Sejak kecil Adrian Pratama Putra hidup di lingkungan keluarga yang menuntut kesempurnaan, dimana Orangtuanya selalu menetapkan standar yang sangat tinggi kepadanya, karena itulah Adrian setiap hari bekerja mati-matian agar bisa menjadi seorang anak yang diinginkan orangtuanya.
Hingga dimana Adrian telah berada dititik keputusasaan total — Telah menyerah dan tidak lagi mengejar dengan apa yang namanya keluarga. Di saat itulah dia mulai mengenal yang namanya novel yang selalu menjadi tempat hati Adrian yang dulunya retak kini mulai terpasang kembali berkat membaca novel.
Mungkin Akibat kebanyakan membaca sebuah novel Reyan tiba-tiba masuk kedalam salah satu novel yang pernah ia baca. Tapi masalahnya novel yang dia masuki itu ... dark fantasi!! Sebuah webnovel yang terakhir kali dia baca.
Terlebih lagi dia masuk kedalam tubuh lemah yang sebentar lagi akan menjemput ajalnya!?
Halo para readers. Ini karya pertamaku, jadi mohon maaf bila banyak kesalahan dan typo yang bersebaran😓
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NoxVerse, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Sampai Di Academy
"Sangat sulit untuk melakukannya, karena salah satu syaratnya yaitu si pengguna mana harus bisa mencapai tingkat 7, baik itu penyihir maupun pendekar pedang keduanya wajib mencapai level archmage atau grandmaster."
Setelah mendengar itu, Sean merasakan kekecewaan. Untuk mencapai tingkat itu tidaklah mudah. Seseorang yang memiliki bakat saja memerlukan waktu beberapa dekade agar bisa mencapainya.
Tapi tidak apa-apa, aku mempunyai Sistem yang akan mempercepat pertumbuhanku, batin Sean menghibur dirinya.
Setelah menunggu 4 jam perjalanan menuju ke academy, akhirnya mereka sudah sampai di depan gerbang raksasa academy sihir resonance.
Mereka berdua turun dari kereta dan melangkah masuk ke academy sihir resonance. Di sinilah awal dari perjalanan mereka di mulai.
Academy ini sungguh sangat luas. Selama perjalanan mereka melihat banyak sekali jenis tanaman yang berbeda, ada yang indah, dan ada juga yang mengerikan. Bukan cuma itu, masih ada lagi banyak dekorasi yang di letakkan sangat pas saat dilihat dengan mata.
Yang paling mencolok adalah patung raksasa seorang wanita yang memegang sebuah tongkat sihir.
"Siapa patung wanita itu?" tanya Sean sambil menunjuk ke arah patung.
"Beliau adalah penyihir pertama di dunia, Dewi Faethira," jawab Lyria.
Aneh, aku merasa familiar dengan patung wanita ini. Entah kenapa Sean merasa kalau ada yang salah dengan patung ini, seperti sedang memperhatikan gerak-gerik kehidupannya.
Mungkin itu hanya pikiranku saja, batin Sean kembali. Sean lebih baik melupakan hal tidak penting seperti ini dan lebih menfokuskan misinya terlebih dahulu.
Mereka berdua kembali melanjutkan pergi ke ruang pendaftaran academy. banyak sekali orang yang berlalu lalang di sekitaran academy, tentunya mereka semua pastinya ingin mendaftarkan diri mereka ke academy sihir resonance. Kebanyakan dari mereka memiliki latar belakang yang terkenal, entah dari seorang bangsawan, anak pengusaha terkenal, atau imigran dari kekaisaran lain.
"Lyria, dimana tempat pendaftaran awalnya di mulai?" tanyaku pada Lyria.
"Di sebelah kiri Tuan Muda hingga kita menemukan pintu yang di depannya tertulis tes wawancara," jawab Lyria sambil menunjukkan arahnya.
Sean menganggukkan kepalanya mengerti. "Kalau begitu aku pergi dulu, kau bisa menungguku di asrama setelah tes masuknya selesai. Oh iya, Jangan lupa sekalian rapikan barang-barang yang kita bawa," imbuh Sean.
"Baik Tuan Muda," sahut Lyria. Setelah itu Lyria pun pergi ke asrama duluan sesuai perintah dari Sean.
Sean yang masih diam di sana. katanya menatap lamat-lamat patung wanita itu, yang Lyria bilang namanya Dewi Faethira. Setelah sedikit lama menatap patung itu, Sean kemudian berjalan pergi ke ruangan yang di katakan Lyria.
