NovelToon NovelToon
NIKAH KONTRAK, CINTA NYATA

NIKAH KONTRAK, CINTA NYATA

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: wiedha saldi sutrisno

ELINA seorang guru TK yang tengah terlilit hutang warisan dari kedua orangtuanya terus terlibat oleh orang tua dari murid didiknya ADRIAN LEONHART, pertolongan demi pertolongan terus ia dapatkan dari lelaki itu, hingga akhirnya ia tidak bisa menolak saat Adrian ingin menikah kontrak dengannya.

Akankah pernikahan tanpa cinta itu bisa berakhir bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiedha saldi sutrisno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15: Layak diberi Kesempatan

Telepon genggam Adrian bergetar pelan di meja kerja. Ia baru saja selesai membaca laporan rapat ketika layar menunjukkan nama yang selalu mengharuskannya bersiap secara mental: Elizabeth Leonhart.

Ia mengangkatnya dengan hati-hati. "Halo, Nenek."

Suara di seberang sana terdengar tenang, dingin, namun mengandung sesuatu yang berbeda hari ini... nada yang lebih lunak, lebih... terbuka.

"Acara makan malam akhir pekan ini, bawa Claire, dan wanita itu."

Butuh beberapa detik sebelum Adrian benar-benar mencerna maksud dari kalimat terakhir. Wanita itu. Elina. Ini bukan hanya ajakan. Ini adalah izin. Dan dari neneknya, seorang wanita yang tidak pernah sembarangan dalam memilih siapa yang bisa duduk di meja makan keluarga Leonhart, ini adalah sebuah langkah besar.

Adrian menutup telepon dengan diam. Tapi hatinya tidak diam. Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu terakhir, napasnya terasa lega. Ia bersandar di kursi dengan senyum tipis yang tak bisa ia tahan. Sebuah beban yang selama ini menggantung di dadanya perlahan runtuh.

Dia tahu... Elina tak sempurna. Masa lalunya bukan tanpa cela, dan dunia mereka berasal dari dua sisi berbeda. Tapi di balik segala itu, Adrian telah melihat sesuatu yang tak bisa dibantah: ketulusan. Kepolosan. Dan kekuatan hati yang lembut namun tak tergoyahkan.

Claire bahagia bersamanya. Bahkan lebih dari bahagia, gadis kecil itu mulai tertawa lagi, mulai percaya bahwa kasih sayang seorang ibu bisa datang dalam wujud yang tak terduga.

Adrian menatap jendela besar di ruangannya, langit sore menggantung tenang di luar.

Kalau ini awal dari segalanya, pikirnya, aku siap.

Ia tahu Elina bukan hanya jawaban untuk menyenangkan neneknya. Ia adalah jawaban bagi hatinya... dan bagi Claire yang pantas mendapatkan cinta paling tulus di dunia.

Dan untuk pertama kalinya, Adrian merasa... ia tidak harus memilih antara keluarga dan kebebasannya.

Ia bisa memiliki keduanya, dengan Elina di sisinya.

...****************...

Sore itu, matahari menggantung rendah di cakrawala, menebarkan cahaya keemasan yang lembut di atas trotoar kota. Elina baru saja menutup pintu ruang kelas TK, senyum lelah menghiasi wajahnya setelah sehari penuh bersama anak-anak. Jemari kecil Claire menggenggam tangannya erat, mereka berjalan beriringan menuju gerbang, hingga sebuah mobil hitam mengilap berhenti perlahan di hadapan mereka.

Jendela terbuka, memperlihatkan wajah Adrian yang duduk di balik kemudi. Wajahnya tenang, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya, seperti berita baik yang belum diucapkan.

"Elina," sapanya dengan nada rendah namun hangat, "bolehkah aku menculik kalian berdua sebentar?"

Elina tersenyum tipis, melirik Claire yang langsung bersorak kecil dan membuka pintu mobil dengan semangat. "Kalau Claire setuju, sepertinya aku tak punya banyak pilihan," ujarnya pelan, lalu ikut masuk ke dalam mobil.

