AWAS! Cerita ini bikin SENYUM-SENYUM SENDIRI.
Dewa Arga, cowok baru lulus SMA, belum mendapat ijazah sudah disuruh orang tuanya untuk menikah dengan wanita yang lebih tua darinya.
Bagaimana bocah petakilan itu bisa menjadi seorang suami yang baik?
Bara Abraham Wiratmaja, kakak tiri Nona yang baik dan tentunya tampan akan menambah manis cerita ini.
**
IG : marr_mystory
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Tertabrak
Nona mendekati Arsel lalu menatap tajam Arsel. Nona mempunyai tatapan mata yang mengerikan jika menatap orang secara tidak suka. “Jangan berpikir untuk menusukku dari belakang! Aku tidak sebodoh itu, Arsel.”
“Kapan saya mengkhianati anda, Nona?” tanya Arsel membisikkan ditelinga Nona.
Nona seketika mundur dan nampak berjalan menjauhi Arsel. Arsel hanya tersenyum tipis. Dia kembali mengikuti Nona yang mengecek semua barang di toko meubel itu. Nona memang akhir-akhir ini sedikit was-was karena takut kepada orang sekitarnya yang akan mengkhianatinya. Dia sudah tidak punya orang yang paling terpercaya kecuali Arsel yang sudah bekerja lama dengannya.
Disisi lain,
Altaf Alvero, dia adalah seorang yang kaya tetapi sifatnya yang buruk enggan disukai Nona. Altaf sering membohongi Nona dalam hal menepati janji. Nona tidak pernah menggubris ucapan-ucapan manis yang terlontar dari mulut Altaf yang brengsek.
“Tuan Altaf. Bagas dan Bayu sudah datang,” ucap sekertaris pribadinya.
Altaf tersenyum lalu menyuruh mereka masuk. Dia senang pada akhirnya mereka meminta bantuannya. Altaf menaikkan satu kaki ke kaki lainnya sambil memegang dagu.
Sebenarnya Bagas dan Bayu tidak menyukai Altaf yang sombong tetapi dia tidak ada pilihan lain untuk bekerja sama dengannya.
“Kami tidak ingin basa-basi lagi, tolong tanda tangani kontrak kerja sama dengan kami! Sebentar lagi kami juga akan mendapat dana yang besar setelah menggugat perusahaan dan harta milik ayah kami yang dikelola Nona,” ucap Bayu sambil menyerahkan surat kontrak dan proposal.
Altaf membolak-balikkan proposal itu tanpa membacanya. Dia tersenyum tipis. “Jaminan kalian apa? Ini adalah kerja sama yang beresiko tinggi untuk gagal. Sekarang pun orang lebih tertarik membeli tanah ketimbang rumah karena harga tanah tentunya akan cepat naik dibanding rumah,” ucap Altaf.
“Kami punya lahan milik ayah kami, daerah itu terjangkau dan jika dibangun perumahan akan cepat laku dan untung besar tapi lahan itu sudah diserahkan kepada Nona. Kami akan segera merebutnya,” ucap Bagas.
Altaf heran, kenapa keluarga Nona sangat berebut harta padahal masing-msing anak sudah mendapat bagiannya sendiri-sendiri. Altaf belum tahu jika Nona hanyalah adik tiri 3 bersaudara itu. Nona anak dari istri kedua ayah mereka.
“Kalian yakin jika Nona mau membangun tanah miliknya sebagai perumahan elit?” tanya Altaf.
“Tidak perlu meminta persetujuan Nona. Itu tanah milik ayah kami dan itu adalah hak kami. Oh ya, sebentar lagi Nona akan jatuh miskin karena terjebak permainan kita dan tentunya dia pasti akan meminta bantuanmu. Setelah itu kau bisa mendapatkan Nona dengan mudah,” ucap Bayu.
“Bukankah dia sudah punya suami?” tanya Altaf.
“Suami miskinnya itu bisa apa jika Nona bangkrut? Nona juga tidak mungkin meminta bantuan suami miskinnya itu,” ucap Bagas.
Altaf tersenyum, dia membaca surat kontrak sekilas dan menandatanganinya. Bagas dan Bayu merasa senang karena Altaf yang kaya raya sudah ada dipihaknya. Rencana demi rencana akan dilakukan untuk merebut harta Nona pemberian ayahnya. Bagi mereka, Nona sangat tidak pantas mendapat harta sepeserpun dari ayah mereka.
