Yunita, siswi kelas dua SMA yang ceria, barbar, dan penuh tingkah, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis saat orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pria pilihan keluarga yang ternyata adalah guru paling killer di sekolahnya sendiri: Pak Yudhistira, guru Matematika berusia 27 tahun yang terkenal dingin dan galak.
Awalnya Yunita menolak keras, tapi keadaan membuat mereka menikah diam-diam. Di sekolah, mereka harus berpura-pura tidak saling kenal, sementara di rumah... mereka tinggal serumah sebagai suami istri sah!
Kehidupan mereka dipenuhi kekonyolan, cemburu-cemburuan konyol, rahasia yang hampir terbongkar, hingga momen manis yang perlahan menumbuhkan cinta.
Apalagi ketika Reza, sahabat laki-laki Yunita yang hampir jadi pacarnya dulu, terus mendekati Yunita tanpa tahu bahwa gadis itu sudah menikah!
Dari pernikahan yang terpaksa, tumbuhlah cinta yang tak terduga lucu, manis, dan bikin baper.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPILOG
Senja merayap turun di halaman rumah kecil Yudhistira dan Yunita. Setelah dua bulan kelahiran bayi mereka, suasana rumah tak pernah sepi. Tangisan kecil, suara ocehan lembut, dan gelak tawa Yunita yang kembali ceria setelah masa ngidam ekstrem… membuat rumah itu penuh warna.
Namun ada satu hal yang masih dinanti Yunita.
“Mama sama Papa kapan pulang ya, Mas?” gumam Yunita sambil menggendong bayi mereka, Yura, yang tertidur pulas.
“Mungkin minggu ini. Tadi Papa telpon, mereka sudah di bandara.”
Yudhistira membelai kepala istrinya, “Mereka pasti sangat rindu kamu.”
Yunita menghela napas kecil. Ada rasa bersalah di dadanya.
Selama ia hamil, hingga proses persalinan yang penuh tangis haru—Mama dan Papanya masih berada di luar negeri karena pekerjaan. Mereka hanya bisa melihat cucu pertamanya lewat video call.
Kini… akhirnya hari itu datang.
Kedatangan yang Menghangatkan
Suara mobil berhenti di depan rumah.
“NITA!! Yudhistira!!!”
Suara dua orang sekaligus membuat Yunita terlonjak.
Ia hampir menjatuhkan botol susu.
“Mas… itu suara Papa…”
Matanya berkaca-kaca.
Pintu terbuka cepat.
Mama Ratna masuk duluan, wajahnya sudah basah air mata.
“Nitaaa… anak Mamaa…”
Ia langsung memeluk Yunita erat, lama, seolah melepas rindu bertahun-tahun.
Yunita tidak kuat. Tangisnya pecah. “Ma… Ma… aku lahiran tanpa Mama…”
Mama mengusap pipinya lembut.
“Mama minta maaf… Maaf banget, Nak… Mama gak bisa di sini waktu kamu butuh… Maaf banget…”
“Gak apa… aku gak marah… cuma kangen…”
Papa Heru mendekat, menepuk kepala Yunita dengan bangga.
“Anak Papa sudah jadi ibu hebat…”
Yudhistira berdiri di belakang, senyum tipis tapi hangat.
“Silakan lihat cucunya, Ma, Pa…”
Mama dan Papa mendekat.
Dan ketika melihat bayi mungil yang sedang tidur dengan tangan mengepal di dada, Mama langsung menutup mulutnya menahan tangis.
“Ya Allah… cantiknya… halus banget wajahnya…”
Papa ikut menatap cucunya lama sekali.
“Namanya… Yura?” tanya Papa.
Yudhistira mengangguk. “Iya, Pa. Kami ingin nama yang berarti ‘tanda yang kekal’, karena dia adalah tanda cinta kami.”
Mama menangis sambil tersenyum.
“Terima kasih… sudah menjaga anak Mama dengan baik.”
Yudhistira menunduk hormat.
“Saya hanya melakukan kewajiban saya sebagai suami.”
Papa menepuk bahu Yudhistira.
“Kamu bukan cuma suami yang baik… kamu sudah jadi ayah yang hebat.”
Yudhistira tersenyum… matanya ikut berkaca.
Rumah kecil itu terasa penuh kehangatan malam itu.
Malam Itu… Keluarga Lengkap
Mama menyuapi Yunita makan.
Papa menggendong Yura sampai tertidur lagi.
Yudhistira membuatkan teh hangat untuk semua orang.
Dan Yunita yang melihat pemandangan itu hanya bisa menahan tangis bahagia.
“Mas…” bisiknya pelan.
“Hm?”
“Aku bersyukur banget…”
“Bersyukur karena Mama Papa sudah pulang?”
Bibir Yunita bergetar.
“Bersyukur… karena hidupku lengkap. Ada Mas, ada anak kita, ada Mama Papa.”
Ia menatap Aksara yang tidur di lengan sang kakek.
“Aku… bahagia banget.”
Yudhistira merangkulnya.
“Sama. Terima kasih sudah kuat selama ini.”
Yunita tersenyum kecil.
“Sekarang Mas gak perlu beli mie ayam jam 3 pagi lagi.”
Yudhistira tertawa kecil.
“Tenang saja. Kalau kamu ngidam lagi, Mas siap.”
“Kali ini aku ngidamnya beda…”
“Apa?”
“Aku ngidam dicintai terus sama Mas, selamanya.”
Yudhistira mencium keningnya lembut.
“Sudah… sudah dari awal.”
Tamat
♥️Yudhistira♥️
“Menjadi suami mengajarkanku tentang sabar.
Menjadi ayah mengajarkanku tentang syukur.
Tapi mencintai Yunita… mengajarkanku tentang kebahagiaan yang tidak pernah kutahu sebelumnya.”
♥️Yunita♥️
“Aku tidak sempurna… aku cerewet, aku drama, aku sering bikin Mas panik.
Tapi cinta membuatku berani, dan keluarga membuatku pulang.”
...Penulis...
...Terima kasih sudah membaca kisah Yunita dan Yudhistira sampai akhir....
...Jika ada kekurangan dalam penulisan, alur, atau kata-kata yang kurang berkenan, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya....
...Semoga cerita ini memberi hangat, tawa, dan sedikit pelukan di hati pembaca....
yo weslah gpp semangat Thor 💪 salam sukses dan sehat selalu ya cip 👍❤️🙂🙏