Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik untuk mu, dan boeh jadi kamu menyuki sesuatu padahal itu tidak baik untuk mu.
Tidak ada sebuah kebetulan, semua telah di tentukan, tidak ada perbedaan paham ataupun sudut pandang jika Allah sudah mengizinkan dan menjodohkan nya tulang rusuk pasti akan kembali pada sang pemilik nya.
"Apakah dunia sekecil ini samapai aku harus terus di pertemukan dan berurusan dengan nya...!?"
Decak kesal Ansell, yang menggerutu akan sebuah kebetulan yang terus terjadi pada nya.Namun ia tidak menyadari kalau itu bukanlah suatu kebetulan, melainkan suratan takdir yang telah tertulis kan dalam perjalanan hidup nya.
Ya dia adalah Ansell Arian Rendra, laki laki tampan nan kaya. Dengan segal kekuasaan dan kehormatannya, membuat Ansell hidup bebas sesuka hati menjalani kehidupan. Bar, Club malam, minuman, bahkan wanita penghibur pun menjadi kesenangan sebagai pemanis dalam kehidupan nya. Hidup bebas dalam kegelapan tanapa ada nya teguran dan bimbingan.
Namun suatu saat Dia malah di pertemukan dengan seorang wanita Muslimah.
*
"Sudut pandang semua orang memang berbeda...! dan dengan perbedaan itu bukan kah kita bisa memilih dan mengimbangi mana yang terbaik untuk kita...!?" ujar seorang wanita dengan reflek, bicara dengan tertunduk pada seorang laki laki yang baru di pertemukan dengan nya.
Wanita itu adalah Zahra. Lebih tepat nya
Aisyah Az Zahra. Dia tumbuh besar di lingkungan pesantren, walaupun keluarga nya bukan termasuk orang yang dekat dengan Agama,
namun semenjak ibunya meninggal dan Ayahnya memutuskan untuk menikah lagi,
kasih sayang Ayahnya terampas oleh ibu tiri dan adik tirinya,
hingga membuat nya memilih mondok di pesantren dan tumbuh besar menjadi wanita muslimah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Acara akad kini sudah selesai, semua yang ada di dalam masjid mulai pada berhamburan keluar untuk melanjutkan ke acara selanjutnya yaitu acara resepsi. Semua tamu mulai duduk mengisi kursi yang sudah tersedia di sana.
David dan Raka sudah terlihat duduk di kursi paling depan, begitupun dengan Jenika Ibu dan Ayah mereka sudah keluar terlebih dulu dan duduk di samping Raka.
Di dalam masjid, Abie dan Pak Kiyai mulai berbincang dengan Pak Penghulu dan mengucapkan banyak terimakasih.
Sedangkan Alika baru akan mulai berdiri karena merasa jadi obat nyamuk di antara Kakak dan Kakak iparnya yang baru saja menjadi pasangan suami istri, hingga Alika bermaksud untuk keluar namun pergerakannya terhenti karena melihat Ali yang mendekat ke arah Kakak nya.
"Assalamualaikum Tuan Ansell...! maaf saya baru menyapa..!" salam Ali sambil menyalami Ansell.
"Waalaikumsalam...!" jawab salam Ansell, dengan sedikit malu sampai bingung untuk berkata kata, Ansell hanya tersenyum ramah menanggapi pembicaraan laki laki yang pernah menginginkan wanita yang kini telah menjadi istrinya.
"Selamat... semoga Allah memberkahi pernikahan kalian, dan menjadi keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah.!"
ucap Ali dalam do'a nya.
"Terimakasih gus Ali, Aamiin.!"
Setelah berbincang dengan Ansell, Ali baru tersadar kalau wanita yang duduk di depannya adalah adik Ansell yang waktu itu bertemu dengan nya. Ali merasa pangling dengan penampilan Alika yang sekarang.
"Ekh Dek Alika...!" sapa Ali sambil sedikit memundurkan badan nya.
"Kak Ali...!" jawab sapa Alika dengan tersenyum dan mengangguk pelan.
