Dituduh mencelakai sang kakak, Shani di usir dan dihabisi oleh orang yang tidak menyukainya.
Datang kembali membawa dendam setelah bertahun-tahun untuk menghabisi pengkhianat itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
💓AKUN TIKTOK @authorbtm💓
💓AKUN INSTAGRAM @Swahy18💓
***
Dari tadi Shina menunggu tapi Shani tak kunjung datang.
"Gimana Mi, Shani udah datang."
"Belum Pi, tadi katanya dia udah dijalan."
"Seharusnya sih sampai, kan dia bilangnya cuma sekitar sini aja." Toni ikut khawatir juga. "Coba Mami telpon," suruh Toni.
"Iya Pi," sahut Shina.
Tut ...
Tut ...
Tut ...
Ponsel Shani ketinggalan di jalan.
"Gak di angkat Pi," kata Shina dengan muka yang sudah khawatir.
Tiba-tiba ponsel Shina berdering.
"Siapa yang nelpon Mi?" tanya Toni.
"Citra," sahut Shina.
"Ya sudah angkat gih."
"Iya Pi."
“Halo Cit, ada apa?“ tanya Shina.
“Halo juga Shan, maaf sebelumnya mengganggu waktu kamu.“
“Gak papa kok Cit, emang ada apa?“
“Anak kamu Shani ada dirumahku tadi dia jatuh dari motor sempat pingsan, kebetulan dia jatuhnya itu deket rumahku jadi aku bawa ke rumah. Ini Shani-nya sudah diperiksa sama Dokter pribadi aku kok.“
“Hah! ya sudah ya Cit makasih ya udah nolongin, aku sama Mas Toni bakalan kesana jemput Shani yah.“
"Ada apa Mi?" tanya Toni.
"Shani jatuh dari motor sekarang ada dirumah Citra, ayo kita jemput."
"Ya sudah ayo."
Sedangkan Shani menahan sakit dibagian kakinya karena tertindih motor saat jatuh.
"Shhshs," ringis Shani.
"Sakit ya," kata Citra sambil memijit kakinya Shani.
'Mama, ini aku Ma. Shani, anak Mama.' Shani membatin tanpa terasa air matanya jatuh.
Citra yang melihat Shani yang menangis langsung panik.
"Eh Shani ya ampun kamu nangis, pasti kakinya sakit yah."
Shani langsung menyeka air matanya.
"Gak papa," sahut Shani.
Citra langsung memeluk Shani.
'Harum dan hangat,' batin Shani dalam dekapan Citra.
'Apa kamu Shani anakku, kamu sangat mirip dengan Shani anakku.' Citra juga sama dalam hatinya membayangkan jika Shani Miziana William ini adalah Shani anaknya.
Citra melepaskan pelukannya.
"Jangan nangis nanti Tante sedih lihat kamu nangis," kata Citra sambi mengusap air mata Shani.
"Aku gak sedih kok Tan," sahut Shani.
"Ouh iya, kamu makan yahhh ini udah Tante buatin ayam goreng bagian paha." Citra berujar sengaja membuat makanan kesukaan Shani anaknya, hanya ingin mencari tahu apakah Shani yang ada dihadapannya ini juga suka ayam goreng paha. 'Apa dia suka masakan ini, kalau dia suka aku harus selidiki lebih dalam lagi,' batin Citra.
'Itu, kan makanan kesukaan aku gak papa sih lebih baik aku menuntun Mama juga dalam masalah ini.' Shani juga membatin.
"Aaa sayang," kata Citra
Shani memakan makanan yang dibuat Citra dengan lahap.
Dari luar ada yang mengetuk pintu.
"Masuk aja Mbok gak dikunci," kata Citra dari dalam kamar.
Ceklek ...
"Diluar ada tamu Nya," kata Mbok Asni.
"Oh suruh aja mereka masuk Mbok," sahut Citra.
"Baik Nya."
"Itu pasti orang tua kamu," kata Citra.
"Papi sama Mami Ma- eh maksudnya Tante," kata Shani keceplosan.
"Ouh iya tadi Tante telpon orang tua kamu," sahut Citra merasa aneh dengan Shani. 'Aku gak salah denger dia panggil aku Mama,' batin Shani.
Mbok Asni membuka pintu.
"Silahkan masuk."
"Iya," sahut Shina.
Kemudian Toni dan Shina duduk di ruang tamu.
"Kalian sudah datang," kata Citra.
"Eh iya Cit," sahut Shina.
Citra pun duduk.
"Eee Shani-nya mana yah?" tanya Toni.
"Ada dalam kamar Tuan Toni."
"Ish jangan panggil saya Tuan, kan sekarang kamu dah jadi saudaranya Shina istri saya, panggil aja Toni."
"Betul tuh Cit."
"Hehe iya, ya udah ayo kita ke kamar Shani."
"Ouh iya, ayo Pi."
"Iya Mi."
Shina dan Toni langsung memeluk Shani bahkan Shina menangis.
"Kamu kenapa bisa jatuh hiks?" tanya Shina sambil nangis.
