Xiao Mei Ling, gadis muda berbakat dialam Surgawi, terlempar kedunia bawah saat tanpa sengaja terperosok kedalam lubang pusara dihutan kematian ketika mencari tanaman herbal.
Dunia bawah yang hampir sama dengan alam Surgawi, namun tak ia ketahui seluk-beluknnya. Jelas membuat Xioa Mei Ling kebingungan.
Namun ditengah keputus-asaan itu, tanpa sengaja ia menemukan kerangka manusia ditempatnya terlempar. Saat ia akan menguburkan kerangka itu dengan layak, kilasan ingatan milik kerangka itu memasuki fikiran, ketika ia menyentuh bagian tengkorak.
"Hah, namanya sama denganku dan wajahnya..?"
"Baik, aku akan menggantikanmu menjaga keluargamu. Terimakasih Xiao Mei Ling, maaf aku memanfaatkanmu untuk bisa hidup didunia ini."
Bagaimana perjalanan hidup Xiao Mei Ling didunia bawah ini bersama dengan ruang dimensi Long yang ia miliki.
Apa ia akan hidup seperti dialam Surgawi.?
Atau malah menjadi seseorang yang jauh lebih berkuasa...?
Mari ikuti kisahnya dalam cerita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana dibalik keinginan
Garis rahang tegas Kaisar Qin Yuan Zhen mengeras tipis, retinanya bergoyang lemah mengikuti api lilin yang tertiup angin.
Darahnya berdesir dingin, kepalanya mendadak penuh. Ingatan akan wajah gelap sang putra kebanggaan, kembali memaksanya untuk mendesis pilu.
Laporan baik tertulis atau pun lisan, membangkitkan harapan dan asa yang sudah lama terkubur.
"Karavan Yanan, depot gula." gumam Kaisar tersenyum tipis.
Jari-jarinya mengetuk meja, menciptakan suara gema yang membangunkan serangga malam. Pupil hitam bak arang berhenti menari dan fokus pada satu titik target.
"Berarti sekarang pangeran kedua tinggal diIbukota..?" tanya kaisar pada pengawal dan kasim kepercayaannya.
"Pangerang setiap hari terlihat dipenginapan Hei'hu yang mulia..!" jawab kasim.
"Mereka bersekutu..?" gumam kaisar.
"Yang mulia, bukankah kau tahu apa keinginan terbesar pangeran kedua sejak dulu..?" tanya kasim menunduk.
"Apalagi putra pertama Xiao Chen berteman baik dengan pangeran kedua dan tuan muda Liu, tentu hubungan itu akan mereka manfaatkan." sambung kasim.
Kaisar Qin mengangguk "iya, hanya dia pangeran yang amat perduli akan rakyat dan berani menentang keputusanku."
Kaisar terkekeh, lalu menghembuskan nafas berat sejuta arti. Netranya memanas, bayangan wajah tampan nan tegas sang putra, menari mengusik dipelupuk mata lelahnya.
Rindu, penyesalan, ego dan gengsi, semua berkumpul membentuk cakar tajam tak kasat mata, meremas dada menghantarkan rasa pedih nan menyesakan.
Kaisar masih mengingat bagaimana tatapan kekecewaan bercampur dendam, yang terhunus lantang saat putra kebanggaannya itu mengucap ikrar pemutusan pertalian darah.
Tak ada yang lebih menyakitkan dari pada itu, dimana seorang ayah harus kehilangan kasih sayang dan senyuman darah dagingnya karena emosi kebodohan sesat.
"Hari ini permaisuri kembali keluar dari istana untuk mengunjungi aula leluhur." adu pengawal Ken.
Tangan kaisar mengepal perlahan, meski ia sudah berusaha untuk menutup mata dan mengubur semua dosa dimasa lalu. Tapi justru kekecewaan itu semakin menebal kuat berakar.
"Ken..!"
"Hamba yang mulia..!"
"Lakukan semua tanpa menimbulkan kecurigaan, jangan dipersulit dan mempersulit." titah Kaisar.
"Baik yang mulia Kaisar..!" balas tegas Ken menundukkan kepala.
Kaisar mengalihkan perhatian, memandang kasim yang telah mendampinginya selama hampir tiga puluh tahunan.
Janggutnya bergetar, netra letih itu memancarkan keinginan yang tak mampu ia ucapkan.
Sang kasim yang amat mengenal sosok kaisar lebih dari siapa pun, mengiyakan harapan yang terlontar lewat udara dan kornea.
Sementara itu yang menjadi pusat kesenduan asa sang Kaisar, baru saja memasuki kamar peristirahatannya dipaviliun Karavan.
Sejak dua hari lalu, Yuan Feng tak lagi tinggal dengan menyewa kamar dipenginapan Hei'hu.
Satu ruangan utama dilantai tiga paviliun karavan Yanan, resmi menjadi tempat tinggalnya jika berada diIbukota.
Begitu pun dengan Liu, pemuda itu menempati ruang utama yang bersebelahan dengan kamar sang saudara sepupu.
"Permaisuri keluar istana, tujuannya masih sama aula leluhur." lapor Liu begitu masuk kekamar Yuan Feng.
"Kirim anggota kita kesana, aku yakin aula leluhur menyimpan sesuatu." ucapan dingin Yuan Feng lontarkan, bersama dengan kilat prasangka penuh keyakinan.
Tangan kokohnya melambai ringan, menyibak lengan baju lalu duduk tegap disisi ranjang.
"Apa kau juga berfikiran sama denganku..?" tanya Liu.
Yuan Feng melirik dengan ekor matanya "mungkin saja..!"
"Semua perizinan sudah selesai, tanpa pemeriksaan dan pajak besar." beritahu Liu sedikit aneh.
Alis tajam Yuan Feng merajut, bibirnya terlipat tipis dan sedetik kemudian senyuman miring penuh ejekan ia terbitkan.
"Dia fikir itu bisa membuatku mengucapkan kata terimakasih, terlalu percaya diri." cibirnya bercampur geram.
Liu terkekeh, kemudian mengeram sengau. Bukan bahagia, ia justru merasakan hal yang sama dengan sang sepupu. Terhina, merasa amat diremehkan seolah mereka tak berkompeten.
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