Ansell yang menyadari tingkah malu Alika malah ingin sekali menggoda nya.
"Sepertinya adik saya jadi banyak berubah setelah bertemu dengan Gus Ali!"
ucap canda Ansell.
"Kakak...!"
bisik Alika sambil mencubit kaki Ansell.
Membuat Ansell makin senang untuk mengerjai nya.
"Alhamdulillah, kalau Dek Alika bisa berubah dan lebih baik!" timpal Ali meladeni perkataan Ansell. Memang ada rasa senang melihat penampilan Alika yang sekarang.
"Jika Gus Ali tidak keberatan untuk membimbing adik saya, mungkin adik saya bisa menjadi sosok wanita muslimah yang lebih baik!" timpal Ansell berucap seolah memiliki makna yang harus di artikan oleh Ali.
Ali langsung tersenyum kecil menatap Ansell dan menjawab perkataan nya.
"Insyaallah...!" jawab Ali dengan sedikit melirik wajah cantik Alika, dengan balutan hijab rapih di kepalanya.
Ansell hanya tersenyum ramah mendengar jawaban Ali, padahal maksud Ansell awalnya hanya bercanda. Zahra yang mendengar perbincangan dua laki laki itu ikut senang, karena mereka malah terlihat sangat akrab, walaupun Zahra sudah menolak lamaran Ali, tapi tidak membuat Ali merasa kesal pada laki laki yang kini sudah berstatus sebagai suaminya.
"Kalau begitu saya permisi ke depan dulu...!"
pamit Ali sambil beranjak berdiri. Ansell hanya tersenyum ramah melihat kepergian Ali.
"Jangan malu malu in dong Kak...!" keluh Alika cemberut
"Kak Zahra Aku ke depan duluan ya...!" pamit Alika karena malah menjadi canggung jika terus duduk bersama mereka.
"Iya...!" jawab Zahra.
Kini tinggal Ansell dan Zahra di sana, dua insan itu malah sama sama membisu bingung harus bagaimana. Ansell perlahan melirik wajah cantik Zahra, dan tanpa sadar bibir nya memasa senyum kecil saat melihat wajah istrinya, yang terlihat jelas kegugupan tergambar di sana.
Namum mereka langsung di kaget kan karena sang MC sudah memanggil mereka. Sang Raja dan Ratu sehari di persilakan untuk duduk di kursi pelaminan yang sudah di siapkan.
"Mari...!" ajak Ansell sambil mengulurkan tangannya mengajak Zahra, bermaksud membantunya bangun.
"Terimakasih...!" jawab kaku Zahra, perlahan menggerakkan tangan nya meraih tangan Ansell, dengan sedikit gugup karena belum terbiasa. Saat telapak tangan Zahra sudah menempel sepenuhnya di telapak tangan Ansell, barulah Ansell menggenggam tangan Zahra dan perlahan membantu Zahra untuk bangun dari duduk nya.
"Tidak perlu berterimakasih, bukankah ini tugas ku untuk menjaga istri ku"
ucap Ansell dengan tersenyum kecil sambil perlahan menarik Zahra ke samping nya dan beranjak berdiri.
Zahra hanya bisa menunduk malu mendapat perlakuan manis dari suaminya, dan tersenyum kecil di balik tundukan nya.
"Manis sekali...!" batin Ansell yang tidak sedikit pun memalingkan wajahnya melihat wajah Zahra.
Mereka pun berjalan bergandengan tangan menuju ke panggung pelaminan.
*
Acara resepsi kini di mulai setiap susunan acara di lewatkan dengan lancar. Termasuk siraman rohani yang di sampaikan oleh Pak Kiyai.
Para tamu undangan kini di persilakan untuk menyantap jamuan makan yang sudah di siap kan, dan sebelum menyantap jamuan mereka terlebih dulu menghampiri pengantin baru itu untuk mengucapkan selamat dan mendoa kan yang terbaik untuk mereka.
