Lolly Zhang, seorang dokter muda, menikah dengan Chris Zhao karena desakan keluarga demi urusan bisnis. Di balik sikap dingin, Chris sebenarnya berusaha melindungi istrinya. Namun gosip perselingkuhan, jarak, dan keheningan membuat Lolly merasa diabaikan.
Tak pernah diterima keluarga suaminya dan terus disakiti keluarganya sendiri, Lolly akhirnya nekat mengakhiri pernikahan tanpa hati itu.
Akankah cinta mereka bersemi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab4
Dicky menelan ludah, tidak mampu menatap mata Lolly lebih lama.
“Jangan mencari alasan untuk membela diri!” ucapnya cepat, namun nada suaranya jelas mengandung kecemasan.
Ia segera memalingkan wajah, lalu melangkah pergi tergesa, meninggalkan Lolly yang berdiri sendiri di tengah koridor.
Cahaya lampu putih rumah sakit memantul di lantai, dan darah di dahinya menetes membentuk pola merah di ubin.
Lolly mengangkat tangannya, menyentuh luka itu — perihnya menyatu dengan perih yang jauh lebih dalam di dadanya.
“Lolly!” terdengar suara tegas namun lembut memanggilnya.
Lolly menoleh, dan melihat seorang pria berjas dokter berjalan cepat menghampirinya — Dokter Fan, seniornya di rumah sakit, juga orang yang selalu diam-diam memperhatikannya.
“Kakak Fan...” ucap Lolly pelan, suaranya serak.
Dokter Fan segera meraih bahunya dengan cemas. “Aku sudah dengar apa yang terjadi. Lukamu harus segera diobati. Ayo ikut aku.”
Di dalam ruang praktik pribadi Dokter Fan — seorang psikiater yang juga rekan senior di rumah sakit — suasananya terasa hangat dan sunyi. Aroma obat antiseptik bercampur lembut dengan wangi teh yang mengepul di sudut meja.
Lolly duduk diam di kursi pasien, tubuhnya kaku. Cahaya lampu putih menerangi luka di dahinya yang baru saja dibersihkan.
Dokter Fan, dengan gerakan hati-hati dan teliti, menempelkan plester medis di sana. Tatapannya penuh perhatian, berbeda jauh dari tatapan dingin keluarga Lolly.
“Bibi masih saja begitu kasar padamu,” ucap Dokter Fan perlahan tanpa menatap langsung ke matanya. “Padahal hidupmu sendiri juga tidak mudah selama ini.”
Lolly tersenyum tipis, senyum yang lebih menyerupai bentuk kelelahan daripada kebahagiaan.
“Aku sudah terbiasa. Mereka tidak pernah bersikap lembut padaku, bahkan sejak aku kecil.”
Dokter Fan menghela napas pelan, menyandarkan punggungnya ke meja. “Lolly, hari ini bibi tidak ragu melempar gelas ke arahmu. Kalau terus begini, aku khawatir lain kali dia akan melakukan hal yang lebih parah. Lebih baik kau menjauh dari mereka untuk sementara.”
“Aku sudah tidak pulang selama beberapa tahun,” jawab Lolly pelan sambil menunduk. “Tapi tetap saja bisa bertemu."
Dokter Fan menatap wajah Lolly yang tampak pucat dan lelah.
“Bagaimana dengan tidurmu akhir-akhir ini?” tanyanya dengan lembut. “Aku rasa dua hari lagi obatmu akan habis. Ini, ambil dulu.”
Ia menyerahkan sebotol kecil obat penenang ringan ke tangan Lolly.
Lolly menerimanya dengan kedua tangan, seperti seseorang yang sudah sangat akrab dengan rasa lelah.
“Terima kasih! Tanpa bantuanmu, mungkin aku sudah benar-benar masuk rumah sakit jiwa.”
Dokter Fan tersenyum tipis, tapi matanya tampak sedih. “Kalau sampai itu terjadi, rumah sakit ini akan kehilangan salah satu dokter bedah terbaik yang kami miliki.”
Keduanya terdiam sejenak. Hanya suara jarum jam di dinding yang terdengar berdetak pelan.
Lalu Dokter Fan kembali bertanya, nada suaranya kini lebih pribadi.
“Bagaimana dengan pernikahanmu dengan Tuan Zhao?” katanya hati-hati. “Apakah dia tidak mencoba menjelaskan tentang gosip yang beredar dengan artis itu?”
