Azura Claire Morea, seorang dokter muda yang terpaksa membuat suatu kesepakatan bersama seseorang yang masih berstatus pria beristri.
Ya, dia Regan Adiaksa Putro, seorang kapten TNI AD. demi kesembuhan dan pengobatan sang ibu Azura terpaksa menerima tawaran sang kapten sebagai istri simpanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penapianoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIMPANAN KAPTEN 25
Dua hari sudah berlalu, selama dua hari ini, azura bolak-balik untuk mengurus surat-suratnya, sedangkan regan sudah dua hari ini berada di pos untuk menjalankan tugasnya.
Berhubung, saat ini mereka sudah bisa berhubungan lewat telepon, karena pemancar Telkomsel yang di bangun sudah mulai beroperasi, mereka selalu berhubungan melalui telepon, chat ataupun video call, disela-sela waktu senggang regan.
Hari ini, azura mendapat pemberitahuan bahwa besok lusa, dia sudah akan kembali ke Jakarta. Ada rasa sedih di hatinya, namun dia tidak dapat melakukan banyak hal.
Setelah Ia bertanya bahwa, adakah kemungkinan untuk dirinya tetap bekerja di sana, dari pihak batalyon mengatakan, bahwa bisa saja, namun Ia harus menunggu tim selanjutnya dan kembali mendaftar untuk mengikuti satgas kembali.
Dan itu membutuhkan waktu yang lama, yakni sekitar setahun.
Azura tidak dapat membayangkan, bahwa dirinya harus meninggalkan regan selama itu. Namun, apalah daya, dia tidak dapat membantah.
Siang ini regan datang menemui Azura, namun Ia tidak banyak bicara. Dia lebih banyak diam.
"Mas, ada apa? Kamu ada masalah?" tanya Azura, saat mereka baru selesai melakukan hubungan itu.
"Ra... Kamu sudah melakukan apa yang saya minta kan?"
Alih-alih menjawab pertanyaan Azura, regan malah balik bertanya dengan pertanyaan ambigu yang tidak Ia pahami.
"Melakukan apa Mas?"
"KB, Ra! Kau tidak lupa meminum obat KB kan?"
Azura terdiam, rasanya sedih sekali mendengar pertanyaan itu.
Di saat semua pasangan suami istri merindukan buah hati. Dirinya malah tidak diijinkan untuk mengandung anak pria yang kini menjadi tujuan hidupnya, selain sang Ibu.
"Ra... Apa kau dengar aku?"
"Iya, Mas! Aku tidak lupa," jawab Azura sedih.
Namun, Ia menyadari, ini adalah kesepakatan mereka sejak awal. Dan suaminya ini, bukanlah miliknya seutuhnya. Dia memiliki istri sah, yang tercatat oleh hukum.
Regan juga bukan dari keluarga biasa, sehingga ibu dari anaknya, haruslah seseorang yang berasal dari kalangan atas, tidak seperti dirinya, yang bahkan memulai hubungan demi uang berobat ibunya.
Namun, sialnya, azura telah jatuh cinta pada pria itu.
Hal ini, yang membuat hatinya terasa sakit, saat regan menanyakan hal itu. Setidak pantas itu kah dirinya untuk menjadi ibu dari anak regan?
"Kamu jangan sampai lupa, Raa!"
"Iya, Mas! Aku gak lupa kok tenang ajah!"
Setelah pembicaraan yang menyakitkan itu, regan segera bangkit dan bersiap untuk kembali ke pos.
Entah apa yang sedang terjadi. Pria itu seperti berubah menjadi pendiam hanya dalam dua hari. Ia seperti kembali ke tabiat awalnya yang dingin, membuat azura tidak dapat mengatakan banyak hal.
Segala yang ingin dia bicarakan dengan pria itu, Ia urungkan dan hanya memendamnya.
Hingga hari keberangkatan azura, regan tidak tampak disana. Ada rasa sedih di sudut hatinya.
Sejak pagi azura sudah mengirim pesan, namun pria itu tidak membalasnya.
Azura ingin meneleponnya lagi, namun Ia takut, akan menggangu regan. Sehingga Ia putuskan untuk tidak menelepon.
Namun, setelah berada di atas pesawat, Azura yang tidak tahan lagi, memutuskan untuk menelpon pria itu, sebelum dirinya menonaktifkan benda pipih itu.
Panggilan pertama, tidak dijawab.
Azura meremas handphonenya dengan airmata yang sudah mulai menetes.
Panggilan kedua, barulah regan menjawab.
"Halo!"
"Mas...," cuma itu yang mampu Azura ucapkan. Selanjutnya, dia tidak tahu harus berkata apa lagi.
"Ra... Jaga diri baik-baik disana! Jangan sering menangis. Jangan tunjukkan kelemahanmu pada orang lain. Jadilah istri yang baik." ucap regan, dengan suara pelan.
