NovelToon NovelToon
Black Rose

Black Rose

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Cintapertama / Konflik etika
Popularitas:809
Nilai: 5
Nama Author: Phida Lee

Cinta seharusnya tidak menyakiti. Tapi baginya, cinta adalah awal kehancuran.

Yujin Lee percaya bahwa Lino hanyalah kakak tingkat yang baik, dan Jiya Han adalah sahabat yang sempurna. Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik senyum manis Lino, tersembunyi obsesi mematikan yang siap membakarnya hidup-hidup. Sebuah salah paham merenggut persahabatannya dengan Jiya, dan sebuah malam kelam merenggut segalanya—termasuk kepercayaan dan masa depannya.

Dia melarikan diri, menyamar sebagai Felicia Lee, berusaha membangun kehidupan baru di antara reruntuhan hatinya. Namun, bayang-bayang masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Lino, seperti setan yang haus balas, tidak akan membiarkan mawar hitamnya mekar untuk pria lain—terutama bukan untuk Christopher Lee, saudara tirinya sendiri yang telah lama mencintai Yujin dengan tulus.

Sampai kapan Felicia harus berlari? Dan berapa harga yang harus dibayar untuk benar-benar bebas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Tiga hari setelah insiden Patbingsu dan pickle lobak yang aneh dan membingungkan, Christopher Lee, dengan sedikit paksaan dan bujukan, berhasil membawa Lee Yujin ke Namsan Tower yang ikonik. Ia berharap suasana romantis dan pemandangan kota Seoul yang gemerlap di malam hari dapat mencairkan suasana tegang di antara mereka dan membuat Yujin merasa aman dan bersedia berbagi beban yang ia pikul.

Malam itu terasa dingin, angin berhembus kencang dan menusuk tulang, tetapi pemandangan kota Seoul yang bertabur cahaya, dengan lampu-lampu yang berkelap-kelip seperti bintang-bintang jatuh, terasa hangat dan menenangkan. Christopher sengaja memilih tempat umum dan romantis ini, berharap Yujin merasa aman dan terlindungi, dan bersedia membuka hatinya dan berbagi bebannya.

Mereka duduk berdampingan di bangku observasi yang sepi, menikmati keindahan lampu kota yang mempesona. Christopher telah berjanji untuk tidak menekan Yujin lagi tentang masalahnya, menghormati privasinya dan memberikan ruang untuk bernapas. Namun, ia mengamati Yujin dengan intens, mencoba membaca pikirannya dan memahami apa yang sedang ia rasakan.

𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘳𝘢𝘱𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘥𝘪𝘩... 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢... 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪𝘢𝘯...

"Kau ingat, Oppa?" Yujin memulai percakapan dengan suara pelan dan melankolis, memecah keheningan di antara mereka. "Kita pertama kali datang ke sini saat kita masih SMP... Kau membelikanku hot chocolate dan aku tidak sengaja menumpahkannya di jaketmu..."

Christopher tersenyum lembut, mengenang masa lalu yang indah. "Tentu saja aku ingat... Sekarang aku menyimpan jaket itu di gudang... Aromanya seperti cokelat tua, dan bau itu selalu mengingatkanku pada awal segalanya, pada saat kita masih muda dan bahagia..."

"Aku merindukan masa itu," bisik Yujin dengan nada sedih, bersandar sedikit ke arah Christopher, tetapi ia tetap menjaga jarak. "Masa di mana kita tidak perlu khawatir tentang apa pun, masa di mana hidup terasa begitu sederhana dan mudah..."

Christopher meraih tangannya dan menggenggamnya dengan erat, mencoba memberikan dukungan dan kekuatan. "Kita bisa mengembalikan masa itu, Yujin... Kita akan selesaikan semua masalah ini bersama... Aku janji, aku akan selalu ada untukmu..."

Kehadiran Christopher terasa seperti selimut hangat bagi Yujin, memberikan rasa aman dan ketenangan yang sangat ia dambakan setelah trauma yang ia alami.

𝘋𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶... 𝘋𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘬𝘶... 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘢𝘯𝘵𝘢𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢... 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘬𝘩𝘪𝘢𝘯𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘥𝘢𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘪...

