🔥🔥🔥 Harap bijak dalam membaca.
Airin, kembang desa yang merantau ke ibu kota dan bekerja sebagai pelayan di bar membutuhkan biaya untuk operasi sang ayah, ia terpaksa menjual keperawanannya kepada Gara Emanuel. Laki-laki kaya raya yang hampir setiap malam menghabiskan waktunya di bar dengan para wanita.
Sejak kejadian malam itu, Airin memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuka usaha toko bunga yang tak jauh dari kantor milik Gara.
Dan tak lama setelah kejadian itu, Airin pun dinyatakan HAMIL, dan itu membuat Airin sangat shock dan terpukul.
Sejak Gara mengetahui jika Airin pemilik toko bunga tersebut, ia setiap hari memperhatikan gadis yang pernah ia tiduri itu semakin lama perutnya semakin membesar, dan disitulah Gara curiga jika Airin hamil darah dagingnya.
Gara memutuskan mencari tahu semua tentang Airin dan siapa suaminya saat ini.
Apakah Airin memang sudah menikah atau masih sendiri?
Apakah yang di kandung Airin itu anaknya Gara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Mendengar ucapan Gara baru saja, ada rasa tidak suka yang muncul dari dalam hati Sinta. Ia menatap Airin dengan tatapan iri dan tidak suka.
Sadar akan tatapan Sinta, Airin hanya tersenyum lemah lalu memalingkan wajah cantiknya.
***
'Sok cantik sekali dia,' batin Sinta menatap Airin sinis lalu berjalan ke arahnya.
"Hai, kenalkan saya Sinta teman sekolah Gara waktu SMA dulu. Iyakan Gara," ucap Sinta mengulurkan tangannya ke Airin lalu mengerlingkan matanya ke Gara.
"Saya Airin istrinya Gara," jawab Airin memperjelas kata calon istri kepada Sinta. Bukan apa, Airin merasa jika Sinta punya rasa kepada Gara, maka dari itu ia sengaja memperjelas statusnya dan Gara di haydapan semua orang yang ada di ruangan itu.
"Ohh calon istri ya.. Tapi kamu kok sudah hamil? Kamu benar hamil anak Gara kan?" ucap Sinta tak mau kalah.
Mendengar pertanyaan Sinta yang nyelekit, Airin langsung terdiam. Menyadari hal yang tidak wajar, Gara langsung mendekati Airin dan memeluknya dengan cinta.
"Saya dan Airin itu saling mencintai, ya jelas dong Airin itu hamil anak saya. Kamu tau, anak kami kembar tiga, entah apa jadinya nanti rumah kami saat anak-anak itu lahir dan tumbuh besar," jawab Gara membuat Sinta kepanasan.
'Sial, sepertinya Gara begitu mencintai wanita ini. Saya gak bisa tinggal diam,' batin Sinta sambil tersenyum palsu kepada Gara.
"Oh ya?? Kalau gitu selamat ya. Kamu memang top cer Gara," jawab Sinta memaksakan senyumannya.
"Ya dong, siapa dulu," balas Gara sombong. Sedangkan Airin hanya diam dan tersenyum sesekali.
"Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu ya.. Soalnya masih ada pemeriksaan sebentar lagi. Nanti aku kesini lagi," ucap Sinta hendak keluar dari ruangan itu.
"Oke.. Makasih ya sudah mau mampir kesini," jawab Gara tersenyum.
Setelah kepergian Sinta, Gara yang masih stay memeluk Airin mendapat tatapan tajam dari Airin. Gara yang sadar jika Airin menatapnya hanya tersenyum dan sesekali tertawa cengengesan membalas tatapan Airin.
Plak
Tangan Airin langsung memukul lengan atas Gara sehingga Gara melepas pelukannya sendiri.
"Awww, kau kenapa memukulku Airin?" tanya Gara mengelus lengannya yang terasa panas.
"Kau masih bertanya?" jawab Airin balik bertanya.
"Maafkan aku. Kau tau tubuhmu ini ibaratkan lem, jika aku sudah menempel, maka akan susah untuk lepas kembali," ucap Gara menggombalin Airin.
"Tak usah merayuku, sekarang turunlah, aku mau istirahat," perintah Airin menatap Gara.
"Aku mohon jangan tatap aku seperti itu," jawab Gara menyatukan kedua telapak tangannya.
"Kenapa memang ha?" tanya Airin kembali menatap Gara.
"Kenapa? Kau masih bertanya kenapa? Kau tau, karena tatapan mu itu mengehentikan waktuku," jawab Gara tersenyum dengan imut.
"Tuan kau bisa saja. Tuan kau jangan menggombali aku seperti itu," ucap Airin manis.
"Kenapa memang?" tanya Gara spontan.
"Karena aku muak," jawab Airin merebahkan tubuhnya di ranjang rumah sakit tersebut.
