Alby dan Putri adalah dua remaja yang tumbuh bersama. Kedua orang tua mereka yang cukup dekat, membuat kedua anak mereka juga bersahabat.
Tidak hanya persahabatan, bahkan indahnya mahligai pernikahan juga sempat mereka rasakan. Namun karena ada kesalahpahaman, keduanya memutuskan untuk berpisah.
Bagaimana jika pasangan itu dipertemukan lagi dalam keadaan yang berbeda. Apakah Alby yang kini seorang Dokter masih mencintai Putri yang menjadi ART-nya?
Kesalahpahaman apa yang membuat mereka sampai memutuskan untuk berpisah?
Simak cerita selengkapnya ya...
Happy reading.
------------
Cerita ini hanya fiksi. Jika ada nama, tempat, atau kejadian yang sama, itu hanya kebetulan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el nurmala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keputusan Alby (bagian 2)
Happy reading...
Setelah selesai dengan tugasnya, Alby melajukan mobilnya menuju rumah Bu Erni. Ia sudah bertekad akan membicarakan semuanya dengan ibu dari Intan tersebut.
Sesampainya di rumah Intan, wanita paruh baya itu terlihat senang menyambut kedatangan Alby. Setelah saling menyapa, Alby dipersilahkan duduk di ruang keluarga.
"Nak Alby dari rumah sakit? Pasti capek. Istirahat dulu ya," ujar Bu Erni.
"Tidak capek kok, Bu. Terima kasih."
"Jangan sungkan. Sebentar ya, ibu bangunkan Intan dulu. Kalau tugas malam, jam segini Intan masih tidur." Tuturnya.
"Jangan dibangunkan, Bu. Alby ke sini mau membicarakan sesuatu dengan ibu."
Bu Erni mengurungkan langkahnya. Wanita paruh baya itu kembali duduk berhadapan dengan Alby.
"Bu, mohon maaf sebelumnya. Mengenai foto kemarin, itu tidak seperti yang ibu pikirkan. Saya dan Intan tidak tidur bersama."
"Maksud Nak Alby apa? Ibu salah lihat, begitu? Di foto itu kalian dalam posisi berbaring. Dan Nak Alby, hanya mengenakan kaos dalam. Lalu Intan..." Bu Erni tak mampu meneruskan kalimatnya. Ia nampaknya mencoba bersikap setenang mungkin.
"Tidak, ibu tidak salah lihat. Hanya saja saat itu kami tidak melakukan apa-apa. Saya tertidur dan Intan datang lalu berbaring di samping saya." Tuturnya.
"Anak ibu tidak mungkin bersikap seagresif itu. Ibu tidak mungkin salah menilai Intan," ujar Bu Erni dengan suara bergetar.
Alby mulai bingung bagaimana menjelaskannya. Ia kemudian memperlihatkan rekaman cctv bagian luar dan dalam rumahnya. Tentunya hanya saat Intan datang, karena video saat Putri masih ada di rumahnya sudah dipotong.
Alby mencoba membandingkan jarak waktu saat Intan masuk ke kamarnya, dengan saat foto mereka di unggah hanyalah beberapa menit saja.
Alby juga mencoba menjelaskan seperti penjelasan Arga padanya. Beruntung foto status Intan yang dikirim Arga belum dihapus oleh Alby.
Bu Erni tertegun mencoba mencerna setiap kata yang dilontarkan Alby. Sementara di sisi lain, Alby berharap Bu Erni bisa menerima penjelasannya. Karena wanita di depannya ini, pastinya wanita yang sangat bijak.
"Ibu minta maaf sudah berburuk sangka pada Nak Alby." Ucapnya pelan.
"Tidak, Bu. Ibu sudah melakukan hal yang benar. Jika almarhumah Ibu saya masih ada, saya yakin beliau juga akan melalukan hal yang sama. Selain itu, ada hal lain yang ingin saya sampaikan."
"Hal lain?"
"Iya, Bu. Alby minta maaf karena tidak jujur dari awal."
"Tentang apa ini, Nak Alby?" Bu Intan merasa semakin tidak mengerti.
"Saya sudah menikah, Bu. Pernikahan siri dan juga sudah memiliki seorang putra."
Tentu saja Bu Erni sangat shock mendengarnya. Bagaimana bisa keluarga itu menutupi hal sebesar ini dari ia dan putrinya. Alby menatap wajah Bu Erni. Ia merasa tidak tega, namun kebenaran harus tetap diungkapkan.
"Saya sudah mengatakan semua ini pada Intan. Dan meminta rencana pernikahan kami dibatalkan," ujar Alby mencoba setenang mungkin.
"Bu, maafkan Alby dan juga keluarga Alby. Ada beberapa kesalahpahaman terjadi di masa lalu. Ayah tidak bermaksud membohongi keluarga ibu. Karena ada beberapa hal yang memang terjadi tanpa sepengetahuan ayah." Tuturnya.
Suasana ruang keluarga itu sesaat hening. Alby memberanikan diri sesekali menatap pada Bu Erni yang masih dengan keterkejutannya.
Tak lama terdengar pintu kamar dibuka dan Intan menuruni tangga.
"Al, kapan datang?" tanya Intan yang mempercepat langkahnya.
"Belum lama. Intan, aku sudah mengatakan semuanya pada ibu."
"Semua? Tentang apa saja itu, Al?"
Intan merasa heran dengan ekspresi wakah ibunya. Bu Erni menatap pada putrinya yang kini duduk di sampingnya.
