Banyak Typo 🙏🏻 Sedang Proses Revisi. Terima kasih ❤️
"Maafkan aku Mas, jika selama ini aku membuatmu tersiksa dengan pernikahan ini. Selama 2 tahun aku berusaha menjadi istri yang sempurna untukmu, melakukan apa yang aku bisa agar membuatmu bahagia. Tapi ternyata, itu semua sia-sia dan tidak bisa membuatmu mencintaiku, aku menyerah Mas! menyerah untuk segalanya, berbahagialah dengan wanita yang kau cintai. Aku akan pergi dari kehidupanmu, dan semoga takdir tidak akan pernah mempertemukan kita kembali, dengan alasan apapun."
Itulah yang di katakan Rana pada lelaki yang menikahinya 2 tahun silam.
Hatinya hancur, setelah mengetahui jika Seno tidak pernah mencintainya dan menjalani pernikahan dengan penuh tekanan. Hingga akhirnya Mereka memutuskan untuk berpisah.
Setelah 4 tahun berpisah, Takdir kembali mempertemukan mereka.
Banyak cerita dan tragedi yang mengiringi pertemuan mereka kali ini.
🍁🍁🍁
Mohon dukunganny
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vir Yang Bersungguh-sungguh
Selamat! Membaca 🤗
🍁🍁🍁🍁🍁
Dokter Vir, masih belum keluar dari dalam mobilnya karena ia malah semakin merasa gugup.
Tapi ternyata, suara mobil dari dokter tersebut terdengar sampai ke dalam rumah dan saat itu juga Kartika keluar menyambut kedatangannya.
Vir yang melihat ibunda Rana berdiri di ambang pintu, segera turun dari mobil dan menyapa wanita paruh baya itu dengan meraih tangannya.
"Selamat malam, Ibu. Bagaimana dengan kabar Anda? Maafkan saya, yang baru bisa datang berkunjung."
"Selamat malam, nak Vir, kabar Ibu dan ayah Rana baik-baik saja. Bagaimana dengan kabarmu?"
"Saya baik-baik saja Bu."
"Kalau begitu ayo masuk, tidak baik berdiri di luar rumah terlalu lama."
Vir mengangguk, dan ia mengikuti langkah Kartika yang memasuki rumah dan ia duduk di ruang tamu.
Vir yang baru menyadari jika ia membawa sesuatu di tangannya segera bangun kembali dari duduknya dan menghadap Kartika.
"Ini untuk ibu."Ujar Vir seraya menyerahkan buket bunga kepada wanita itu.
Kartika terkejut!
"Apa benar ini untuk ibu? bukan untuk Rana?"sahut Kartika dengan senyum yang semakin membuat Vir gugup.
"Itu untuk ibu."Jawab Vir dengan malu, padahal memang benar, bunga mawar itu ia beli khusus untuk Rana. Namun entah kenapa tiba-tiba ia memberikannya kepada Kartika, mungkin karena Vir gugup sampai membuatnya salah sasaran.
"Kalau begitu terima kasih banyak, Ibu sudah lama tidak menerima bunga seperti ini. Nak Vir, duduklah ibu akan panggilkan Rana dia masih berada di dalam kamar."
"Baik bu, terima kasih."
Kartika berlalu dari ruang tamu, dan Vir kembali mendudukkan diri di sofa yang memiliki warna abu-abu muda.
"Padahal aku sudah sering ke sini, tapi kenapa Malam ini terasa berbeda."Gumam Vir.
**
Tok.
Tok.
Tok.
"Rana! Cepat keluar nak ada dokter Vir yang ingin menemui mu?"panggil Kartika seraya mengetuk pintu kamar putrinya.
"Iya Bu, sebentar lagi aku akan keluar."Dan itu sahutan dari dalam.
"Cepat sedikit nak, jangan sampai membuat dokter Vir menunggu lama."
"Baik bu."
Kartika berlalu ke dapur, dan beberapa detik kemudian, Rana keluar dari dalam kamarnya segera menuju ke ruang tamu di mana dokter Vir menunggunya.
"Vir, apa kau sudah menunggu lama?"
Vir yang sejak tadi merasa gugup, dikejutkan dengan suara Rana sampai membuatnya tersentak.
"Tidak, aku baru saja sampai."
Rana tersenyum.
"Kamu tunggu sebentar ya, aku akan membuatkan minum untukmu."
Vir mengangguk.
"Terima kasih."
🍁
"Ranah, kau lihat itu?"tanya Kartika seraya menunjuk bunga mawar yang tadi ia terima dari dokter Vir.
Dan saat ini ibu dan anak itu tengah berada di dapur untuk membuat minum dokter Vir.
"Itu bunga, Ibu mendapatkannya dari mana?"
"Dari Vir."
"Apa! Dokter Vir memberikan Ibu bunga?"
"Iya, tapi sepertinya bunga itu ditunjuk bukan untuk ibu, tapi untuk dirimu."
"Ibu ini bagaimana sih, sudah jelas-jelas dokter Vir memberikannya kepada Ibu. Kalau bunga itu untukku, kenapa tidak diberikannya saja padaku."Sahut Rana.
"Rana, kamu sepertinya belum menyadari kegugupan dokter Vir, sudahlah cepat antarkan minum ini padanya, mungkin dia merasa kehausan."
Rana mengangguk dan segera membawa nampan berisi air minum untuk Vir.
