NovelToon NovelToon
SCARLET TEARS: VANILLA AND VENGEANCE

SCARLET TEARS: VANILLA AND VENGEANCE

Status: tamat
Genre:Mafia / Roh Supernatural / Dark Romance / Tamat
Popularitas:97
Nilai: 5
Nama Author: isagoingon

"Aku mencintaimu, Hayeon-ah. Mungkin caraku mencintai salah, kacau, dan penuh racun. Tapi itu nyata." Jin Seung Jo.





PERINGATAN PEMBACA:

Cr. pic: Pinterest / X
⚠️ DISCLAIMER:

· KARYA MURNI SAYA SENDIRI. Cerita, karakter, alur, dan dialog adalah hasil kreasi orisinal saya. DILARANG KERAS mengcopy, menjiplak, atau menyalin seluruh maupun sebagian isi cerita tanpa izin.

· GENRE: Dark Romance, Psychological, Tragedy, Supernatural.

· INI BUKAN BXB (Boy Love). Ini adalah BxOC (Boy x Original Female Character).

· Pembaca diharapkan telah dewasa secara mental dan legal.





©isaalyn

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isagoingon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Darah dan Strawberry

Enam bulan berlalu...

Suara pintu kamar Hayeon yang ditutup dengan keras menggema—seolah mengusik kesunyian koridor. Seung Jo melangkah cepat, napasnya memburu, darahnya mendidih, terperangkap dalam badai konfrontasi yang baru saja terjadi. Dia merasa bingung—benar-benar tidak mengerti dirinya sendiri.

Bunuh dia? Begitu mudah, rencananya sudah terukir dalam benaknya. Namun saat Hayeon menawarkan dirinya, tatapan penuh kebencian dan keputusasaan itu—seolah menembus jiwanya—tangannya justru menolak.

Menuju dapur, dia berharap air dingin bisa meredakan kekacauan yang menggelora di kepalanya. Membuka kulkas, dia mengambil sebotol air mineral, menuangkannya ke dalam gelas.

Tangan yang sebelumnya menggenggam pisau itu masih bergetar—seperti jari-jarinya bergetar dalam ketidakpastian. Dia meneguk air, tetapi rasa hausnya bukan sekadar haus fisik; itu adalah kerinduan akan kepastian, kendali yang mulai goyah.

Darr!

Gelas di tangannya pecah berkeping-keping di lantai marmer. Tak sengaja, dia menghancurkannya dalam genggaman yang terlalu kuat. Amarah yang terpendam meledak—BRAK! BRUK!—semua barang di meja dapur berhamburan, piring, mangkuk, gelas, semuanya terhempas ke lantai. Suara pecahan memenuhi ruangan, mengisi kekosongan yang mengganggu.

Beberapa anak buah dan pelayan berdiri tertegun di ambang pintu, takut mendekat. Mereka belum pernah melihat bos mereka kehilangan kendali—seperti binatang terluka, bingung dan terperangkap.

"Diam! Semua pergi!" teriaknya, suaranya menggema, penuh amarah.

Mereka segera menghilang, meninggalkan Seung Jo berdiri di tengah kekacauan yang dia buat, dadanya bergetar cepat. Dia menatap pecahan-pecahan di lantai, seperti cermin dari dirinya yang hancur. Mengapa? Mengapa dia menunda? Mengapa ikatan yang dia ciptakan sendiri terasa seperti belenggu?

Beberapa jam kemudian, di kedalaman malam, perut Hayeon keroncongan. Rasa lapar fisik menembus dinding kesedihan dan keputusasaan. Dia bermimpi—seorang anak kecil memungut strawberry di ladang hijau, tertawa riang. Mimpi itu begitu nyata, damai—kontras menyakitkan dengan kenyataan.

Dengan menurunkan egonya, didorong naluri bertahan—bukan untuk dirinya, tapi untuk bayangan kecil dalam mimpinya—dia memutuskan mencari makanan. Strawberry di kulkas, dia ingat.

Langkahnya pelan, menyusuri koridor gelap menuju dapur. Rumah itu sunyi, hanya diterangi lampu-lampu kecil.