Begitupun dengan para anak santri mereka sudah berjajar rapih mengantri untuk memberi selamat kepada guru kesayangan mereka.
Di sisi lain, Alika terlihat terlebih dulu mengambil makanan, Alika tidak ikut mengantri untuk memberi selamat, karena yang berdiri di pelaminan Kakak nya sendiri, dan dia bisa mengucapkan selamat kapan saja.
Alika terus fokus mengambil makanan, hingga tidak sadar kalau di depannya ada orang yang sama sedang mengambil makanan, hingga Alika sedikit menabrak nya, sampai piring makanan yang ia bawa membentur badan orang itu, dan membuat makanan nya sedikit tumpah mengenai pakaian nya.
"Astagfirullah... maaf Tuan saya tidak sengaja...!"
ucap maaf Alika sambil membungkuk, belum menyadari siapa yang ia tabrak.
"Dek Alika... maaf saya yang salah, makanan nya jadi mengotori pakaian Adek...!" ucap maaf Ali, ternyata dia yang berdiri di depan Alika.
"Ekh Kak Ali...!" kaget Alika yang baru menyadari kalau itu Ali.
"Baju Adek jadi kotor maaf...!"
"Tidak apa apa Kak, ini kecerobohan saya..!" sahut Alika sambil mengibaskan bajunya yang masih menempel makanan di sana.
"Bersihkan saja di toilet rumah Ummie Dek..!" saran Ali.
"Saya tidak tau tempat nya Kak..."
"Ayo biar saya antar...!" tawar Ali kerena merasa kasihan melihat keadaan Alika sekarang.
"Baik terimakasih Kak...!"
Ali pun langsung berjalan ke arah rumah Ummie dan di ikuti Alika di belakang nya.
Mereka sudah sampai di rumah Ummie, tidak ada siapapun di sana karena semua berada di depan pelaminan.
"Saya antar sampai sini Dek, masuk saja ke dalam, saat di dapur Adek bisa menemukan toilet di sana!" seru Ali saat mereka sedang berada di ruang tamu rumah Umnie.
"Apa tidak apa apa Kak..!?" sedikit ragu.
"Tidak apa apa Dek... masuk lah saya tunggu di sini!" sudah tau kalau Alika ragu karena merasa tidak sopan jika masuk ke rumah orang, tanpa ada penghuni nya di sana.
Alika pun bergegas masuk ke dalam mencari toilet untuk membersihkan pakaian nya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Alika kini sudah beres membersihkan pakaian nya.
Langsung menghampiri Ali, tidak ingin berlama lama di rumah Ummie karena tidak ada siapapun.
"Sudah Kak...!" Ali pun langsung mengangkat wajahnya dan melihat jelas pakaian Alika yang basah akibat ke tumpahan makanan tadi.
"Apa tidak apa apa??, sepertinya bajunya jadi basah,!"
Ali pun beranjak berdiri.
"Tidak apa apa, nanti juga kering sendiri, terimakasih Kak Ali telah membantu,!"
ucap lirih Alika sambil mengangguk pelan.
"Sama sama... mari kembali lagi ke depan..!" ajak Ali, mereka pun beranjak kembali.
*
Di depan, Ansell dan Zahra sudah hampir ke lelahan karena harus berdiri menerima salaman dari pada tamu, yang sedemikian banyak nya, dan kebanyakan dari mereka adalah orang Kantor Ansell.
Mereka tidak henti hentinya mengucapkan selamat kepada Bos nya itu.
"Selamat Bos...!"
"Selamat Bos...!"
"Selamat Bos...!"
Hanya itu yang terdengar di telinga Ansell, sampai rasanya ingin sekali dia memukul David karena kesalahan nya itu. yang malah memberitahu semua orang kantor nya, yang menurut nya sangat tidak penting.
Kini terlihat Jenika menghampiri pasangan pengantin itu, di ikuti David dan Raka di belakang nya.
"Selamat untuk kalian... Kakak ipar tolong jaga Kak Zahra ya...!" ucap ramah Jen, dan perlahan memeluk tubuh Zahra.