Saat Christopher berbicara dengan penuh semangat, menjelaskan rencananya untuk membersihkan namanya dari tuduhan plagiat yang tidak adil, Yujin tiba-tiba merasa dorongan aneh yang kuat, sebuah keinginan yang tak terkendali yang mengalahkan akal sehatnya.

Yujin menatap wajah Christopher yang serius dan fokus, ia terpesona oleh ketampanannya. Di bawah cahaya lampu kota yang gemerlap, wajah Christopher terlihat tegas dan berani, hidungnya mancung, dan bibirnya bergerak dengan penuh kepastian saat ia berbicara tentang kebenaran dan keadilan.

Tiba-tiba, Yujin menginginkannya, menginginkan sentuhan fisiknya, menginginkan kehadirannya yang menenangkan. Ia ingin mencium Christopher, bukan karena cinta romantis, tetapi sebagai konfirmasi akan perlindungan dan simbol keamanan yang ia tawarkan. Ia ingin merasakan kedekatan fisik yang kuat, yang akan menghapus semua kenangan buruk tentang sentuhan Lino yang kotor dan menjijikkan.

Dorongan hormon kehamilan itu terasa sangat kuat, mengalahkan akal sehat dan rasa bersalah Yujin, memaksanya untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪... 𝘐𝘯𝘪 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩... 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘰𝘱𝘩𝘦𝘳 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘬𝘶, 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘬𝘢𝘬𝘬𝘶... 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘬𝘦𝘶𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢...

Namun, dorongan itu terlalu kuat untuk dilawan.

Yujin menghentikan Christopher yang sedang berbicara dengan penuh semangat, memegang tangannya dengan erat. "Christopher Oppa..."

"Iya? Ada apa, Yujin?" Christopher menoleh, bingung dengan perubahan tiba-tiba pada diri Yujin.

Yujin tidak menjawab dengan kata-kata. Ia melepaskan genggaman tangan Christopher, mengangkat tangannya dengan gemetar, dan menangkup kedua sisi wajah Christopher dengan lembut.

Christopher terkejut dengan tindakan Yujin yang tiba-tiba, matanya membelalak karena kebingungan dan ketidakpercayaan. Ia mengira Yujin sedang bercanda atau sedang mengalami krisis emosional. Ia tersenyum tegang, mencoba meredakan suasana yang canggung.

"Yujin, ini di Namsan Tower... Ada banyak orang di sini... Apa kau mabuk?" canda Christopher dengan nada gugup, mencoba tersenyum.

Yujin tidak tersenyum. Matanya memancarkan keseriusan yang mendalam dan kebutuhan yang mendesak.

Tanpa peringatan lebih lanjut, Yujin mencium Christopher. Ciuman itu cepat, impulsif, dan kuat, penuh dengan emosi yang terpendam dan keinginan yang tak terucapkan. Ia menekankan bibirnya pada bibir Christopher dengan putus asa, seolah-olah ia sedang minum air setelah kehausan yang panjang, mencari kelegaan dan kenyamanan dalam sentuhannya.

Yujin ingin Christopher merespons ciumannya, membalasnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Ia ingin merasakan pelukan erat, ciuman balasan yang lembut dan penuh gairah, yang akan menghapus semua kenangan buruk tentang sentuhan Lino yang kotor dan menjijikkan, dan menggantikannya dengan perasaan aman dan dicintai.

Namun, Christopher tidak meresponnya. Tubuhnya kaku di bawah sentuhan Yujin, terkejut dan bingung dengan tindakan yang tak terduga itu. Setelah dua detik kejutan yang membingungkan, Christopher menarik diri dengan cepat, tangannya memegang bahu Yujin, menjauhkan gadis itu darinya.

Wajah Christopher dipenuhi kebingungan, syok, dan sedikit kepanikan. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dan ia merasa tidak nyaman dengan situasi yang tiba-tiba berubah menjadi canggung dan intim.

"Yujin! Apa yang kau lakukan?" tanya Christopher dengan suara keras dan terkejut, memecah keheningan di antara mereka.

Yujin menatap Christopher dengan tatapan kosong, wajahnya memerah karena malu, kekecewaan, dan dorongan yang tak terpenuhi. Rasa sakit penolakan itu jauh lebih menusuk daripada yang ia bayangkan, menghancurkan harapannya dan membuatnya merasa semakin terpuruk.