Sesampainya di dapur, dia terkejut melihat kekacauan yang masih berserakan. Pecahan gelas dan piring, seolah dibiarkan begitu saja.

Hati-hati, dia melangkahi pecahan itu dan membuka kulkas. Mengambil beberapa strawberry merah segar. Aromanya manis, mengingatkannya pada mimpinya.

Saat berbalik, kakinya yang lemah terpeleset di atas cairan tumpah—mungkin sisa air atau minuman—dan dia tak bisa menyeimbangkan diri.

Aduh!

Tubuhnya terjatuh dengan keras, tepat di atas tumpukan pecahan gelas yang tajam.

"AAAAHHH!" Jeritan sakitnya memecah kesunyian malam.

Pecahan gelas merobek kulitnya yang tipis di lengan, paha, dan punggung. Darah segar mengucur deras, membasahi lantai marmer yang dingin dan strawberry berserakan di sampingnya.

Tangannya yang menggenggam strawberry kini berlumuran darah. Rasa sakit yang tajam dan banyaknya darah membuatnya lemah, pusing. Sesuatu yang hangat mengalir dari antara pahanya—lebih dari sekadar luka luar. Dia tak bisa bergerak, hanya tergeletak lemah di atas pecahan kaca, tubuhnya semakin dingin.

Seung Jo, yang duduk di ruang kerjanya berusaha menenangkan diri, mendengar jeritan itu. Jantungnya berdegup kencang—sebuah firasat buruk yang menusuk. Dia berlari menuju sumber suara.

Di dapur, pemandangan yang dia lihat membuat darahnya membeku.

Hayeon terbaring tak berdaya, dikelilingi pecahan kaca dan genangan darah yang semakin meluas. Wajahnya putih bagai kertas, matanya tertutup lemah. Di tangannya yang menggenggam lemas, strawberry merah kontras dengan darah di sekitarnya. Tubuhnya kecil, rapuh—seperti boneka porselen yang pecah.

Tapi yang membuat napas Seung Jo tercekat adalah perutnya. Tidak ada gerakan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan dari "pengikat" yang selama ini dia banggakan. Hanya diam. Sunyi yang menakutkan.

Dia bergegas menghampiri, lututnya hampir lemas. Dengan gemetar, dia memindahkan tubuh Hayeon dengan hati-hati, menghindari pecahan kaca.

"Hayeon? Hayeon!" panggilnya, suaranya serak, panik—berbeda jauh dari nada dinginnya biasanya. Tak ada respon.

Dia menekan luka di lengan Hayeon yang paling parah, berusaha menghentikan pendarahan, tapi darahnya terus mengalir. Tangannya yang biasanya mantap kini bergetar tak karuan.

Dia menatap perut Hayeon lagi—sebuah rasa sakit yang menusuk, seperti jarum yang menusuk jantungnya, dan rasa bersalah yang merobek-robek hatinya. Ketakutan, oh, ketakutan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, melanda dirinya.

"Pengikat" itu—yang dia ciptakan dengan paksaan, yang dia ancamkan—mungkin kini telah melayang pergi. Dan kali ini, bukan karena pilihan yang dia buat, melainkan karena kelalaian dan amarah yang membakar dirinya sendiri.

“DOKTER! TOLONG! CEPAT!” Suaranya pecah, penuh kepanikan, saat dia berteriak kepada para pelayan yang berlarian. Dia memeluk tubuh Hayeon yang semakin dingin, merasakan betapa dinginnya—seolah semua kehangatan di dunia ini telah sirna.

Dalam sekejap, dia menyadari bahwa sesuatu yang jauh lebih berharga daripada sekadar "milik" atau "balas dendam" mungkin telah hilang selamanya... dan dia hanya bisa berharap, berharap... atau mungkin tidak, bahwa semua ini bisa diperbaiki.

1
LOLA SANCHEZ
Aku sangat penasaran! Kapan Thor akan update lagi?
isagoingon: besok yaa kakkk!😄
terima kasih sudah mampirr!!
total 1 replies
Oralie
Larut malam ini tetap menunggu update dari thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!