"Terimakasih...!" jawab senang Zahra, merasa senang dengan perubahan adik nya sekarang, yang bisa lebih baik dan lebih menghargai nya.
Kini giliran David menyalami Ansell.
"Selamat Sell...!" perlahan memeluk Ansell "Siap-siap malam pertama Bro..." bisik nya lagi sambil menepuk pundak Ansell. Seketika Ansell langsung melebarkan matanya geram, dan dengan cepat langsung menginjak kaki David. Dan menjauhkan badan David agar tidak melirik Zahra yang berdiri di samping nya.
"Aaaa Sakit Sell sialan loe...!" rengek David sambil memundurkan badan nya.
"Awas, giliran gue yang ngerjain si Bos...!" seru Raka mengawaskan David sambil perlahan mendekati Ansell.
Raka kini berbeda, walaupun badan nya di depan Ansell, tapi matanya sudah jelalatan melihat Zahra di samping Bos nya itu.
"Selamat Nona Zahra...!" Mulai melancarkan aksinya. Dan benar saja kemarahan Ansell rasanya sudah naik ubun ubun nya. Dan dengan cepat menghalangi Zahra, agar sekretaris sialan nya tidak bisa melihat istrinya.
"Udah bosan hidup ya...!"
geram Ansell, membuat Raka langsung tersenyum puas.
"Hahahaha...!" hanya batin Raka yang tersenyum, merasa lucu melihat tingkah Bos nya.
"Nona Zahra, titip Bos kita ya, maaf dia agak galak, kalau dia macam macam jangan segan segan untuk mengunci nya di luar...!"
ucap banyol Raka masih di sibukaan dengan tawa nya.
Dan dengan cepat langsung meninggalkan Ansell, sudah tau akan seperti apa kalau dia terus ada di sana.
"Sekretaris sialan, gue pindah kerja kan, baru tau rasa loe...!" umpat kesal Ansell membuat Zahra menahan tawa nya di balik punggung Ansell mendengar perdebatan suami dan bawahannya. Ansell yang sadar mendengar tawa pelan Zahra langsung membalikkan badan nya.
"Kenapa...? apa terdengar lucu?"
Ansell langsung membungkuk melihat wajah Zahra yang sedang tertawa kecil yang di halangi dengan telapak tangannya.
Dengan cepat Zahra menggelengkan kepalanya pelan dan mendongkangkan wajahnya melihat wajah Ansell. Hingga mata mereka saling bertemu dengan jarak wajah yang sangat dekat. Membuat Ansell jadi salah tingkah mendapat tatapan sendu Zahra.
"Mau gabung makan dengan mereka...?" tanya Ansell mengalihkan suasana, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal menghilangkan ke canggungan nya.
Zahra hanya mengangguk pelan.
Karena sepertinya para tamu undangan sudah tidak ada lagi, Ansell dan Zahra pun langsung berjalan bergabung dengan Alika dan Ummie yang terlihat sedang duduk bersebelahan yang sama sama sedang makan.
"Duduk lah di dekat Alika, aku mengambil makanan dulu..!" seru Ansell.
"Biar aku saja yang mengambil nya Kak...!"
Refleks berbicara, karena memang kewajibannya melayani suami, sampai tidak sadar dengan panggilan nya. Ansell pun langsung menghentikan pergerakan nya.
"Maaf...!" lirih Zahra sambil menunduk
merasa kaku belum terbiasa memanggil Ansell.
"Tidak apa apa, panggil se nyaman nya saja Dek...!" balas Ansell dengan senyumnya.
"Maaf, biar aku yang mengambil makanan nya Kak...!" seru Zahra yang masih tertunduk malu.
"Iya... silahkan aku tunggu di sana...!" izin Ansell. Zahra pun langsung berjalan mengambil makanan untuk suaminya.
~
Zahra terlihat sudah mengambil makanan, tangan satunya membawa sebuah piring dan satunya lagi membawa segelas air minum.