Mereka tidak langsung bicara soal hal penting. Adrian membiarkan jeda itu, membiarkan suara musik lembut memenuhi ruang sunyi di antara mereka. Hingga mereka berhenti di taman kecil yang sunyi, tempat Claire bisa bermain dengan aman di bawah pengawasan mereka.

Elina duduk di bangku taman, memandang Claire yang berlari mengejar kupu-kupu, sebelum akhirnya memalingkan wajah ke arah Adrian yang kini berdiri di sampingnya, menyandarkan diri di tiang lampu taman.

"Aku baru saja mendapat kabar dari nenekku," katanya tanpa basa-basi.

Elina menoleh, hati kecilnya menegang. "Tentang kita?"

Adrian mengangguk pelan. "Dia ingin kita datang ke acara makan malam keluarga... aku, Claire, dan kamu."

Elina terdiam. Butuh beberapa detik untuk menyadari bahwa dadanya mendadak sesak. Campuran bingung, gentar, dan... entah kenapa... tersentuh.

"Dia sendiri yang memintanya?" tanyanya dengan suara rendah.

"Ya." Adrian mengangguk lagi. "Itu bukan ideku. Tapi saat dia mengatakan itu... aku tahu ini bukan hanya formalitas. Dia ingin mengenalmu lebih dekat. Dengan cara yang lebih... terbuka."

Mata Elina meredup, napasnya teratur, tapi pikirannya kacau. Ia tahu betul siapa keluarga Adrian. Ia tahu, bahwa berada di antara mereka berarti mempertaruhkan seluruh keberadaannya. Tapi ketika ia melirik Claire, yang kini berbalik dan melambai riang padanya, keraguannya sedikit mereda.

"Kalau aku datang... apa yang kau harapkan dari aku, Adrian?" tanyanya hati-hati.

Adrian menatapnya, lama dan dalam. "Hanya jadi dirimu sendiri. Itu cukup. Lebih dari cukup, sebenarnya."

Elina menggigit bibir bawahnya. Ada yang hangat mengalir di dadanya. Mungkin ini bukan tentang keluarga kaya atau masa lalu kelam yang tak bisa dihapus. Mungkin ini hanya tentang seorang pria yang mulai percaya... bahwa dirinya pantas ditemani oleh seseorang yang tulus.

"Aku akan datang," jawabnya akhirnya. "Kalau Claire mengizinkan," tambahnya dengan senyum menggoda.

Adrian tertawa pelan. "Claire sudah menyiapkan dress untuk kalian berdua sejak kemarin."

Elina ikut tertawa, namun matanya tak bisa menyembunyikan rasa haru.

Dan di antara tawa itu, sore yang tenang menjadi saksi akan langkah kecil mereka menuju sesuatu yang mungkin... menyerupai awal dari keluarga.

...****************...

Ruang makan keluarga Leonhart malam itu tampil anggun dan megah seperti istana klasik Eropa. Langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal berkilauan, taplak meja putih berenda halus, serta peralatan makan porselen beraksen emas, semua terasa begitu asing dan luar biasa bagi Elina. Namun di sampingnya, Claire duduk manis dengan gaun kecil berwarna biru pucat, memegang tangan Elina sesekali dengan senyum polos yang menguatkan.

Adrian duduk di sisi lain Elina, mengenakan setelan hitam yang rapi. Tatapannya tak lepas dari Elina, seolah ingin memastikan wanita itu merasa nyaman di antara para bangsawan kota.

Malam itu penuh sopan santun, perkenalan singkat dengan beberapa anggota keluarga jauh, dan percakapan-percakapan kecil yang terdengar seperti ujian. Elina menjawab dengan tenang dan bijak, meski ia tahu ada pandangan yang menelusuri setiap gerak-geriknya, menimbang-nimbang dirinya.

Elizabeth Leonhart duduk di ujung meja, elegan dengan gaun ungu tua dan bros batu safir di dadanya. Sorot matanya tajam, namun tak lagi sedingin pertemuan pertama. Ia mengamati, mencatat, menilai.