'Seorang pembaca yang terperangkap di dalam cerita. Sangat menarik bukan? Cerita yang ku buat, Adrian.' Identitas misterius itu tersenyum.
Sepanjang jalan academy, Sean melihat banyak sekali murid yang ada di sana, ada yang berjalan bersama teman mereka sambil tertawa, murid yang membawa banyak sekali buku di tangannya, hingga murid yang melakukan semacam eksperimen pada tumbuhan.
Juga, bangunan academy ini sangat megah, dinding nya aja dipakaikan emas murni dan lantainya terbuat dari keramik yang sangat berkualitas. Ini bahkan bisa di setarakan dengan istana kekaisaran.
Melihat semua ini, Sean senang bisa masuk ke academy ini dan merasa pilihannya benar.
Selain itu, academy ini sungguh sangat luas, untuk berjalan ke arah ruangan tes wawancara lumayan lama sampainya, dikarenakan letak tempatnya sangat jauh dari pintu masuk academy
Ngomong-ngomong, Darian juga sebenarnya bersekolah di academy ini. Dia tidak ada di sini karena semester ke duanya telah selesai dan mendapatkan libur selama 1 bulan penuh sebelum Darian kembali masuk ke academy.
Charlotte juga seperti itu. Di ordo pedang suci, dia telah menyelesaikan semester duanya dan mendapat liburan selama 1 bulan.
Tidak semua murid bisa menyelesaikan semester mereka dengan cepat, karena normalnya untuk bisa menyelesaikan 1 semester saja membutuhkan waktu 3 tahun.
Darian dan Charlotte bisa menyelesaikan 2 semester dalam 2 tahun ini yang bisa membuktikan seberapa besar bakat yang mereka miliki.
"Akhirnya sampai juga di ruangan yang di sebutkan Lyria," ujar Sean. Dia berdiri di depan ruangan dan masuk ke dalam.
Sebelum sepenuhnya masuk ke ruangan, salah satu instruktur yang berada di depan ruangan berkata pada Sean. "Apa anda Pangeran Sean?" tanyanya pelan agar seseorang tidak mendengarnya.
Sean berhenti. "Benar, itu saya," jawab Sean.
"Selama berada di academy, anda tidak boleh membocorkan identitas anda sebagai pangeran kedua kekaisaran." Instruktur itu berbicara sambil merapikan kacamatanya.
Sean hanya tersenyum mendengarnya. "Biar ku tebak, pasti ini perintah dari kaisar."
Instruktur itu tersenyum dan kembali merapikan kacamatanya. "Tebakan anda benar, saya di perintahkan oleh yang mulia untuk menyampaikan hal ini kepada anda."
"Kalau begitu, identitasku sekarang jadi apa?"
"Anda boleh memakai nama asli anda di academy ini ... tapi anda dilihat sebagai sponsor dari yang mulia."
"Lagipula tidak ada sama sekali yang mengetahui adanya pangeran kedua di kekaisaran Karena anda tidak pernah muncul di publik, kecuali beberapa petinggi dan pekerja kekaisaran," lanjutnya
Sean hanya mendengarkan dengan tenang dan memasang smrik. "Baiklah, jika itu yang dia inginkan, maka akan kukabulkan untuk kali ini."
Sean sengaja tidak menyebutkan gelar kehormatan kaisar dan hanya memakai kata dia, yang berarti Sean tidak menaruh rasa hormat pada sang penguasa kekaisaran.
Jika oranglain yang berbicara seperti itu mereka pasti akan langsung di seret di depan guillotine, tapi karena Sean adalah salah satu keluarga kekaisaran, jadi instruktur itu berusaha mengabaikannya.
"Cepatlah berbicara jika masih ada yang ingin kau sampaikan, aku sudah capek berdiri di sini," keluh Sean.
Instruktur itu menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, cuma itu saja yang beliau suruhkan kepada saya."
"Ck, membuang waktuku saja," decak Sean kesal. Dia cuma membuat Sean membuang waktunya dengan hal yang tidak berguna.
"Viktor Draven," ucapnya kembali. "karena saya salah satu guru yang mengajar di sini, jadi anda harus mengetahui nama saya."
"Tentu, aku akan mengingatkannya, instruktur Viktor." Sean membalas tanpa melihat ke belakang Viktor.
Setelah di perlakukan dingin oleh Sean, Viktor hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. "Kalau begitu, sampai jumpa di pertemuan selanjutnya, novis Sean."
Setelah mengatakan itu, Viktor membenarkan kacamata dan berbalik pergi karena dia masih memiliki urusan penting untuk mengurus murid lain yang baru masuk.