🍁🍁🍁
Di tempat lain.
"Seno, kenapa kamu baru pulang malam seperti ini? Bukankah ibu sudah bilang jika hari ini kita harus ke dokter, padahal ibu sudah membuat janji dengan dokter Ardi dan dia menunggu mu."
Seno yang baru sampai rumah, sudah di hadang Lina, yang sedikit marah karena anaknya itu tidak ada di rumah ketika ia datang. Padahal seharusnya Seno melakukan kontrol kesehatan hari itu.
"Aku lupa Bu."Sahut Seno, dengan gampangnya. Padahal Lina mengkhawatirkannya setengah mati.
"Lupa! bagaimana hal seperti ini kamu bisa lupa. Ingat Seno, kesehatan kamu penting nak, dokter Ardi juga bilang pada ibu, sudah satu bulan ini kau tidak melakukan kontrol?"
"Iya, besok aku akan menemui Ardi."
"Ibu anggap ini janji, kamu harus menemui dokter Ardi besok."
Seno mengangguk.
"Kalau begitu makanlah, ibu sudah membawakan makanan untuk mu. Dan besok, setelah pulang dari rumah sakit, kamu pulang ke rumah kakek."Ujar Lina, yang di barengi dengan gerak tangannya menyiapkan makan malam untuk putranya.
"Baik, Bu."
🍁🍁🍁
Kembali pada Rana dan Vir.
Kali ini mereka duduk di ruang tamu bukan hanya berdua, tapi ber empat. Karena orang tua Rana pun ikut bergabung. Di saat Vir mengucapkan kata ingin bicara dengan orang tua Rana.
"Ada apa, nak Vir?"Ayah Rana bertanya, memulai pembicaraan.
Vir menarik nafasnya dalam-dalam.
Sementara Rana tenga merasa was-was. Dengan apa yang akan lelaki itu sampaikan pada orang tuanya.
"Sebelumnya, saya minta maaf jika kedatangan saya mengganggu bapak dan ibu. Tapi saya harus mengatakan ini pada Anda. Saya ingin mengatakan pada ibu dan bapak, bahwa saya menyukai, menyayangi dan mencintai putri bapak dan ibu, yaitu Kirana."
Semua tersentak dengan ucapan terus terang dokter Vir, yang tanpa melalui proses basa-basi.
Terutama Rana, ia belum siap untuk semua ini, dan dia juga menyesali, kenapa dokter Vir harus mengatakannya kepada orang tuanya. Bukankah seharusnya menunggu hatinya siap dulu.
Melihat semua terdiam, dokter Vir kembali melanjutkan ucapannya.
"Bapak dan ibu tidak perlu khawatir, terutama kamu Rana. Aku hanya mengungkapkan apa yang menjadi perasaanku selama ini. Seperti yang aku katakan sebelumnya padamu, aku tidak akan memaksa jawabanmu sekarang juga. Karena aku ingin kau memikirkannya terlebih dahulu. Tapi, kenapa aku sampai mengatakan ini kepada ayah dan ibumu? Karena aku ingin mereka tahu, bahwa aku serius dengan niat ku. Dan mungkin saja, ini bisa menjadi pertimbanganmu untuk menerimaku."
Dokter Vir, kembali bicara dengan sungguh-sungguh dan kali ini ia menghadap ayah dan ibu Rana.
"Aku berjanji, akan membahagiakan Rana dengan cara apapun. Dan aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan putri bapak dan ibu."
Setelah bisa mengontrol hatinya, yang sedikit terkejut dengan pengakuan Vir. Ayah Rana berkata.
"Nak Vir, terima kasih sudah mencintai dan menyayangi Putri bungsu kami. Kami sangat senang dengan pengakuan mu, semua bapak serahkan pada Rana, karena dia yang akan menjalani semuanya. Bapak hanya ingin Rana bahagia dengan lelaki yang benar-benar mencintainya dengan tulus."
"Saya berjanji pada diri saya sendiri, akan mencintai Rana dengan sepenuh hati dalam keadaan apapun."Yakin Vir.
Rana terharu, mendengar kesungguhan Vir.
Dan apakah kali ini Rana benar-benar akan membuka hati, dan memulai semuanya dari awal bersama Vir?
"Terima kasih Nak Vir,"kali ini Kartika yang bersuara.
"Nak Vir, kamu tentu sudah tahu masa lalu Rana kan, dan kamu juga tahu kami berasal dari keluarga apa adanya. Apa Nak Vir, sudah mengatakan ini pada orang tua Nak Vir?"
Deg!
Pertanyaan Kartika membuat Vir sadar jika ada satu orang yang ia lewatkan, yaitu ibunya.
Dia sudah mengatakan perasaannya kepada orang tua Rana, tapi dia tidak mengatakan apapun kepada orang tuanya.
Tapi Vir sangat yakin dengan apa yang ia pikirkan, jika orang tuanya pasti akan menerima keputusannya yang ingin hidup bersama Rana.
"Ibu jangan berkata seperti itu, aku pun berasal dari keluarga yang biasa saja. Orang tuaku pasti tidak akan mempermasalahkan status dan masa lalu Rana. Aku sangat yakin itu. Dan tidak ada satu orangpun di dunia ini yang bisa menolak untuk memiliki wanita dan menantu seperti putri ibu."
Bersambung..
🍁🍁🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Mohon dukungannya🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🤗
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️