Zahra berjalan dengan perlahan, karena masih mengenakan gaun pernikahannya.
Langsung mendekati Ansell dan duduk di samping nya.
"Ini Kak...!" Zahra menyodorkan piring makanan nya pada Ansell.
"Terimakasih...!" sahut Ansell sambil mengambil piring nya.
"Adek tidak makan..?" lanjut nya bertanya.
"Nanti saja..." sahut Zahra masih setia memegang gelas air minum untuk suaminya itu.
Ansell pun mulai menyantap makanan nya.
Alika yang duduk di dekat mereka sedari tadi matanya memperhatikan dua Kakak nya itu, tanpa banyak bicara saja mereka terlihat sangat romantis. Membuat nya tidak fokus menyantap makanan nya.
"Kakak beruntung sekali mendapatkan istri sebaik Zahra, semoga kalian bahagia Kak...!"
Dengan mata yang terus melihat Ansell dan Zahra.
~
"Dek... mau menginap di sini atau pulang...?"
Tanya Ansell di sela makan nya.
"Gimana baiknya saja, aku mengikuti keputusan Kakak...!"
jawab Zahra masih canggung dan gugup untuk berkata kata.
"Setelah shalat isya kita langsung pulang saja ya, kalau menginap di sini Alika pun harus ikut menginap, nanti malah merepotkan Pak Ustadz...!" saran Ansell.
"Iya...!" Zahra pun mengiyakan keputusan Ansell.
Tiba-tiba Zahra di kaget kan dengan tingkah Ansel yang menghadap ke arah nya sambil menggeser kan kursi nya.
"A a a..!" Tiba-tiba Ansell menyuapi Zahra. Membuat Zahra tertegun kaget.
"Makan lah! aku tidak akan membiarkan mu hanya berdiam di saat aku sendiri sedang menikmati makanan." seru Ansell dengan tangan masih setia menyuapi Zahra karena Zahra tidak lekas melahapnya.
"Aku bisa mengambil nya lagi Kak, makan saja, ini makanan Kakak...!" Sedikit ragu karena malu.
"Ini terlalu banyak, kita harus menghabiskan nya bersama sama...!"
Masih kekeh, akhirnya Zahra pun membuka mulut nya menerima suapan dari Ansell dengan merona malu. Ansell yang menyadari tingkah malu istrinya hanya tersenyum kecil sambil mulai mengambil lagi makanan nya, dan giliran dia yang melahapnya.
Dan seterusnya berganti menyuapi Zahra sampai makanan nya benar benar habis.
Zahra pun langsung memberikan gelas air minum nya pada Ansell, dan berakhir saling berbagi air minum dalam satu gelas itu.
***
Malam kini sudah tiba. Semua barang barang Zahra sudah di kemas di masukkan ke dalam mobil Ansell. Mereka sudah bersiap untuk pulang ke rumah.
Ayah, Ibu dan Jenika dari tadi sore sudah pamit pulang ke rumah.
Semua kini sudah berkumpul di ruang tamu.
Abie, Pak Kiyai, dan Ummie sudah terlihat duduk di sana di depan Ansell dan Zahra.
Sedang Alika dan Ali masih membantu membereskan barang barang yang belum di masukkan ke mobil.
Walaupun dengan sedikit ragu untuk berkata kata, Ansell kini memulai pembicaraan nya untuk berpamitan.
"Maaf Pak Ustadz saya permisi pulang sekarang, dan akan mengajak Dek Aisyah untuk ikut pulang bersama saya.
Maaf saya di sini malah merepotkan!"
ucap lirih Ansell, rasanya lebih gugup untuk berpamitan dari pada saat mengucapkan ijab kabul tadi.
Bagaimana tidak, Ansell harus berhadapan dengan Pak Ustadz dan Pak Kiyai meminta izin untuk membawa Aisyah yang sudah di anggap anak mereka pulang bersama nya.
"Silahkan Nak... Aisyah istri mu sekarang, kami tidak memiliki hak untuk mencegah nya.