Azura hanya menangis diujung telepon. Tak dapat mengatakan apa-apa lagi. Sakit hati, ya, Azura merasa sakit hati.
Namun, apalah daya, seorang istri simpanan seperti dirinya, tidak seharusnya merasakan rasa itu. Ia cukup sadar diri.
Namun, tubuhnya bereaksi berbeda. Dadanya terasa sakit dan air matanya, tidak ingin berhenti. Lidahnya keluh, tak ada sepatah katapun yang mampu keluar dari mulutnya.
Meskipun dirinya berkata, aku baik-baik saja, aku menyadari posisiku, tapi tetap saja, rasa itu membuatnya gila.
Kini, untuk mengatakan aku mencintaimu' pun, terasa sulit dan tak pantas. Karena sikap diam regan.
"Raa..., Maaf aku tidak bisa menemuimu dan mengantarkanmu!"
Segala ucapan regan, tidak dibalas olehnya. Azura hanya terisak. Jika regan cukup peka, dia mungkin bisa merasakan perasaan hati istri simpanannya ini.
Mereka akhirnya menyudahi panggilan itu, tanpa sepatah katapun dari Azura. Karena regan yang memutuskan untuk mematikan panggilan karena katanya, dirinya sedang sibuk.
Kini pesawat sudah lepas landas. Azura meremas dadanya kuat-kuat.
Sekali-sekali, Ia menepuk-nepuk dadanya, untuk mengusir rasa sakit itu.
Saat pesawat sudah berada di atas kota Wamena, hati Azura terasa semakin sakit, saat menatap hamparan rumput dan pasir putih kota Wamena yang terlihat di bawah sana.
Regan pernah berjanji, untuk mengantarnya berjalan-jalan di pasir putih Wamena, namun belum kesampaian.
Kini dirinya akan kembali ke Jakarta, entah kapan, Ia bisa kembali menginjakan kaki di kota yang penuh kenangan manis bersama pujaan hatinya itu.
"Mas... Entah kenapa, aku merasa, kau akan meninggalkan aku. Sikapmu berubah drastis hanya dalam dua hari, apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku? Mengapa kau tidak berterus terang. Aku paham kok, kalau memang kamu ingin ninggalin aku. Karena pada dasarnya, hanya aku yang cinta sama kamu. Sedikitpun, kau tidak memiliki perasaan untukku. Kau hanya ingin memuaskan hasratmu. Karena berada jauh dari istrimu." batin Azura sambil terus menatap hutan belantara Wamena dari balik Jendela pesawat.
Matanya menerawang jauh ke kedalaman hutan. Tempat suaminya itu berada. Kapten regan adiaksa putro, pangeran dari keluarga adiaksa yang memutuskan untuk tinggal dan mengabdi di belantara Papua.
Azura, mungkin tidak akan pernah bertemu dengannya lagi.
***
Saat tiba di Jakarta, dirinya segera melapor ke pangkalan militer dan meminta ijin untuk menemui keluarganya, yakni ibunya yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit.
Azura diberikan ijin seminggu, dan selanjutnya dia akan tinggal di mes, selama melakukan koas di klinik pangkalan militer.
Siang ini, azura berangkat ke Cikarang, untuk menemui ibunya.
Sebelumnya, azura tidak memberikan kabar, kalau dirinya akan pulang, sehingga ibunya tidak tahu kalau anak gadisnya itu akan datang.
Saat tiba di depan ruangan rawat inap ibunya, azura segera menarik nafas dalam-dalam dan membuka pintu kamar tempat ibunya dirawat.
Ternyata ibunya, di rawat di ruangan VVIP. Azura agak terkejut, namun Ia berusaha untuk bersikap biasa. Sebab dirinya pun bahagia, jika ibunya mendapatkan perawatan terbaik.
Ruangan itu, kosong. Tak ada seorangpun yang menemani ibunya disana saat Azura datang. Ia berjalan mendekati ranjang, dan tampak sudah seseorang yang sangat Ia rindukan.
Terbaring dengan selang infus yang terpasang di tangannya.
Rambut yang menipis dengan tubuh ringkih itu, menunjukkan seberapa besar penderitaan yang telah dialami dan dilewati wanita yang telah melahirkannya itu.
Tubuh Azura bergetar, bagaimana bisa Ia menginginkan tetap berada di disisi regan, saat ibunya lebih membutuhkannya.
Ia segera mendekat dan meletakkan tasnya. Ia perlahan duduk di kursi dan memeluk tubuh sang ibu yang sedang terbaring di sana, dari sisi ranjang.
Sllu nunggu ka othor up
bab super mewek..
ayo zura jgn putus asa..
ceritanya makin seru
knp yang baca sedikit?
setiap baca tiap bab selalu penasaran lanjutannya
terima kasih kak author
💖
jd satu" masalah beres
kasian juga
lanjut dong