PERINGATAN, **** ******.
.
Mia, yang baru saja putus beberapa bulan yang lalu, belum move-on, tapi harus mendapatkan kenyataan bahwa sekarang orang yang paling dicintainya itu berubah dari mantan pacar menjadi saudara tiri, tinggal serumah, bahkan kamar bersebelahan..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dilafnp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pencarian buku diary
"Mia, waktu liburan kalian masih ada seminggu lagi kan? kalian ada rencana apa lagi setelah ini?" tanya Adwin sambil memakan roti berlapis selai ditangannya.
"ga kemana mana yah.. aku mau fokus belajar buat ujian nasional aja.." jawab Mia cepat sambil tangannya sibuk mengoleskan selai ke rotinya.
Lucas? jangan ditanya, anak laki laki itu masih terbaring tak sadarkan diri dikamarnya.
"Mia, gimana soal pilihan kuliah kamu? kamu yakin ga bisa masuk kampus pilihan? itu kampus favorit loh.." ucap Sarah yang duduk disamping Adwin.
Mia mengangguk. "yakin ma.. aku yakin kok, kalau aku bisa masuk ke sana.. mama do'ain aja ya.." Mia dengan wajah optimisnya menatap Sarah.
Sarah tersenyum kecil. "tenang aja, setiap saat mama selalu do'ain kamu.."
setelah menyelesaikan sarapannya, Mia izin kembali ke kamarnya.
Dia langsung mengeluarkan semua buku pelajaran yang ada di dalam tas nya.
"mm.. pena gue mana ya??" gumam Mia sambil mencari pena di tempat dia biasa meletakan.
Namun mau seberapapun dia mencari, Mia tidak menemukannya.
"ck!! pake acara ilang segala'!!" Mia menghela nafas panjang.
pena Mia hanya satu, dan sekarang, di pagi yang cerah ini, dia terlalu malas untuk keluar rumah.
"apa gue gojekin aja ya? hm.."
"cuma berlebihan banget ga sih.. cuma karna pena sebiji.."
Mia yang membaringkan wajahnya di atas meja belajar terus bergumam pelan.
dan tiba-tiba saja satu ide melintas dikepalanya.
"Lucas pasti ada pena ga sih?.."
Mia yang penuh semangat, langsung berdiri dari tempat dia duduk, dan menuju kamar Lucas.
Wajahnya sangat cerah, penuh semangat, seolah olah ada hartakarun yang menanti di kamar Lucas.
Krek!
Mia yang tau kalau Lucas tidak pernah mengunci pintunya, langsung saja membuka pintu kamar Lucas berlahan.
terlihat Lucas yang masih tertidur diatas ranjang.
Wajahnya terlihat sangat polos, putih, dan tampan seperti biasa.
"hmm.. kalau lagi tidur gini wajah dia memukau banget.." gumam Mia pelan, hampir menumpahkan air liurnya sendiri.
namun untungnya sebelum air liurnya benar-benar tumpah, Mia segera sadar, dan langsung menepuk nepuk pipinya.
"gilaa.. gilaa.. gilaa.. ga boleh mikir mesum..." ucap Mia sambil kedua tangannya menepuk kasar pipinya sendiri.
Lanjut Mia fokus ke tujuannya, dia langsung mendekati meja belajar Lucas dan mencari pulpen diatas sana.
.
.
"ck!! mana sih?" ucap Mia yang mulai kesal karna tidak menemukan satupun pulpen milik Lucas.
"astaga!! dia ga ada pena juga?!" lanjut Mia berucap setelah mengecek meja belajar dan tas sekolah Lucas.
Entah karna suara Mia yang terlalu besar, atau memang sudah waktunya Lucas bangun, Lucas dengan mata tertutup menggeliatkan tubuhnya, meregangkan seluruh otot otot di dalam tubuhnya.