**
Dewa mencuci tangannya karena terkena oli. Makan siang kali ini dia membeli diwarung depan bersama Jojo. Jojo juga sudah biasa jajan diluar dan jarang makan dirumah. Dewa memesan menu makanan murah meriah yaitu nasi rames dengan lauk tempe orek, mie goreng, sambal dan tidak lupa kerupuk. Dia juga hanya memesan minum air putih dingin saja.
“Dewa, istrimu ‘kan kaya raya. Kenapa kau masih capek-capek bekerja?” tanya Jojo
sambil mengunyah makanannya.
“Yang kaya istriku bukan aku.”
“Sama saja. Harta istrimu ya hartamu, kalian kan sudah menjadi satu.”
Dewa mendengus, harta istri ya milik istri. Harta suami baru milik istri dan wajib memberi walau sedikit. Sambil menikmati makan siang mereka, Nona tiba-tiba menelponnya. Dewa segera mengangkatnya.
“Sudah makan?” tanya Nona.
“Sudah, sayang. Kau sudah makan juga?”
“Belum, aku masih sibuk, ada banyak hal yang harus aku urus.”
Dewa meminum minumannya. “Jangan telat makan, sayang!” ucap Dewa.
“Ibarat jika aku keesokan hari sudah tidak kaya lagi apa kau masih mau menerimaku?” tanya Nona membuat Dewa kesedak.
Jojo membantu menepuk punggung Dewa, hidung Dewa yang
kemasukan air menajdi begitu perih. “Aku menikah denganmu bukan karena harta.
Aku tidak pernah memikirkan hartamu. Kenapa kau tiba-tiba berucap begitu,
sayang?” tanya Dewa.
“Para kakak dan ibu tiriku menggunggat harta ayah yang sudah diberikan kepadaku tapi masalahnya. Ayah menyerahkan kepadaku tanpa ada hitam
diatas putih jadi kesempatanku untuk menang akan sangat kecil. Tapi jangan
khawatir! Aku akan tetap mempertahankan apa yang sudah aku kelola dan ku perjuangkan selama ini,” ucap Nona.
Dewa menghela nafas, dia merasa kasihan dengan Nona. “Kak Bara juga menggugat?”
“Aku tidak tahu.”
“Rejeki tak akan kemana sayang, aku akan menjadi orang sukses
untuk membahagiakanmu suatu saat nanti,” ucap Dewa.
Jojo yang mendengarnya hanya tertawa kecil. Dewa mendengus bukannya didukung malah diejek oleh temannya.
“Nona sayang, aku menghabiskan makananku dulu, ya? Kau jangan
lupa makan! Love you.”
“Love you too, Dewa.”
Dewa melanjutkan makannya. Dia malah memikirkan ucapan Nona tadi. Jika saja Nona akan kehilangan semua hartanya apakah Nona bisa hidup sederhana bersama Dewa? Nona dari dulu hidup bergelimang harta dan tiba-tiba
mendadak miskin apakah dia bisa menerima takdirnya? Dewa menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mungkin Nona akan jatuh miskin secepat itu mengingat dia masih mempunyai Bara yang berada dipihaknya.
Setelah selesai makan, Dewa dan Jojo kembali ke bengkel dengan perut kenyangnya. Mereka menyebrang jalan dengan hati-hati sampai ketika
sebuah motor melaju kencang dan membuat Dewa tertabrak. Tubuhnya terpental dan menabrak pembatas jalan. Dewa yang masih sadar memegangi kepalanya dan dia terkejut darah sudah mengalir deras. Jojo dan orang sekitar menolong Dewa dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Saat dimasukkan ke mobil, dia meminta Jojo untuk tidak menghubungi Nona karena dia tidak mau Nona khawatir.
“Jangan telpon, Nona! Telpon orang tuaku saja!” ucap Dewa.
Dewa yang sudah sangat pusing mendadak pingsan saat akan
dibawa ke rumah sakit. Jojo yang panik segera menelpon orang tua Dewa. Parahnya lagi orang yang menabrak Dewa kabur begitu saja tanpa bertanggung jawab.
Disisi lain,
“Bos, anak itu sudah ku tabrak. Untung saja warga tidak mengejarku,” ucap orang memakai helm itu.
“Kerja bagus. Akan ku transfer saat ini juga, tapi didaerah itu tidak ada CCTV ‘kan?”
“Tidak ada, bos. Tenang saja!”
Orang itu lalu tertawa dan mematikan telepon.
“Dewa, kau tidak tahu berurusan dengan siapa? Hahaha... Mampus kau!” gumam orang itu dengan senang.
****
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, RATE5, VOTE dan beri HADIAH PADA NOVEL INI.