Demi biaya operasi ibunya,kiran menjual sel telurnya.Matthew salah paham dan menidurinya,padahal ia yakin mandul hendak mengalihkan hartanya pada yoris ponakan nya tapi tak di sangka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EPI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia yang terungkap
Suasana di area perlengkapan bayi masih tegang. Orang-orang masih menatap ke arah tiga perempuan yang terlibat pertengkaran—Kiran, Diyyah, dan Insila. Kiran berdiri dengan nafas tersengal, rambutnya berantakan karena tarik-menarik, wajahnya memerah menahan amarah. Diyyah masih berusaha menampar, tapi tiba-tiba pergelangan tangannya ditahan kuat oleh seseorang dari belakang.
Suara berat itu terdengar tegas, menggetarkan suasana.
“Jangan lancang menyentuh Nyonya Andres.”
Semua orang terdiam. Sosok yang berdiri di antara mereka adalah Rusdi, pengawal pribadi keluarga Andres yang terkenal dingin dan berwibawa. Tatapannya menusuk, dingin, dan tanpa ekspresi.
Rusdi menatap Diyyah dan Insila satu per satu, lalu berbicara dengan nada rendah namun sangat tajam.
“Kalau kau masih berani berlaku kasar pada keluarga Andres, bersiaplah menanggung akibatnya. Termasuk seluruh keluarga Aringga.”
Insila spontan memandang dengan wajah tak percaya.
“Apa maksud lo ngomong kayak gitu, hah? Siapa lo bisa ngancam keluarga gue?” suaranya meninggi, nada angkuh masih melekat di setiap kata.
Rusdi tetap tenang, matanya dingin seperti batu.
“Saya hanya memperingatkan. Kalau Tuan Besar Matthew tahu anak Kepala Rumah Sakit miliknya berani mempermalukan istrinya di tempat umum, bukan cuma kau yang kena. Ayahmu, Aringga, juga akan ikut dipecat. Bersiaplah jadi gembel.”
Ia menatap langsung ke mata Insila.
“Saya akan langsung memberi peringatan pada Kepala Aringga sore ini juga. Sekalian agar beliau bisa mendidik anak dan… gundiknya.”
Seketika suasana membeku. Diyyah langsung menegang, matanya melebar panik. Kiran menatap Rusdi dengan bingung, sementara orang-orang di sekitar mulai berbisik pelan.
“Apa?!” seru Insila dengan nada tinggi, matanya membulat tak percaya. “Kau barusan bilang apa? Gundik? Siapa yang lo maksud gundik, hah?! Jangan sembarangan ngomong, Rusdi! Ayah gue nggak pernah selingkuh apalagi punya gundik!”
Rusdi perlahan menyunggingkan senyum dingin, langkahnya maju setapak mendekati Insila.
“Sebaiknya kau tanya langsung ke ayahmu siapa Tuan Besar Matthew Andres.”
Ia menoleh sekilas ke arah Diyyah yang kini gemetar, wajahnya pucat pasi.
“Dan untuk ‘gundik’ yang kumaksud, kau nggak perlu bingung. Dia berdiri di sebelahmu sekarang.”
Diyyah tersentak, langsung bersuara, “Hei! Jangan sembarangan ngomong ya! Gue nggak ada urusan sama ayahnya, ngerti?! Lo seenaknya banget nuduh orang tanpa bukti!”
Rusdi melirik sekilas, tersenyum tipis. “Bukti? Kau mau lihat?”
Ia mengangkat tangannya, dan salah satu pengawal menyerahkan iPad. Rusdi menyalakannya, memperlihatkan sebuah video.
Di layar terlihat jelas Diyyah dan Aringga, ayah Insila, berciuman mesra di ruangan kerja pria itu.
Diyyah sontak mundur dua langkah, wajahnya pucat, bibirnya bergetar.
“Itu… itu nggak seperti yang lo pikir! Dia cuma… cuma peluk aku karena aku lagi nangis waktu itu! Lo salah liat!” katanya terbata, matanya mulai berair.
Rusdi hanya mengangkat alis, suaranya datar.