"Mmm... kamu lagi apa?" tanya Lucas dengan suara kantuk sesaat dia sadar Mia ada dikamarnya.
"ck!! pake bangun segala!" Mia bergumam kesal enggan menatap ke arah Lucas.
"sayang, peluk.." Lucas membentangkan kedua tangannya, berharap Mia mendatanginya.
"ga udah aneh aneh.. gue disini cuma buat cari pena doang.." jelas Mia cepat. "btw, pena lo dimana?"
seketika Lucas langsung memanyunkan bibirnya. "mm.. mau peluk.." ucap manja Lucas.
"udah ah.. kalau memang lo ga mau kasih tau, gue balik dulu.." tanpa menunggu respon dari Lucas, Mia langsung pergi dari kamar Lucas.
melihat itu, Lucas seketika langsung mendudukan dirinya dipinggir ranjangnya. "ehh.. mau kemana?." tanya Lucas memelas.
"mau pulang, ke kamar gue.." ucap Mia terakhir sebelum dia menutup kamar Lucas.
***
Di dalam kamar, Mia akhirnya hanya bisa merenung.
"sialan!! males banget gue begini.."
Sekarang dirumah hanya tersisa Mia dan Lucas, karna ayah dan mamanya sudah berangkat bekerja.
karna itu Mia tidak berani sembarangan keluar kamar, dia takut kalau Lucas menyerangnya.
"hm..." Mia menghela nafas panjang.
Namun tiba-tiba Mia teringat di sebuah sudut dalam lemarinya, Mia memiliki pulpen cantik yang serasi dengan buku diary-nya. sepasang benda keramat itu sudah lama tidak Mia keluarkan, karna isinya hanyalah curhatan dirinya sesaat Lucas meninggalkannya.
dengan cepat, akhirnya Mia membawa dirinya ke arah lemari, mencari lagi benda yang sudah lama dia simpan di tumpukan bajunya paling dalam.
"ehh, mana??" Mia merogo, mencari ke sela sela pakaiannya yang terlipat.
Namun dia tetap tidak merasakan buku itu di sudut lemarinya.
akhirnya dengan panik, Mia menarik semua pakaiannya keluar.
seketika kamar Mia yang rapi berubah menjadi berantakan.
namun sialnya buku itu tetap tidak terlihat.
"sialan!! siapa yang ngambil buku gue?!!"
Mia panik, di dalam buku itu terdapat banyak sekali rahasia memalukan miliknya.
Buku itu tidak hanya bertuliskan tentang hancurnya Mia saat Lucas meninggalkannya, tapi juga tentang bagaimana Mia mengakui seberapa besar cintanya ke Lucas, bahkan tentang semua hal yang telah mereka lakukan semua tertulis dengan jelas dan detail disana.
dengan banyak pakaian yang berhamburan, Mia terduduk di lantai, dia memikirkan kemungkinan kemungkinan dimana dia meletakan buku keramat itu.
Tapi semakin dia berfikir, otaknya semakin kosong.
"sialan!!" Mia menjambak rambut bagian depannya secara kasar.
Dia tidak tau mengapa buku itu sampai hilang, tapi kalau sampai buku itu terbaca oleh ayah dan mama, maka tamatlah sudah.
Mia berdiri, lanjut duduk di tepi ranjangnya, sambil dia terus berfikir keras.
Dan dia tiba-tiba teringat sesuatu yang familiar, kamar yang berantakan, pakaian, dan buku buku berhamburan.
"Ternyata dia!!" ucap Mia sambil mengingat pagi yang menyebalkan saat itu.
satu tersangka utama yang bisa Mia fikirkan saat ini, yaitu Zee. selain anggota keluarganya, hanya Zee lah yang pernah masuk ke dalam kamarnya.
.
Disaat yang sama, suara pintu ketukan terdengar.
Tokk.. tokk.. tokk..