"Kenapa kau menolakku?" Yujin berbisik dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca, siap untuk menumpahkan air mata kekecewaan.

"Apa? Kenapa kau bilang begitu? Yujin, sadarlah! Aku tahu kau sedang bermasalah dengan Lino, dan aku tahu kau sedang rapuh dan membutuhkan dukungan... Tapi aku tidak bisa melakukan ini padamu, Yujin! Kau adalah adikku, sahabatku, dan aku tidak akan menyakitimu dengan cara seperti ini!" Christopher menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya dan menjelaskan tindakannya. "Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, Yujin... Tapi aku tidak bisa mengambil keuntungan dari kerapuhanmu... Aku menghormatimu... Aku menghormati persahabatan kita... Dan aku tidak ingin merusaknya dengan tindakan yang akan kita sesali nanti..."

Air mata Yujin mulai mengalir deras, membasahi pipinya. Ia tidak bisa menjelaskan perasaannya, ia tidak bisa mengungkapkan dorongan aneh yang telah memaksanya untuk mencium Christopher. Ia tidak bisa mengatakan, Aku hamil anak Lino, dan aku hanya ingin kau memelukku agar aku tidak merasa kotor lagi!

"Kau munafik, Oppa! Kau selalu bilang kau akan melindungiku! Tapi kau bahkan tidak mau menciumku! Kau bahkan tidak mau menyentuhku!" Yujin menjerit dengan suara pecah.

Yujin berdiri dari bangkunya dengan tiba-tiba. Dorongan hormonal itu telah menghilang, digantikan oleh rasa putus asa yang mendalam dan perasaan tidak berharga.

"Aku membencimu, Christopher!" Yujin berteriak dengan penuh emosi, ia berbalik dan lari menuruni tangga Namsan Tower, meninggalkan Christopher sendirian dalam kebingungan dan kesedihan.

Christopher hanya bisa menatap punggung Yujin yang menghilang dengan cepat, merasa bingung dan terluka. Ia tidak mengerti apa yang baru saja terjadi, dan ia merasa bersalah karena telah mengecewakan Yujin.

𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘶𝘮𝘬𝘶? 𝘋𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘳𝘪𝘴𝘪𝘴 𝘦𝘮𝘰𝘴𝘪𝘰𝘯𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘣𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯... 𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘩𝘢𝘮𝘪𝘭? 𝘋𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘶𝘮𝘬𝘶, 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘺𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘢𝘮𝘪𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶?

Christopher merasakan pusing dan mual, seolah-olah ia baru saja menerima pukulan yang sangat keras. Ia merasa bersalah karena tidak menyadari betapa seriusnya masalah yang dihadapi Yujin, dan ia bertekad untuk melakukan apa pun untuk membantunya.

Christopher mengeluarkan ponselnya dari saku jaketnya dengan tangan gemetar. Ia harus segera menghubungi Jiya, sahabat Yujin yang paling dekat. Jiya mungkin satu-satunya orang yang bisa menjelaskan kegilaan Yujin ini, dan ia mungkin bisa memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan untuk membantunya.

Christopher tidak tahu bahwa pesan yang ia kirim ke Jiya tidak akan pernah sampai. Karena Lino sudah memastikan itu, memblokir nomor Christopher dari ponsel Jiya dan menghapus semua pesan yang masuk.

Sementara itu, Yujin terus berlari menuruni tangga Namsan Tower, air mata terus mengalir membasahi pipinya. Ia tidak hanya kecewa karena Christopher menolaknya, tetapi ia marah pada tubuhnya sendiri yang telah mengkhianatinya, memaksanya untuk melakukan tindakan memalukan yang kini membuatnya semakin jauh dari Christopher.

Yujin sadar bahwa ia telah menghancurkan satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan kenyamanan tulus dari Christopher. Kini, Christopher tidak hanya bingung dan terluka, tetapi juga curiga dan mungkin jijik padanya.

𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩... 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩... 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘶𝘮𝘯𝘺𝘢? 𝘚𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪𝘬𝘶...

.

.

.

.

.

.

.

ㅡ Bersambung ㅡ

1
Dian Fitriana
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!