“Oh begitu? Jadi kau pikir semua orang di ruangan ini buta? Atau kamera salah paham juga?”
Kiran yang sejak tadi diam hanya bisa menatap dengan campuran kaget dan iba, sementara kerumunan mulai berbisik pelan.
Insila perlahan menoleh ke Diyyah. Matanya tajam seperti pisau, wajahnya tak percaya.
“Jangan bilang… jangan bilang itu beneran, Dy. Lo… lo selingkuhan ayah gue?!”
Diyyah buru-buru memegang tangan Insila. “Enggak! Gue sumpah, Sila! Itu cuma salah paham! Ayah lo yang duluan deketin gue! Gue cuma… gue nggak tahu dia serius!” suaranya bergetar, nyaris menangis.
Rusdi memotong dingin.
“Cukup sandiwaranya. Sebaiknya kalian belajar menunduk sebelum menghina orang lain. Menyedihkan sekali—orang yang paling kotor justru paling keras menuduh orang lain.”
Setelah itu, ia menatap Kiran lembut. “Ayo, Nyonya, Tuan Matthew sudah menunggu di rumah.”
Ia membungkuk sedikit, membantu memungut belanjaan Kiran yang berjatuhan, lalu menggiringnya pergi dengan tenang.
Semua orang menatap kepergian mereka dalam diam. Begitu Rusdi dan Kiran menghilang di antara kerumunan, Diyyah menatap kosong ke lantai. Napasnya tersengal, bibirnya bergetar mencoba bicara.
“Sila… lo denger dulu, please…”
Namun PLAAAKK! satu tamparan keras mendarat di pipinya.
Lalu PLAAKK! satu lagi, lebih keras dari sebelumnya.
“BERANI-BERANINYA LO, DIYYAH!” teriak Insila dengan mata basah. “Lo tega banget ngerebut ayah gue?! Lo hancurin keluarga gue, lo bikin malu gue di depan orang banyak!”
“Sila, sumpah! Gue nggak niat! Dia yang duluan! Gue cuma butuh bantuan waktu itu, gue nggak tahu dia ayah lo!” seru Diyyah histeris, mencoba memegang tangan Insila. Tapi Insila menepis kasar dan mencengkeram rambutnya.
“Gue muak liat muka lo!” bentak Insila sambil menarik rambut Diyyah dan menyeretnya keluar toko.
Kerumunan mencoba menahan, tapi Insila seperti kehilangan kendali. Ia menyeret Diyyah sampai ke parkiran, lalu mendorong tubuhnya keras ke arah mobil.
“Kamu… kamu nggak ngerti, Sila! Aku cuma—”
Belum sempat Diyyah menyelesaikan kalimatnya, kepalanya dibenturkan ke bodi mobil. Suara benturan keras terdengar. Tubuhnya terjatuh, lemas, tidak bergerak.
Air mata mengalir deras di pipi Insila. Ia menatap Diyyah dengan napas tersengal, lalu berbisik dengan suara pecah,
“Jadi selama ini… dia selingkuhan ayah? Dasar brengsek… semuanya brengsek!”
Tangannya gemetar saat meraih ponsel. Ia menekan nomor dengan cepat.
Begitu tersambung, terdengar suara berat dari seberang.
“Halo, Sila? Ada apa lagi?” tanya suara ayahnya tenang.
“AYAH PULANG SEKARANG JUGA!” teriak Insila dengan nada penuh amarah. “Kalau nggak, selingkuhan ayah yang sialan ini bakal aku bunuh!”
Tanpa menunggu jawaban, ia langsung menutup telepon, masuk ke mobil, dan menyalakan mesin.
Mobil itu melaju kencang keluar dari parkiran, meninggalkan Diyyah yang tergeletak tak sadar diri.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
...Jangan lupa baca buku baru juga yah judulnya ...
*Bayangan sang Triliuner *
dimana seorang lelaki tampan memiliki dua dunia menjadi seorang trilioner dan pembasmi mafia jangan lupa baca yahh😊🙏🏻
...****************...