CEO paling disegani meninggal dan bangun di tubuh Anggun, putri yang sudah dilupakan semua orang.
Bagaimana bisa Anggun mendapatkan kerja sama dengan Alvin?
Dari mana kemampuan bahasa inggris,, oh, dia juga bisa bahasa arab?
Gawat!
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Baik sekaligus Buruk
Setelah Anggun tiba di rumah sakit dan mendapat penanganan dari para petugas medis, Anggun dipersilakan pulang karena tidak ada luka yang cukup serius untuk dirawat di rumah sakit.
Anggun merasa lega, dia menghela nafas panjang dan melihat ke arah pria yang membawanya ke rumah sakit, Alvin sedang mengurus surat-surat administrasi rumah sakit Anggun.
Tetapi lain dari Anggun yang hanya santai saja melihat Alvin, orang-orang di rumah sakit terus berbisik-bisik dan menatap ke arah Alvin seolah-olah sedang melihat berlian berjalan.
"Itu Alvin, Apa yang dia lakukan di sini?"
"Dia datang bersama perempuan, sepertinya perempuan itu mengalami kecelakaan."
"Perempuan katamu? Orang seperti dia bersama perempuan?"
"Sstt,, pelankan suaramu, perempuan itu ada di sana!" Seseorang menunjuk Anggun, "lihat betapa cantiknya Dia, mungkin saja mereka memiliki hubungan."
"Mustahil! Kau tahu kan para konglomerat berlomba-lomba menjodohkan Putri mereka dengannya, tapi tidak ada satupun yang dilirik oleh Alvin. Bahkan, jika ada yang berani mengambil langkah lebih untuk mendekati Alvin, biasanya keluarga mereka akan langsung mendapatkan kesialan, entah itu keluarga mereka mengalami kebangkrutan atau proyek besar yang mereka kerjakan dibatalkan. Aku rasa itu bukan kejadian tanpa alasan."
Anggun diam-diam mendengarkan percakapan orang-orang disana dan mengerti bahwa pria yang sedang menolongnya itu bukan pria biasa-biasa saja.
'Seandainya mereka tahu kalau pria itu sudah memiliki kekasih,' ucap Anggun dalam hati sambil mengangkat sedikit bahunya, foto yang sebelumnya ia temukan terjatuh dari saku Alvin adalah foto seorang perempuan muda yang cantik, satu kali tebakan saja sudah bisa mengetahui bahwa perempuan muda itu pasti memiliki tempat yang sangat istimewa di hati Alvin.
Alvin dengan cepat menyelesaikan administrasi rumah sakit, sehingga pria itu kembali menghampiri Anggun, "kau sudah bisa pulang, aku akan mengantar mu," ucap Alvin dengan suara datar sambil membereskan barang-barang Anggun yang diletakkan di meja samping tempat tidur.
"Berikan barang-barang ku," ucapan Anggun mengulurkan tangannya.
"Aku akan membawakan nya untukmu," ucap Alvin.
Anggun menghela nafas, dia tidak ingin terlibat lebih jauh dengan pria di hadapannya itu, "aku bisa melakukannya sendiri, aku akan menghubungi seseorang untuk menjemput ku di sini, kau bisa pergi terlebih dahulu. Ah,, tolong berikan nomor rekeningmu, aku akan memberikan biaya ganti rugi--"
Alvin mengerutkan keningnya, dia tidak mendengar lagi apa yang dikatakan Anggun selanjutnya, dia hanya bingung bahwa perempuan dihadapannya ini sama sekali tidak berusaha untuk mencari keuntungan dari nya.
Padahal biasanya para perempuan akan dimanfaatkan kesempatan itu untuk lebih dekat dengannya, misalnya berusaha naik ke ranjangnya untuk balas budi, tapi perempuan ini.....
"Baiklah kalau begitu, hubungi orang yang datang menjemputmu, tapi aku akan tetap menunggu di sini sampai orang itu datang," kata Alvin akhirnya menarik kursi dan duduk di sana dengan wajah datar nya.
Anggun tidak memperhatikan pria itu lagi, dia dengan cepat mengambil ponsel cadangan dari tasnya dan segera menghubungi seorang pria paruh baya yang ditugaskan mengurus villa milik ibunya.
"Paman, aku ada di rumah sakit c, bisakah paman datang menjemputku sekarang?" Kata Anggun pada pria di seberang telepon.
"Nona ada di rumah sakit?! Bagaimana bisa?" Suara panik dari seberang telepon terdengar.
"Jangan khawatir paman, aku baik-baik saja. Tolong segera ke mari, aku akan menunggu paman di UGD di rumah sakit," kata Anggun menutup panggilan telpon itu lalu duduk dengan tenang.