Kamu yang lebih berhak atas istri mu." jawab lirih Abie. Dan di sambung dengan nasehat dari Pak Kiyai.
"Nak Aisyah berusaha lah menjadi istri yang baik untuk Nak Ansell, begitu pula sebaliknya, Nak Ansell berusaha lah menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab untuk Nak Aisyah." tegas Pak Kiyai
"Saling melengkapi lah satu sama lain. menjadi keluarga yang sakinah ( tentram dan bahagia ) yang berdiri di atas pondasi mawadah warohmah ( cinta dan kasih sayang)."
" Istri diibaratkan seperti pakaian bagi suami, dan suami pakaian untuk istrinya. Jika di lihat dari sisi kedekatannya, pasangan suami istri di ibaratkan pakaian yang selalu menempel dengan kulit, tiada jarak yang memisahkan keduanya.
Maka dalam berumah tangga seharusnya ada rasa saling percaya, transparansi, tanggung jawab dan saling setia. Saling merangkul dengan adanya rasa sayang, saling memiliki, bahagia, suka dan tempat bersandar. Begitulah semestinya pasangan suami istri, Ada Rindu jika jauh, ada kedamaian jika berada di sisi mereka. Dua insan yang saling menghangatkan baik di kala suka maupun duka tempat bersandar di tengah kesedihan yang melanda dan saling membutuhkan."
"Dalam rumah tangga ada hak dan kewajiban, dalam hal ini suami-istri berperan sebagai partner dalam menjalankan kehidupan, saling membantu, saling menopang, saling meringankan dan sebagainya."
"Dan yang terpenting makna pakaian bagi pasangan suami-istri yaitu saling menutupi keburukan di antara keduanya. Pasangan suami istri tidak boleh membeberkan keburukan masing-masing kepada orang lain bahkan pada orang tua sendiri."
" Semoga kalian bisa menciptakan Surga Dunia melangkah menuju surganya Allah di akhirat nanti Aamiin...!" Doa Pak Kiyai dan mengakhiri nasehat nya.
"Aamiin... terimakasi Pak Kiyai atas segala nya...!" lirih Ansell.
"Kalau begitu kami pamit pulang dulu, Pak Ustadz dan Bu Ustadzah tidak usah repot repot membereskan Pesantren, biar bawahan saya yang membereskan semuanya."
Ansell pun mulai beranjak berdiri dan berbungkuk menyalami Mereka bergantian, di ikuti Zahra di belakang nya.
Zahra kini menyalami dan memeluk Ummie. Merasa sedih melihat Ummie yang terlihat menjatuhkan air mata nya.
"Ummie... Aisyah tidak akan ke mana mana. Aisyah hanya pindah tempat pulang saja, meskipun Aisyah sudah menikah Aisyah akan sering ke sini..!" ucap Zahra meredakan kesedihan Ummie sambil perlahan memeluk nya.
"Iya Sayang... Ummie bukan sedih karena takut di tinggal kan mu, Ummie hanya terharu dan ikut senang melihat kalian berdua bisa bersama. Semoga pernikahan kalian di berkahi Allah, dan selalu bahagia Nak...!" ucap Ummie dalam doa nya.
"Aamiin Mie, Terimakasih!" Zahra pun mulai menyalami tangan Ummie.
"Ayo Dek...!" ajak Ansell sambil mengulurkan tangannya. Zahra pun langsung menerima uluran tangan Ansell. Dan mulai berjalan ke luar rumah Abie, dan di antar sampi ke depan oleh mereka.
Setelah berpamitan kepada semuanya.
Ansell dan Zahra langsung masuk di depan, dan Alika langsung masuk ke belakangan.
***
Setelah perjalanan yang cukap lama, kini mereka sudah sampai di rumah Ansell.
Ansell perlahan turun dan langsung menyuruh pelayan rumahnya untuk mengambil barang barang yang ada di mobil dan membereskan nya.
Alika dan Zahra mulai turun dan mengambil barang yang mudah di bawa dan langsung masuk ke dalam.
