Mencintai jodoh sepupu sendiri?
Salahkah itu?
Berawal dari sebuah pertemuan yang tak di sengaja. Senja, gadis 22 tahun yang baru pulang dari luar negeri itu bertemu dengan sosok pria bernama Bumi yang menurutnya sangat dingin dan menyebalkan.
Semakin Senja tidak ingin melihat wajahnya, justru makin sering Senja bertemu dengannya.
Dari setiap pertemuan itulah muncul rasa yang tak biasa di hati keduanya.
Tapi sayangnya, ternyata Bumi adalah calon suami dari sepupu Senja, Nesya. Mereka terlibat perjodohan atas permintaan almarhum ibunda Bumi pada sahabatnya yang merupakan ibu dari Nesya.
Sanggupkah Bumi dan Nesya mempertahankan perjodohan itu?
Bagaimana nasib Senja yang sudah terlanjur jatuh cinta pada Bumi? Mampukah ia mempertahankan hatinya untuk Bumi?
Baca terus kisah mereka, ya.
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Dimas Berkunjung Ke Rumah Senja
Setelah berbincang dengan Bumi soal pembangunan rumah sakit, Senja pun kembali ke rumahnya. Di depan rumah, ia mendapati ada sebuah mobil yang tak ia kenal. Mungkin mobil rekan bisnis Tuan Andika, pikirnya.
Begitu Senja masuk ke dalam rumah, ia mendapati ibunya sedang asik mengobrol dengan pria yang ia kenal.
Jadi, di depan tadi mobilnya Dimas? Untuk apa dia datang kesini? Gumam Senja dalam hati.
Huhhhh....
Senja menghela nafas kasar. Tadi di kantor didatangi Marcel. Sekarang malah Dimas yang datang ke rumahnya. Ia tak mengerti apa jalan pikiran kedua pria itu.
“Eh, Senja. Kau sudah pulang? Ayo sini, dari tadi Dimas sudah menunggu lho,” panggil ibunya saat menyadari Senja sudah pulang ke rumah.
Dengan langkah malas Senja pun menghampiri kedua orang itu dan duduk di sebelah ibunya. Di atas meja ada sebuket bunga berwarna merah muda. Senja dapat menebak, itu pasti Dimas yang bawa. Pria itu senang sekali membawa bunga.
“Dimas sudah menunggumu dari tadi. Kau kenapa baru pulang?” tanya ibunya.
“Banyak kerjaan, Ma,” jawab Senja dengan singkat.
“Jangan terlalu lelah bekerja! Tidak usah terlalu memforsir tenagamu. Kau sudah mirip seperti papamu saja kalau begini,” kata ibunya menasihati.
“Kan Senja memang anak Papa, wajar kalau Senja mirip Papa,” jawab Senja.
“Iya, tapi kalian kan juga punya karyawan. Untuk apa ada karyawan kalau kalian masih bekerja mati-matian,” jawab ibunya tak mau kalah.
Senja memutar bola matanya malas. Sementara Dimas menahan diri agar tak tertawa melihat perdebatan ibu dan anak di depannya. Interaksi antara mereka terasa hangat di mata Dimas. Sepertinya Senja adalah anak yang sangat dekat dengan orang tuanya.
“Kau harus banyak meluangkan waktumu juga untuk urusan pribadimu. Seperti jalan-jalan atau makan malam di luar bersama teman,” tambah ibunya lagi.
Senja menebak, ini pasti mau dikait-kaitkan dengan keberadaan Dimas disini.
“Mama to the point saja, sebenarnya mau bilang sesuatu kan?” tanya Senja.
“Iya, tadi Dimas kesini berniat mengajakmu makan malam di luar atau nonton di bioskop bersama,” jawab ibunya secara terang-terangan.
“Kau menggunakan mamaku untuk mendekatiku?” tanya Senja pada Dimas.