"Hai apa kalian berdua tidak menganggap ku ada? Kalian terus saja berbicara tanpa menghiraukan aku yang ada disini," protes Leon kesal.
"Hahaha.. Maaf Leon, aku lupa jika kau juga berada disini," jawab Gara bercanda.
"Tega sekali kau Gara. Aku merasa tersakiti," balas Leon dengan berakting ala-ala istri Indosiar😂😂
"Maafkan aku Leon. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk menyakitimu," ujar Gara bercanda.
Airin yang menyaksikan drama antara Leon dan Gara itu merasa sangat terhibur sekali. Ia tak menyangka jika seorang Gara yang begitu dingin mempunyai sifat humoris seperti yang ia lihat saat ini.
Sadar akan kelakuannya membuat Airin tertawa lepas, Gara dan Leon melanjutkan dramanya sehingga Airin benar-benar tidak bisa menahan tawanya.
Sedangkan di balik pintu, Sinta melihat kebersamaan mereka dengan tangan terkepal dan dada yang sesak.
"Seharusnya aku yang berada di posisi itu. Bukan wanita itu," gumam Sinta dengan dada kembang kempis.
"Lihat saja Airin, cepat atau lambat, aku akan menyingkirkan mu dan juga bayi-bayimu itu. Aku akan kembali memperjuangkan cintaku yang dulu," tambah Sinta kemudian melanjutkan pemeriksaannya ke ruangan lain.
"Kalian ini lucu sekali," ucap Airin di sela-sela tawanya yang renyah.
"Kau suka? Apa aku sudah bisa menjadi seorang artis?" tanya Gara menatap Airin.
"Haha.. Artis? Buat apa tuan? Bukankah kau sudah banyak uang?" jawab Airin kembali bertanya.
"Agar aku di elu-elukan banyak wanita," ucap Gara keceplosan dan seketika itu juga ia mendapat tatapan tajam dari Airin.
"Upppsss," ucap Leon spontan menutup mulutnya.
"Mmmmm apa, itu.. Aku mau ke kamar mandi deh kayaknya. Airin kamu gak papakan aku tinggal sebentar," ucap Gara salah tingkah mengalihkan perhatian Airin, sedangkan Leon masih tetap menutup mulutnya guna menahan tawanya.
"Gak..Gak.. Gak papa kok?" jawab Airin dengan senyuman di paksakan.
Gara pun merasa lega, laki-laki tampan itu berjalan ke kamar mandi dengan mengurut dadanya.
"Untung saja Airin tidak marah," gumam Gara pelan.
"Oh ya tuan Leon, nanti setelah aku pulang dari rumah sakit, mau tidak kau menemaniku jalan-jalan. Tapi kita perginya berdua saja ya," ucap Airin tiba-tiba dengan suara sedikit nyaring dan melirik ke arah Gara.
Sadar akan menjadi umpan untuk membuat Gara cemburu, Leon pun menjawab dengan suara yang agak nyaring supaya terdengar jelas oleh Gara.
"Kau yakin berdua saja?" tanya Leon tersenyum kode-kodean dengan Airin.
"Ya, kenapa? Kau tidak mau," ucap Airin nyaring.
"Oo ya jelas aku mau, aku sangat mau. Kau tau, pasti orang-orang akan berpikiran kita ini pasangan yang bahagia," jawab Leon melirik-lirik Gara sekilas.
Gara yang tadinya akan memasuki kamar mandi, langkahnya langsung terhenti saat Airin dan Leon bercakap-cakap untuk merencanakan jalan-jalan tanpa dirinya. Susah payah Gara mencoba menenangkan dirinya dan menahan rasa kesalnya kepada sahabatnya itu.
"Iya, aku juga ngebayanginnya begitu. Jadi gak sabar," balas Airin sengaja menatap Leon lekat.
Gara yang sudah sangat-sangat panas, langsung berbalik arah menuju Leon dan Airin dengan rasa cemburu yang teramat sangat.
"Kau.. Bukannya kau mau ke kamar mandi?" tanya Airin santai.
"Gak jadi," jawab Gara judes dan menatap Leon dengan mata elangnya.
"Hai Gara, matamu kenapa? Kenapa kau menatapku begitu? Apa kau sirik dengan ketampanan ku?" tanya Leon yang sadar jika Gara saat ini tengah berapi-api.
"Kenapa kau mau di ajak Airin jalan berdua saja ha? Kau tau kan aku dan Airin akan menikah. Seharusnya yang jalan dengannya itu aku, bukan kau," omel Gara dengan nafas yang terengah-engah.
"Memang kenapa? Airin yang mengajakku. Kenapa kau marah padaku ha? Lucu sekali kau ini," jawab Leon bertele-tele.
"Lalu kenapa kau mau. Kau kan bisa menolaknya,"
"Hai, kenapa kau yang sewot sih? Tuan Leon saja tidak mempermasalahkannya," sela Airin yang dari tadi menyimak percakapan mereka.