"Ayo Kak Zahra, jangan malu malu, ini sudah menjadi rumah mu sekarang, semoga betah ya tinggal di sini!" seru Alika sambil berjalan ke dalam. Zahra pun hanya tersenyum ramah menanggapi perkataan Alika.
"Bismillahirohmanirohim... Ya Allah semoga Engkau memberkahi pernikahan ku, Aamiin...!"
Batin Zahra sambil perlahan melangkahkan kakinya.
"Ayo masuk...!" Tiba-tiba Ansell datang dari belakang dan meraih tangan Zahra dan mengajaknya beriringan masuk ke dalam.
"Kak... aku langsung ke kamar ya, rasanya lelah sekali, selamat beristirahat...!" pamit Alika meninggalkan Ansell dan Zahra. Tidak ingin jadi pengganggu untuk keduanya.
Zahra kini makin gugup saat hanya ada mereka berdua saja. Ansell langsung mengajaknya masuk ke kamar.
"Kamar Alika di sebelah sana dan ini kamar ku, ayo masuk.!" ajak Ansell bicara basi sambil perlahan membuka pintu kamar nya, membuat Zahra makin gugup, bagaimana tidak walaupun Ansell kini suaminya, namun masih ada kecanggungan apalagi di saat berdua di dalam kamar.
Walaupun begitu Zahra kini perlahan masuk, di ikuti Ansell dan segera menutup kembali pintu nya, dan tidak lupa untuk mengunci nya.
"Masuk lah! ini juga menjadi kamar mu sekarang...!" ajak Ansell sambil meraih tangan Zahra dan menarik nya pelan menuju tempat tidur nya.
"Duduk lah, biar ku simpan barang barang nya!" pinta Ansell mengambil barang yang di bawa Zahra dan langsung menyimpan nya.
"Terimakasih..."
Zahra pun mulai menyimpan tas kecil nya.
Ansell kini berjalan ke sebuah lemari mengambil sesuatu di sana. Langsung kembali memdakati Zahra dan duduk di sampingnya.
Ansell perlahan mengeluarkan sebuah kotak cincin yang baru ia ambil dan mulai membuka nya. Terlihat ada dua cincin di sana, Ansell mulai mengambil satu cincin dan langsung melihat Zahra.
"Maaf, biar ku pasang kan cincin nya!" pinta Ansell sambil mengulurkan tangannya meminta tangan Zahra.
Dengan perlahan Zahra langsung memberikan tangannya dan ia simpan di atas telapak tangan Ansell. Hingga kini mereka saling berhadapan.
Dengan tersenyum senang kini Ansell memasang kan cincin itu di jari manis Zahra.
"Apakah pas? aku terburu buru membelinya, jadi tidak sempat menanyakan ukuran nya pada Adek!" Zahra hanya mengangguk karena memang ukurannya sangat pas. Membuat Ansell tersenyum senang dengan terus memperhatikan wajah cantik istrinya.
"Apa bisa memasang kan ini untuk ku?"
Seolah bertanya padahal maksud nya meminta di pasangan kan oleh Zahra, berucap sambil menyodorkan kotak cincin nya.
Dengan perlahan Zahra mengambil cincin nya dan langsung ia pasangan kan di jari manis Ansell. Hingga kini terpasang di keduanya tanda bukti ikatan mereka.
Sebelum Zahra menggerakkan tangan nya dari tangan Ansell, dengan cepat Ansell mencegah tangan Zahra untuk bergerak, Ansell langsung menggenggam erat tangan Zahra, serasa menyalurkan perasaan nya, membuat Zahra merasakan sentuhan kehangatan tangan Ansell hingga membuat Zahra langsung tertunduk malu.
Ansell kini menggerakkan satu tangan nya lagi, bergerak perlahan dan langsung ia simpan di ubun ubun kepala Zahra yang terus saja tertunduk di hadapan nya.
