan pekerjaan ini. Siapa sangka, Gentala – GM baru – yang membuat Ajeng kesal setengah hidup sejak pertama bertemu berhasil menolong gadis itu dari perangkap cinta sang playboy.

Namun, aksi heroik Gentala malah berubah menjadi bencana ...!


===
IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 34 ~ Tidak Tertarik

Aku membuka kamar Pak Gentala. Tidak tersesat karena diantar oleh asisten rumah tangga. Pak Gentala sedang bersama Pak Krisna di paviliun belakang.  Kamar ini ukuran cukup luas. Dengan nuansa hitam dan abu-abu, sedangkan sprei dan ranjangnya berwarna putih. Ada sofa yang agak besar di sudut kamar dan pintu balkon.

Rasanya aku ingin merebahkan diri di ranjang yang terlihat begitu nyaman tapi perjalanan tadi memaksaku untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

“Pakaianku gimana, belum ada yang dibawa ke sini,” gumamku yang hanya mengenakan handuk.

Aku putuskan menggunakan pakaian Pak Gentala. Berdiri di tengah walk in closet, aku tercengang. Ternyata Pak Gentala, walaupun laki-laki bisa rapi. Pakaiannya tertata rapi terkumpul sesuai jenis dan warna. Begitupun alas kaki, ikat pinggang, dasi dan jam tangan.

Tanganku meraih kaos putih yang berada di tumpukan paling atas dan memakainya. Tentu saja kebesaran, karena perbedaan tubuhku dan Pak Gentala jelas berbeda. Kantuk dan lelah yang aku rasakan tadi, lenyap sudah. Namun, aku tetap berbaring di ranjang dan membenamkan kepalaku di bantal yang terasa nyaman.

Mataku terpejam, tapi aku tidak tidur. Sampai akhirnya terdengar pintu dibuka dan langkah kaki menjauh lalu bunyi gemericik air di toilet. Sudah pasti itu suamiku, tidak mungkin setan.

“Ajeng.”

Aku bergeming dan berpura-pura tidur. Sepertinya Pak Gentala habis mandi, wangi sabunnya menggelitik di hidungku. Beda aroma sabun orang kaya dengan rakyat jelata. Terasa pergerakan di ranjang dan tangan memelukku dari belakang. Posisiku saat ini berbaring miring membelakangi Pak Gentala.

“Ajeng, aku tahu kamu tidak tidur.”

Aku menghela nafas dan berbalik, kami saling tatap dalam diam. Tanganku memegang dadanya, menahan agar dia tidak semakin dekat karena ada hal yang ingin aku bicarakan.

“Pak Genta, sebenarnya perasaan bapak ke aku gimana sih?”

Aku perlu tahu pasti, karena aku sudah menyerahkan hidupku untuknya. Tidak mungkin aku kembali ke rumah Ayah dan berkata, “Ayah, aku pulang.” Aku akan pulang untuk berkata, “Ayah, aku bahagia dan hidupku tenang.”

“Harus aku jawab?"

Kalau nggak ingat dia suami aku, sudah pasti aku akan tendang lagi. Tentu saja aku butuh jawabannya, seorang wanita perlu kepastian tentang perasaan dari dari pasangannya. Bagi pria mungkin tidak, tapi bagi wanita itu sebuah kepastian.

“Nyebelin kok nggak hilang-hilang.”

Pak Gentala menarik pinggangku sehingga kami semakin dekat. Walaupun sudah berkali-kali melakukan naninu, tetap saja posisi ini membuat detak jantungku kebat kebit.

“Kamu bukan anakku, jadi jangan lagi panggil aku Bapak.”

“Terus, panggil apa dong? Ah, gimana kalau Om. Om Genta, Om Tala, Om Yasa atau Om Radinka.”

“Punya nyali juga kamu ya.”

“Pak Genta, jangan,” ujarku sambil menahan tangannya yang sudah bergerilya. “Aku lelah, malam ini libur dulu ya,” rengekku.

“Hm, tidurlah. Aku masih ada urusan dengan Papi.”

...***...

Perlahan aku menggeliat pelan dan mengerjap. Tidak ada yang terjadi denganku dan Pak Genta semalam, kami benar-benar tidur dalam arti sebenarnya. Ranjang ini sungguh nyaman, berbeda dengan ranjang kamarku di rumah Ayah.

Bisa saja bukan karena ranjangnya, tapi suasana dan siapa yang membuat aku nyaman. Pak Gentala, dia yang sudah membuat hidupku lebih nyaman. Ketika tinggal bersama keluarga Ayahku, setiap saat aku merasa khawatir terutama dengan Tony dan Vina.