Hingga makan malam usai, dan para tamu mulai pamit perlahan, menyisakan hanya keluarga inti. Teh hangat disajikan di ruang duduk, suasana lebih ringan namun tetap menjaga formalitas.

Lalu, suara Elizabeth memecah keheningan.

"Elina," katanya sambil meletakkan cangkir teh di meja kecil di sampingnya. "Aku tidak suka berputar-putar. Aku akan bicara langsung."

Elina menegakkan punggungnya, sementara Adrian menatap neneknya dengan ekspresi hati-hati.

"Aku sudah memperhatikanmu. Dan aku tahu segalanya tentang masa lalumu," ujar Elizabeth datar. "Tidak ada yang luput dari pengamatan keluargaku. Tapi aku juga tahu satu hal yang tak bisa dipalsukan: kedekatanmu dengan Claire."

Elina menunduk sedikit, tak membantah.

"Aku akan memberi restu," lanjut Elizabeth. "Kau bisa menjadi istri Adrian. Dan kau bisa menjadi ibu sambung bagi Claire."

Adrian menghela napas lega.

"Tapi...." Elizabeth menambahkan, suara tajamnya kembali terdengar, "... aku akan tetap mengawasi. Setiap langkahmu. Setiap tindakanmu. Aku tidak akan membiarkan cucuku atau cicitku hancur hanya karena aku salah menilai."

Elina mengangguk pelan. "Saya bisa menerima itu."

Namun kalimat berikutnya mengejutkan mereka semua.

"Dan aku akan mengatur pesta pernikahan kalian," ucap Elizabeth dengan tegas. "Pesta yang pantas untuk nama keluarga Leonhart. Sesuatu yang tak pernah kau bayangkan."

Elina membeku. Sejenak ia tak tahu harus berkata apa. Tapi lalu ia mengangkat wajahnya, menatap wanita tua itu dengan sorot mata penuh keberanian yang lembut.

"Maafkan saya," katanya hati-hati namun tegas. "Tapi saya tidak bisa menerima pesta besar itu. Saya tidak ingin memulai rumah tangga dengan sesuatu yang bukan berasal dari hati saya sendiri. Pernikahan ini, jika terjadi, biarlah sederhana. Tapi jujur."

Suasana hening. Tegang. Claire menatap Elina bingung, Adrian langsung menoleh ke arah neneknya, siap menghalau badai.

Elizabeth menegakkan tubuhnya. Wajahnya kaku. "Tidak ada yang pernah menolak keputusanku," katanya dingin. "Bahkan Adrian, hanya sesekali."

Adrian menatap Elina, sedikit khawatir, namun Elina tetap tenang.

Elizabeth menatapnya lama... menilai lagi, seperti menimbang berlian yang tak sepenuhnya sempurna.

Lalu... seulas senyum tipis, nyaris tak terlihat, terbit di ujung bibir wanita tua itu.

"Setidaknya kau punya tulang punggung," gumamnya. "Itu... lebih dari yang dimiliki banyak wanita bangsawan. Tapi ingat, Elina..."

Elina menatapnya, bersiap.

"... aku tidak ingin orang-orang memandang rendah Adrian karena menikahi wanita yang jauh dari kehidupannya. Aku ingin mereka melihat bahwa meski kau datang dari tempat berbeda, kau tetap bisa berdiri sejajar. Bukan karena nama keluargamu. Tapi karena siapa dirimu."

Elina mengangguk pelan, suara hatinya menguat.

"Saya akan berusaha," jawabnya lirih namun tegas, "bukan untuk mereka. Tapi untuk Claire. Dan untuk Adrian."

Dan malam itu, meski dengan syarat dan pengawasan, Elizabeth Leonhart akhirnya membuka pintu keluarga bagi Elina. Tidak dengan pelukan hangat, tapi dengan pengakuan diam-diam... bahwa wanita itu layak diberi kesempatan.

1
Mia Syara
Awal baca,sudah tertarik dengan alur cerita ini..Salam dari Malaysia
Wiedha: Terimakasih sudah mampir Kak Mia...diusahakan untuk up date setiap hari...🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!