"Terimakasih telah bersedia menikah dengan ku." ucapnya lirih "Maaf, aku memang tidak pandai berdoa! Aku hanya bisa berharap semoga Allah memberkahi pernikahan kita, semoga Allah menjadikan mu, seorang istri yang akan menguatkan ku, untuk bisa berjalan lurus menempuh perjalanan hidup, untuk selalu berjalan di jalan yang di ridhoi Nya...!" lanjut lirih Ansell dalam do'a nya.
"Aamiin...!" ucap lirih Zahra dengan suara bergetar menahan rasa sedih mendengar perkataan Ansell.
Kini tangan Ansell bergerak turun membelai wajah Zahra, mengangkat pelan dagu Zahra yang sedari tadi hanya menunduk di hadapan nya.
"Kenapa terus menunduk, kau bebas melihat wajah ku..!" seru Ansell yang sudah mengangkat wajah Zahra, hingga kini dia bisa jelas melihat wajah cantik istrinya.
Begitupun dengan Zahra dia bisa dengan jelas melihat wajah tampan Ansell.
Hingga membuat mereka saling menatap dengan tatapan yang makin dalam.
"Maaf, bisa aku buka hijab nya?"
pinta Ansell, dengan terus menatap lekat Zahra .
"Tanpa di minta pun, semua anggota tubuh ku dari mulai atas hingga ujung kaki, ini sudah menjadi milik mu Kak," jawab lirih Zahra dengan tersenyum merah merona malu.
Membuat Ansell tersenyum senang mendengar perkataan Zahra dan perlahan membuka kerudung Zahra, sampai terlihat jelas wajah cantik Zahra di balik kerudung nya. Tidak hanya di situ Ansell pun membuka ikat rambut Zahra sampai kini tergerai rambut indah nan panjang Zahra menjatuhi pundak dan menghalangi leher jenjang Zahra menambah kecantikan istrinya itu.
"Subhanallah... Sungguh indah ciptaan mu Ya Allah, yang telah menciptakan kesempurnaan untuk istri ku ini...!" batin Ansell tertegun melihat kecantikan Zahra di balik kerudung nya.
Zahra yang merasa gerogi mendapat tatapan dalam dari Ansell kembali menunduk karena malu. Membuat Ansell makin ingin terus menatap Zahra.
"Dek...!" panggil Ansell dengan nada lembut nya. Dengan kedua tangannya perlahan
meraih wajah Zahra, membelai nya pelan dan mulai bergerak menelusuri tengkuk nya dengan mata yang terus melihat menikmati kecantikan istrinya.
Mulai mengangkat kepala Zahra pelan, hingga terlihat jelas setiap inci bagian wajah Zahra, sampai kini matanya tertuju pada bibir mungil Zahra membuat Ansell langsung memposisikan wajah nya, dan perlahan mendekati wajah Zahra dan menempelkan bibirnya di bibir mungil istrinya. Zahra yang awalnya kaget dengan pergerakan Ansell kini dia mulai memejamkan matanya merasakan sentuhan hangat bibir Ansell yang menempel di bibir nya. Dengan tangan, tanpa sadar bersandar di dada bidang Ansell. Hingga membuat mereka hanyut dalam suasana.
"Deg..." "Deg..." "Deg..." Hanya itu yang terdengar, debaran jantung mereka yang saling beriringan, di saat bibir mereka menyatu sepenuhnya, membuat mereka merasakan sentuhan kehangatan yang tidak pernah mereka rasakan.
Ansell kini melepaskan ciuman nya, langsung tersenyum kecil melihat wajah istrinya yang sudah seperti rebusan kepiting karena malu, membuat Ansell langsung merangkul Zahra dan menyandarkan kepalanya di dada bidang nya.
"Terimakasih karena telah memilih ku, terimakasih untuk semuanya. Terimakasih Aisyah Az Zahra..!" ucap lirih Ansell sambil memeluk Zahra, dan berakhir mengecup puncak kepalanya.
.
.
.
Mampir juga yuk kakak yang baik hati di novel saya
"Cinta berakhir di lampu merah."