Aku menoleh ke samping, sudah tidak ada Pak Gentala. Saat aku beranjak dari ranjang, terdengar getaran ponsel. Ternyata ponsel Pak Gentala yang ada di atas nakas. Getarannya terhenti saat ponsel sudah aku genggam dan berganti dengan getaran pesan masuk.

Dari layar pop up aku bisa tahu kalau pesan itu dari Natasha. Wanita itu menanyakan apakah Pak Gentala akan datang ke kantor.

“Heran, masih saja penasaran,” gumamku lalu meletakan kembali ponsel Pak Gentala.

“Sudah bangun?”

Aku menoleh, ternyata suamiku sudah rapi dengan setelan kerjanya. Tentu saja aku jadi malu sendiri. Bagaimana mungkin, suami bangun lebih awal dari istrinya. Apalagi sekarang aku hanya pengangguran.

“Memang cutinya sudah selesai?” tanyaku lalu menghampirinya.

“Hm. Banyak yang harus aku kerjakan termasuk urusan Papi.”  Tangan Pak Genta sudah berada di pinggangku.

“Ada janji dengan Natasha?” tanyaku lagi.

“Natasha?”

“Hm.”

Dia menggelengkan kepalanya dengan dahi berkerut. Aku tidak ingin menduga dan berpikir negatif yang akan menyiksa perasaanku sendiri. Lebih baik aku sampaikan apa yang ingin aku katakan dan tanya apa yang perlu aku ketahui.

“Ada pesan dari Natasha, dia tanya Pak Genta ke kantor atau tidak.”

“Aku tidak ada urusan pekerjaan dengannya. Kalaupun ada acara yang memerlukan kehadirannya, itu bukan urusan aku. Kamu lebih tahu prosedur terkait hal ini.”

“Iya, makanya aku tanya daripada penasaran.”

“Kamu sarapan dengan Mami, aku langsung ke kantor. Ada pertemuan dengan rekanan pagi ini,” ujarnya lagi.

“Kalau mau pergi, hubungi aku. Reno yang akan antar kamu.”

Pak Genta menunduk dan melu_mat bibirku. Aku mendorong tubuhnya ketika pagutan kami mulai tidak kondusif, yang ada Pak Genta akan terlambat berangkat.

“Pakaian dan perlengkapan aku, gimana?”

“Mami sudah siapkan semua kebutuhan kamu, cek saja. Memang kamu belum periksa ke lemari?”

Aku menggelengkan kepala.

“Kalau masih ada barang yang ingin kamu ambil, ajak salah satu asisten rumah tangga dan Reno. Sampai keluargamu macam-macam lagi ….”

Aku menahan mulutnya dengan tanganku, agar tidak melanjutkan kalimat yang tidak ingin aku dengar. Rasanya begitu mengerikan, membayangkan ulah Tony sebelumnya dan ancaman Pak Genta.

“Ada barang yang memang akan aku ambil, tapi tidak hari ini.”

“Oke. Jangan khawatir, aku tidak tertarik dengan Natasha,” ujarnya seakan tahu apa yang aku khawatirkan. “Aku lebih tertarik dengan bocah bar-bar yang memanggilku Bapak dan berani menendangku.”

“Masa?”

“Perlu aku buktikan lagi?”

“Eh, jangan!”

 

1
Shanty Yuniawati
Luar biasa
Nurul Faridha
mana lanjutanya
Mayyuzira
hahahaha good Ajeng👍
Mayyuzira
betul kampret jgn dipercaya
Mayyuzira
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Mayyuzira
hahahaha boleh tuh dijual di tv ikan terbang,judulnya kan komersil kali,gaji yg tertukar🤣🤣🤣🤣
Mayyuzira
😂😂😂😂
Mayyuzira
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Mayyuzira
🤣🤣🤣🤣🤣
Mayyuzira
cekek aja jeng
Mayyuzira
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/ akhirnya muncrat juga ketawaku jeng
Mayyuzira
aku suka ceritamu Thor,bahasanya lugas
Mayyuzira
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Tuti Irfan
emng iya Ajeng bener banget 🤣
Aprak Aprakan
langsung sat set.👍👍
Arieee
Luar biasa
Arieee
mantap 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣👍👍👍👍👍👍
Arieee
bunga bangkai 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Arieee
kasian si Ajeng sial Mulu🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Sintia Dewi
bisa gitu mau marah nunggu istri mood dimarahin wkwkwk ajeng2 ada2 aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!