Lolly menatap kosong ke arah meja, jarinya menggenggam botol obat erat-erat.
“Dia tidak perlu menjelaskan apa pun. Kami punya perjanjian untuk tidak ikut campur urusan masing-masing. Dia bebas bersama siapa saja.”
Dokter Fan mengernyit, nadanya lebih lembut namun serius. “Tiga tahun sudah... apa kau tidak berencana mengakhirinya?”
Lolly mengangkat wajahnya, matanya tenang tapi penuh keputusan.
“Secepatnya. Aku akan segera mengakhiri semuanya. Aku tidak ingin hidup seperti ini lagi.”
"Dokter Zhang!" seru seorang suster berdiri pintu sambil memegang sebuket bunga.
"Bunga lagi?" tanya Lolly.
"Sepertinya orang misterius itu belum putus asa mengirimmu bunga," ucap Dokter Fan dengan bercanda."sudah dua tahun, dia masih mengirimnya setiap hari."
"Aku tidak pernah menerimanya,"kata Lolly
***
Di sisi lain, sebuah mobil hitam mewah berhenti di depan gedung tinggi dengan logo perusahaan “Zhao Enterprise” terpampang gagah di puncaknya. Seorang sopir berjas rapi segera keluar, lalu membuka pintu belakang.
Dari dalam mobil, Chris Zhao turun dengan langkah tenang namun dingin. Jas hitam panjangnya berkibar sedikit tertiup angin sore. Tatapannya tajam, tanpa emosi—wajah yang nyaris tidak pernah menunjukkan kelelahan atau keraguan.
Setiap pegawai yang melintas menundukkan kepala, memberi salam dengan sopan.
“Direktur!” seru mereka serempak.
Chris tidak membalas, hanya mengangguk tipis dan terus melangkah ke arah lift, sepatu kulitnya memantulkan bunyi berat di lantai marmer.
Asisten sekaligus sopir pribadinya, Marco, berjalan cepat di belakangnya.
“Direktur, berita itu sudah hilang dari internet. Tim IT memastikan tidak ada satu pun media yang berani memuatnya lagi. Mereka juga sudah mendapat sanksi,” lapornya dengan nada hati-hati.
“Pastikan tidak ada yang berani mengulanginya lagi,” ucap Chris datar, tanpa menoleh.
Marco menelan ludah. Ia sudah terbiasa dengan ketenangan mematikan atasannya itu.
“Direktur, Pengacara Yang menghubungi saya. Katanya, Nyonya muda telah mengajukan perceraian... dan meminta dokumen itu segera dikirim ke alamat Anda.”
Langkah Chris berhenti tepat di depan lift. Ia menatap pantulan dirinya di pintu logam itu.
“Tidak sabar ingin mengakhiri pernikahan ini?” suaranya rendah, nyaris seperti bisikan dingin. “Padahal dulu, keluarganya yang memohon agar pernikahan itu terjadi.”
“Perjanjian pernikahan adalah tiga tahun, Direktur. Dua bulan lagi sudah genap,” jawab Marco hati-hati.
Pintu lift terbuka. Mereka masuk.
Chris menatap layar angka yang bergerak naik, lalu bertanya pelan,
“Selama aku tidak di rumah... apa saja yang terjadi?”
“Menurut informasi yang saya dapat,” jawab Marco cepat, “Nyonya muda sudah lama tidak pulang. Bahkan saat perayaan Imlek pun tidak.”
“Tidak pulang ke rumah keluarganya?” tanya Chris, kini menatap refleksi wajahnya di kaca lift.
“Tidak juga, Tuan. Beliau hanya fokus bekerja di rumah sakit. Tidak merayakan apa pun.”
“Lanjutkan,” ucap Chris singkat.
Marco menelan napas dalam.
“Ibu Nyonya muda sempat masuk rumah sakit karena komplikasi jantung dan kolesterol tinggi. Beliau punya sifat yang cukup... temperamen, dan sempat melukai Nyonya muda.”
Pandangan Chris tajam beralih ke arah Marco. “Melukai?”
“Ya, Tuan. Saat bertengkar, ibunya melempar gelas ke arah Nyonya muda hingga kepalanya terluka dan berdarah. Tapi beliau tetap bekerja seperti biasa, bahkan memimpin dua operasi besar di hari yang sama.”
saya sudah vote
😄😄