"Shani cuma jatuh biasa Aj Mi," sahut Shani kemudian menyeka air mata Shina.
"Tapi Mami cemas tahu."
"Mami jangan mulai deh, ini Shani gak papa."
"Iya nih Shan, kamu tau gak dijalan tadi kek mana Mami kamu gini nih , aduh Papi cepetan nanti Shani kenapa-napa lagi, ayo dong Pi, ikh Papi mah lama. Bayangin Shan, Papi didesak Mami kamu terus."
"Ehehe, Mami ... Shani gak papa kok."
"Tadi Dokter bilang, Shani kecapean dan juga telat makan." Citra menjelaskan apa yang terjadi pada Shani.
"Tuh, kan kamu kecapean sama telat mskan ini udah gak bener mulai besok kamu pakai sopir kalau ke sekolah dan juga bawa bekal."
"Ah Mami, itu terlalu norak."
"Gak ada penolakan yah!" tegas Shina.
"Papi setuju," sahut Toni.
"Papi," rengek Shani.
Citra hanya tersenyum.
'Mungkin gak yah dia ini Shaniku,' batin Citra.
"Ya sudah ayo kita pulang, Papi gendong Shani."
"Siap Bos," sahut Toni.
Shina berterima kasih sama Citra.
"Makasih ya Cit, sudah menolong Shani."
"Sama-sama Shin, aku seneng kok bisa bantu kalian."
"Ya sudah kami pulang dulu ya Cit, maaf merepotkan."
"Papi gendongnya jangan kayak gini ih, Shani masih bisa jalan tau."
"Shani jangan protes, Papi gak mau kamu kenapa-kenapa udah diam!"
"Ikh Papi," rengek Shani.
"Sayang udah diem, sini palanya dan kaki kamu posisinya disitu." Shina kemudian pamit dengan Citra. "Citra kami pulang dulu yah, dachhhh."
"Dahhh," kata Citra melambaikan tangan.
Shani hanya pasrah dengan sikap kedua orang tua angkatnya ini, menurutnya terlalu lebay.
***
Dari tadi Darma mengintip tamu Citra.
Tok ...
Tok ...
"Iya tunggu, ehh Darma!" kata Citra.
"Saya ada informasi yang sangat penting."
"Cepat masuk."
Darma memberikan cctv yang terhubung dengan mobil Ken yang dulu.
"Ini, kita bisa lihat kelakuan bejat mereka."
Citra melihat betapa sakitnya saat Shani kecil dihajar seperti itu dan dibuang ke jurang.
"Hiks hiks, Shani malang sekali nasib kamu Nak."
Darma sangat sedih melihat majikannya seperti itu.
Citra tidak henti-hentinya menangis.
"Hiks hiks hiks, huuhuhuhu Shani anak Mama, hiks hiks hiks huhuhu ..."
Citra langsung memeluk Darma.
"Shani Dar, anak aku hiks hiks hiks ..."
"Nyonya harus sabar, besok kita selidiki jurang itu siapa tahu ada petunjuk lagi."
Hampir satu jam Citra menangis dan akhirnya tertidur dalam dekapan Darma.
Darma kemudian membaringkan Citra ke kamarnya.
"Kasihan anda, saya janji akan terus disamping anda meskipun anda nanti bersama orang lain atau pun tidak."
Citra tertidur karena kebanyakan nangis sesekali dia mengigau dan menyebut nama Shani.
***
Aevan harus merawat wajahnya yang babak belur.
"Kok bisa sih kamu begini?" tanya Alya dengan kesal.
"Gak tau Ma," sahut Aevan yang tidak mau memberitahu kalau ini perbuatan Shani.
"Haishhh, masa orang iseng doang."
"Sebaiknya kamu jujur sama kita Van," sambung Zaki.
"Enggak kok Pa."
"Aishhh dasar ya kamu ini," gerutu Alya.
Tiba-tiba ponsel Zaki berdering.
"Mama," gumam Zaki.
“Halo,“ setelah mendengarkan mata Zaki seketika melotot.
"Kamu kenapa sih kok panik gitu."
"Mama minta di jemput katanya ada dibandara."
"Apa!" kaget Alya.
"Haishhh Nenek lagi Pa, Aevan malas ah sama Nenek sok ngatur."
"Diem kamu," tegur Alya.
"Jujur aja deh Ma, Mama juga males, kan."
"Heheh, kamu tahu sendiri Nenek kamu rempong!"
"Hiss kalian berdua ini," tegur Zaki.
"Eh anaknya ada disini Van," ledek Alya.
"Hahahah aw," tawa Aevan sambil menahan sakit di wajah dan sekujur tubuhnya.
"Udah ahz lebih baik kalian siapkan mental, Papa mau jemput Nenek dulu."
Huh ...
Alya dan Aevan menghela nafas dengan kasar.
***
💓DUKUNG KARYA INI DENGAN LIKE DAN KOMENTAR SERTA VOTE KEMUDIAN FOLLOW AKUN AUTHOR 💓
semoga ada season 2 nya
dari awal sampek sini padahal Arga dan Dara yang selalu ada disisi Shani
untung aku nya mudeng sama alur ceritanya..