"Mia.." Suara Lucas menggema diluar kamar Mia.
tanpa berfikir panjang, Mia langsung mendatangi Lucas, dia ingin segera mengkonfrontasi keberannya ke Lucas.
"Lucas!!" ucap Mia sesaat dia membukakan pintu.
Lucas memandang heran, setengah terkejut melihat Mia yang begitu semangat.
dsn saat dia sedikit menoleh, Lucas menjadi lebih terkejut lagi.
"kamar lo kenapa?" tanya Lucas keheranan.
"itu ga penting.."
"???"
"yang penting sekarang lo hubungi Zee, bilang kalau lo mau ketemu.."
"hah??" wajah Lucas semakin keheranan.
"udah.. ayo.. cepetan.." ucap Mia sambil mendorong tubuh Lucas menjauh dari kamarnya.
*
Mia membawa Lucas ke sofa yang ada di lantai 1.
"Mia, lo sakit ya?" Lucas terus memandang heran ke Mia, sesaat Mia menyerahkan kembali ponsel Lucas yang sudah siap menelpon Zee.
"ck!! udah ih, cepetan.." tanpa menunggu Mia langsung menekan tombol panggilan di ponsel Lucas.
.
Tuutt.. tuut... tuut..
selama panggilan belum tersambung, Lucas terus saja memandang Mia keheranan.
"sayang, sudah ini kita berobat ya.." ucap Lucas pelan.
"ck!! fokus fokus.." Mia tidak begitu peduli pada Lucas yang terus memperhatikannya, matanya terlalu sibuk menatap ponsel yang ada ditangan Lucas.
"hallo.." suara dari sebrang telpon terdengar.
"hallo Zee.."
"iya, kenapa sayang?"
mendengar itu, seketika Lucas langsung menunjukan wajah jijiknya, namun Mia yang ada disebelahnya dengan cepat langsung mencubit paha Lucas.
"aww.. awww.." Lucas kesakitan, namun Mia tidak peduli, matanya dengan tegas seperti memerintahkan Lucas untuk tunduk.
"sayang, kamu kenapa?" tanya Zee dari ujung telpon.
"nggak papa kok.. heheh.." Lucas menunjukan senyum palsunya. "Zee, lo sibuk ga hari ini? bisa kita ketemu?" lanjut Lucas bertanya dengan wajah setengah jijik.
"bisaa bisaa.. kapan? mm.. aku seneng banget kamu akhirnya mau ngajakin aku main gini.." Zee terdengar sangat senang.
"yaudah, kalau gitu gimana kalau siang ini kita ketemuan di cafe deket rumah kamu aja.."
"mm.. boleh.. aku siap kok dimana aja, asal ada kamunya.."
"hehehe.. kalau gitu ntar aku kabarin kalau udah mau otw ya.."
"iyaa sayang.. aku juga mau siap siap dulu sekarang.."
Setelah itu, Lucas langsung mematikan sambungan telponnya.
Lucas menatap Mia dengan alis berkerut. "Puas??" ucap Lucas pertama masih dengan alisnya yang berkerut.
Mia mengangguk.
"kalau gitu, kita juga harus siap siap juga sekarang.." Mia berdiri, ingin langsung pergi menuju kamarnya, namun Lucas menghentikannya.
"bentar hey!! enak banget lo mau langsung kabur, hm.." ucap Lucas sambil memegangi satu tangan Mia.
Mia menoleh, menunjukan senyum lebar penuh kebohongan di wajahnya.
"jelasin ke gue! kenapa lo hari ini ngebet banget mau ketemu Zee?" tanya Lucas.
Mia tidak menjawab apapun, dengan wajahnya yang masih tersenyum itu, dia langsung saja menarik tangannya sendiri.
"nanti gue jelasin.. sekarang gue mau siap siap dulu.." ucap Mia sambil kakinya melangkah cepat menjauh.
"gue ga boleh biarin Lucas baca isi buku itu.." ucap Mia tegas di dalam hatinya.
...****************...