“Tidak, aku tidak bermaksud begitu. Aku tadi hanya mampir kesini. Dan kalau kau bersedia, aku mau mengajakmu keluar. Tapi kalau kau tidak mau, tidak masalah. Aku tidak memaksa,” jawab Dimas agar Senja tak salah paham dengannya.
“Aku lelah. Aku tidak mau keluar rumah,” sahut Senja.
“Ya sudah, kalau begitu Dimas makan malam disini saja bersama kita,” kata ibunya menengahi.
“Terserah Mama saja, Senja mau ke kamar dulu. Mau mandi dan bersih-bersih,” ucap Senja lalu berdiri dari duduknya.
“Ya sudah, sana. Tapi jangan lama-lama ya, kasihan Dimas menunggu disini terlalu lama. Kita makan malam sama-sama,” kata ibunya lagi.
“Iya, Ma,” sahut Senja dengan malas lalu naik ke atas menuju kamarnya.
“Dimas, kau yang sabar, ya. Senja itu memang tidak suka dipaksa. Kau hanya perlu sering-sering mendekatinya saja. Dia anak yang baik kok,” kata Liliana kepada Dimas.
“Iya, Tante. Tidak masalah. Bisa berteman dengan Senja saja, aku sudah sangat senang,” jawab Dimas.
“Kalau Tante sih, tidak masalah kalian mau menjalin hubungan lebih dari berteman. Yang penting kaliannya sama-sama saling menerima satu sama lain,” ucap Liliana yang mengundang senyum merekah di wajah Dimas.
“Baik, Tante. Untuk sekarang, biar kami jalani saja dulu seperti ini,” ucap Dimas.
Liliana pun mengangguki perkataan Dimas. Dimas tak menyangka ibu Senja sangat baik dan mudah menerimanya. Ini seperti angin segar bagi Dimas. Tak masalah Senja masih cuek padanya, yang penting ibunya sudah mendukung.
***
Senja masuk ke kamarnya dan melempar tasnya ke atas tempat tidur. Ia pun ikut merebahkan dirinya disana.
Bayangan Bumi saat mereka di pantai sore tadi kembali muncul. Ia teringat saat dimana tadi ia memeluk Bumi dengan sangat erat hingga tak sadar mereka melewatkan matahari yang telah terbenam.
"Eh, mataharinya sudah terbenam," seru Senja saat melerai pelukannya pada Bumi.
"Besok masih bisa lihat lagi," ucap Bumi dengan santai.
"Padahal aku kesini kan untuk melihat itu," ucap Senja.
"Tapi yang ada kau malah memelukku," ujar Bumi yang membuat Senja terdiam. Berada di pelukannya memang terasa nyaman bagi Senja.
"Maaf," lirih Senja nyaris tak terdengar.
"Kenapa maaf? Jika itu membuatmu nyaman, aku tak masalah. Ini bukan kali pertama kau memelukku kan?" tanya Bumi.
"Terlalu sering juga tidak baik," jawab Senja.
"Kenapa?" tanya Bumi penasaran.
"Seharusnya...yang berhak memelukmu adalah Kak Nesya."
Deg.
Bumi langsung mematung. Hatinya menolak dengan keras perkataan Senja barusan. Tapi ia tak bisa memungkiri bahwa yang dikatakan Senja itu benar.
Bumi kembali mengingat saat tadi siang Nesya memeluknya, tapi dia justru merasa tak suka. Berbeda sekali dengan yang ia rasakan saat Senja memeluknya, ia malah tak mau melepaskannya.
Salahkah perasaannya itu?
"Sudah mulai gelap, ayo kita pulang sekarang!" Bumi sengaja mengalihkan pembicaraan lalu mengajak Senja pulang.
***
Jangan lupa siapkan tissue, ya 🤧
Selamat membaca 💙
saat Bebek panggang madu terhidang di hadapanku tp tak bisa kumakan krn perut terlanjur kenyang..
maka cepatlah bangun Senjanya Bumi.. krn Bumi mu begitu bersedi sama seperti yg ku rasakan saat merelakan Bebek panggang madu utk mereka.. 😭