Anggun pun memperhatikan orang-orang terus menatap mereka, bahkan mereka masih terus berbincang-bincang secara berbisik-bisik meski bisik bisikan itu tentu saja masih bisa didengar oleh Anggun yang membuat Anggun merasa risih dan akhirnya memilih menatap Alvin.
Tampak saat itu Alvin memejamkan matanya, seperti beristirahat dan memisahkan diri dari dunia luar.
Anggun pun tidak ingin mengganggu istirahat pria itu, jadi dia hanya diam saja sampai akhirnya paman sebelumnya ia telepon tiba menghampirinya.
"Nona, nona," sang paman berlari dengan panik sambil membawa mantel tebal.
"Aku baik-baik saja, hanya kakiku saja yang sedikit terluka," ucap Anggun.
"Astaga, bagaimana bisa nona terluka seperti ini? Apa semua ini disebabkan oleh perempuan jahat itu bersama putrinya?!" Paman Agus bertanya dengan penuh rasa kesal.
"Entahlah, aku tertabrak di trotoar saat menunggu taksi untuk pulang," ucap Anggun seraya berusaha turun dari tempat tidur dibantu oleh paman Agus.
"Lho, bukannya nona pulang menggunakan mobil? Lalu di mana mobil nona?" Sang paman bertanya dengan bingung.
"Nanti aku akan memberitahu lebih jelasnya, sekarang ayo kita pulang terlebih dahulu," ucap Anggun lalu menoleh ke arah pria yang masih duduk di kursi dengan mata terpejam, sepertinya pria itu benar-benar beristirahat.
Paman agus mengikuti arah pandangan Anggun dan melototkan matanya saat ia mengenali pria yang ada di sana.
"Ba,,, bagaimana bisa dia ada di sini?" Paman agus bertanya dengan bingung.
"Dia yang menolongku," ucap Anggun kemudian mengulurkan tangannya untuk membangunkan Alvin, sementara paman agus membeku di tempatnya mendengar ucapan Anggun.
Meski dia hanyalah seorang penjaga villa, tapi dia pernah bertemu dengan Alvin ketika ibu Anggun masih hidup, dan pria itu benar-benar pria yang sangat menutup diri dari luar, bahkan jika ada orang mati di sampingnya, pria itu tidak akan bergeming sama sekali.
Namun sekarang Anggun berkata bahwa pria itulah yang menyelamatkan nya?
Jauh lebih mudah mempercayai seekor gajah bisa terbang daripada mempercayai seorang Alvin menyelamatkan seseorang, terutama itu adalah seorang perempuan.
"Hei, bangunlah," kata Anggun menepuk pundak Alvin membuat sang paman semakin panik karena takut Alvin mungkin akan marah disentuh.
Apalagi dia pernah mendengar rumor bahwa Alvin paling benci pada perempuan, bersentuhan saja bisa membuat sebuah keluarga mengalami bangkrut dalam semalam.
Jadi paman Agus langsung menarik tangan Anggun seraya berkata, "jangan menyentuhnya! Kita bisa mendapat masalah nanti."
Anggun bingung, separah itukah ketakutan orang-orang pada pria ini?
"Lalu,, bagaimana kita akan membangunkannya?" Tanya Anggun.
"Itu,,," paman Agus menatap Anggun, dia cemas Anggun mungkin telah sangat banyak menyinggung pria itu sehingga tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi esok pagi, "sebaiknya kita pergi saja, dia mungkin masih ingin beristirahat di sini," ucap Paman Agus yang hanya bisa berpikir untuk melarikan diri.
"Tapi,,," sebelum Anggun sempat melanjutkan perkataannya, tubuhnya sudah digendong oleh Paman Agus dan membawanya pergi dari sana.
"Uh,,, paman, aku bisa berjalan," ucap Anggun merasa risih diperhatikan orang-orang disana.
"Bagaimana bisa saya membiarkan nona berjalan? Saya masih kuat menggendong nona," ucap sang paman kemudian membawa Anggun menuju mobil dan segera melaju meninggalkan rumah sakit dengan tangan dan kaki gemetaran menyetir.
"Paman baik-baik saja?" Anggun bertanya setelah beberapa saat di mobil dan memperhatikan pria baru baya yang menyetir itu tampak pucat.
"Apa sebaiknya malam ini kita pergi ke luar negeri? Paman akan mengatur penerbangan malam ini juga, bahkan--"
"Apa yang paman bicarakan?" Anggun merasa heran.
"Nona sama sekali tidak tahu?" Paman Agus bertanya dengan suara gemetar.
"Aku tidak tahu apa pun, tolong jelaskan padaku," kata Anggun masih merasa bingung.
Pria paruh baya itu pun menyetir sambil menceritakan apa yang dirumorkan orang-orang hingga membuat Anggun tertegun bahwa pria itu benar-benar memiliki citra yang sangat aneh di mata publik.
Baik sekaligus buruk.