"Tentang foto yang kamu posting kemarin, tentang status Nak Alby yang sudah menikah dan punya anak, tentang permintaannya untuk membatalkan pernikahan. Tentang semua itu, Tan." Ujarnya dengan suara bergetar.
Intan menoleh pada Alby dengan tatapan nyalang. Pria di depannya itu balas menatapnya dengan tatapan datar.
"Tega kamu, Al. Aku sudah katakan, beri aku waktu."
"Waktu untuk apa? Kamu meminta waktu untuk pembuktian, bukan waktu untuk menjelaskan."
"Tapi ya nggak gini juga dong, Al! Kamu sudah membuat ibu terkejut dan sedih. Tega kamu, Al. Padahal ibuku sangat menyayangimu." Tatapan Intan kali ini berkaca-kaca.
Alby merasa tidak enak hati pada Bu Erni. Apa yang dikatakan Intan memang benar Bu Erni memperlakukannya dengan sangat baik.
"Maafkan Alby, Bu." Ucapnya pelan dan tertunduk.
"Tidak, Nak Alby. Yang Nak Alby lakukan sudah benar. Ibu tidak bisa bayangkan jika kebenaran ini terungkap saat kalian sudah menikah. Hati ibu pasti lebih sedih. Terima kasih ya, ibu tahu kamu sudah menganggap ibu seperti ibumu. Jangan sungkan untuk datang ke sini. Jangan sampai tali silaturahmi diantara kita terputus. Ibu akan membicarakan semua ini dengan Pak Sanjaya." Tuturnya lembut.
"Ibu."
"Intan, jodoh itu sudah di gariskan Tuhan. Tidak apa jika Nak Alby bukan jodoh kamu. Semoga nanti kamu berjodoh dengan orang sebaik Nak Alby. Kalau kita baik, jodoh kita juga akan baik, Nak. Ibu minta, jangan karena hal ini pertemanan kalian jadi tidak baik. Kalian tetap berteman, kalian juga rekan kerja. Jadi usahakan hubungan kalian tetap baik."
Mendebatpun dirasanya akan percuma. Intan akhirnya pasrah pada keputusan ibunya dan juga keputusan Alby. Ia mendelik pada Alby yang sedang berbasa-basi dengan ibunya itu. Setelah semuanya dirasa telah selesai, Alby pun pamit pulang.
Alby tentu merasa lega. Satu masalah yang membebaninya telah hilang. Ia bertekad akan memperbaiki satu persatu dan menata masa depan yang lebih baik untuk Putri dan putranya.
***
Sebelum pulang, dokter Arga menyempatkan untuk menjenguk Amanda terlebih dulu. Tadi saat masih tugas pun ia selalu menanyakan keadaan sepupunya itu pada perawat yang merawatnya. Selain itu, ia sengaja pulang larut karena menunggu Intan datang menggantikan dokter sebelumnya.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Baik, Kak. Terima kasih."
"Tadi kakak lihat rekan kerjamu menjenguk," ujar Arga sambil mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur.
"Iya. Manda ngambil cuti dulu, Kak."
"Harus dong. Setelah kuret, kamu harus istirahat total. Kakak akan mencarikan seorang ART yang akan mengurusmu setelah diperbolehkan pulang."
"Terima kasih Kak Arga. Kakak memang the best," ujar Amanda dengan raut wajah senang.
"Manda, jangan ulangi kesalahan yang sama. Jika kamu tidak bisa menghargai dirimu sendiri, bagaimana orang lain akan melakukannya. Hmm?"
"Iya, Kak. Manda akan belajar menjadi lebih baik lagi." Arga mengusap lembut pucuk kepala Amanda.
"Selamat malam! Bagaimana, sudah merasa lebih baik?" tanya Intan yang baru saja memasuki ruangan itu bersama seorang perawat.
"Lebih baik, Dok. Dokter temannya Kak Arga ya?"
"Hampir semua yang bekerja di sini teman kakak, Manda."
"Dokter Intan sama Kak Arga cocok lho. Iya kan, Sus? Kak Arga ini jomblo lho, Dok."
"Ah masa, setahu saya dokter Arga banyak pacarnya," sahut Intan sabil mulai memeriksa.
"Oh ya? Manda kok nggak tahu."
"Banyak dong, pacar orang." Kelakarnya, membuat yang berada di ruangn itu terkekeh. Kemudian Arga pun pamit pulang.
Di sisi lain bagian dari rumah sakit itu, seorang pria dengan langkah besarnya menuju lift yang akan membawanya ke ruangan tempat kekasihnya dirawat. Setelah keluar dari pintu lift, ia menyusuri lorong rumah sakit itu mencari ruangan tersebut.
Arga yang berpapasan dengannya sempat menoleh. Ia berniat menyaoa dan menanyakan nomer kamar yang dicari pria itu. Namun urung karena seorang rekannya menyapa dan mengajaknya pulang bersama.
Setelah dirasa telah menemukan ruangan yang dicarinya. Ia mengetuk dan masuk tanpa menunggu dipersilahkan. Tiga orang yang ada di dalam ruangan itu sontak menoleh padanya.
Noval! batin Intan memekik.
Boleh tdk tamat sekolah tp Jangan Mau di Goblokin Lelaki.. Apa lg Mantan Suami yg Gak Jelasa Statusnya.
Di katakan Mantan Suami, Nikahnya masih Nikah Sirih, bukan Nikah Syah Secara Hukum Negara.
Oh Putri Goblok, Mudah x memaafkan..
aku suka cerita nya gx bertele2 terus bisa saling memafkan
sukses buat author nya,,, semangatt