Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sambutan keluarga
Siang harinya
Mereka makan siang bersama di restoran hotel. Kali Rasyad dan Erina ikut makan bersama mereka. Jangan tanyakan bagaimana komentar Keluarga mereka karena baru melihat keduanya keluar kamar. Erina hanya bisa menahan malu. Sedangkan Rasyad memasang mimik cold nya. Setelah makan siang Keluarga yang dari Jakarta akan segera kembali, termasuk keluarga Rasyad. Namun Rasyad meminta kelonggaran untuk nambah dua hari di Surabaya. Papa Aldo menghubungi Ayah Fadil untuk membicarakan hal itu. Sebenarnya mau nambah berapa hari pun tidak masalah. Hanya saja aturan Opa tidak bisa dilanggar.
"Oke dua hari. Tapi pulang ke rumah." Ujar Ayah.
"Baik, mas. Nanti aku sampaikan kepada menantumu. Haha.... "
"Sepertinya kira akan segera memiliki cucu, mas."
"Haha... sepertinya begitu. Bukannya itu yang kita harapkan."
Setelah menghubungi Ayah, Papa pun menyampaikannya kepada Rasyad dan Erina.
Sore harinya kedua pengantin baru mengantar rombongan keluarga dari Jakarta sampai di depan hotel. Mereka mendapat sedikit wejangan dari tetuanya. Setelah rombongan hilangdari pandangan, kedua pengantin baru pun kembali ke kamar untuk membereskan barang-batangnya dan akan kembali ke rumah.
Erina memasukkan baju-baju suaminya ke dalam koper kecil. Ia juga memasukkan baju kotornya ke dalam paperbag.
"Sayang, di rumahmu pasti ramai orang."
"Em... nggak juga. Cuma orang tuaku, opa, oma, Mbak Erika, bersama suami dan kedua anaknya. Beberapa asisten rumah tangga. Sudah itu saja."
"Lumayan banyak."
"Memang kenapa?"
"Nggak pa-pa, takutnya aku salah tingkah atau bikin malu. hehe... "
"Kamu mana punya malu sih, by."
Rasyad terkekeh.
Akhirnya mereka cek out dari hotel. Sudah ada mobil yang dikirim Opa untuk menjemput mereka. Mereka dan pengantin baru berpisah di koridor hotel.
"Mbak, aku duluan ya." Pamit Erina kepada Faiza.
"Iya, Hati-hati. "
Mereka berpelukan.
"Bro, kenapa mukamu tak secerah pengantin baru biasanya?" Bisik Rasyad.
"Ck... gatot." Jawab Axel dengan kesal.
Rasyad terkekeh sambil menepuk pundak Axel.
"Sabar sabar, akan nikmat pada waktunya. Sabar itu indah."
Erina dan Rasyad keluar terlebih dahulu dan masuk ke dalam mobil. Selama dalam perjalanan keduanya tidak lepas bergandengan tangan. Pak sopir serasa seperti menjadi obat nyamuk bagi mereka.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, akhirnya mereka sampai di rumahrumah Opa. Tentu saja semua orang menyambut kedatangan mereka.
Rasyad masih sempat memperhatikan rumah tua yang berdiri kokoh. Dulu Rasyad ingat pernah ke rumah itu dua kali saat dirinya masih duduk di bangku SD. Saat itu ia hanya sebagai anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Ia tidak menyangka saat ini akan kembali ke rumah itu sebagai status yang beda.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Ayo masuk."
"Eh iya, Opa."
Bibi mengambilkan minuman untuk mereka. Rasyad menjadi canggung saat duduk di antara mereka.
"Kenapa kok tegang gitu?"
"Eh, tidak Opa."
"Ndak usah takut. Opa nggak bakal marah karena kamu sudah merebut cucu kesayangan Opa. Tapi kalau kamu sampai menyakiti hatinya, awas saja. Jangankan nyawamu, roh mu juga tidak akan gentayangan. "
Rasyad menelan salivanya sendiri.
"Abi, serem amat. Kasihan itu menantuku nanti nggak bisa tidur dengan tenang."Sahut Ayah.
"Haha.... tapi aku yakin kamu laki-laki yang baik.Bukan begitu, Syad?"
"I-iya, Opa."
Setelah ngobrol ringan bersama keluarga istrinya. Rasyad pun di ajak masuk ke kamar oleh istrinya atas izin dari Opa.
"Hubby, ini kamarku. Eh tidak, sekarang sudah menjadi kamar kita." Tutur Erina dengan senyum manisnya.
Erina membuka pintu kamarnya.
"Ayo masuk."
"Hem." Rasyad mengangguk.
Erina memasukkan baju kotornya je dalam keranjang cucian. Ia juga memasukkan baju bersih suaminya ke dalam lemari. Karena sudah masuk waktu Maghrib, mereka pun shalat maghrib berjama'ah bersama Opa dan yang lain di mushala bawah. Kali ini Ayah yang menjadi imamnya. Sudah menjadi tradisi di rumah Opa yaitu shalat berjamaah. Bukan hanya keluarganya saja. Tapi juga asisten rumah tangganya ikut berjama'ah. Kali ini Rasyad merasakan suasana kekeluargaan yang begitu hangat. Ia menemukan keluarga baru yang lebih lengkap daripada di rumahnya. Setelah selesai shalat, Opa mengajari anak-anak Erika mengaji. Sambil menunggu waktu isyak, yang lain pun ada yang mengaji ada pula yang duduk santai mendengarkan mereka mengaji.
Setelah sekesai shalat isyak, Rasyad dan Erina kembali ke kamarnya. Setelah utu, mereka bersial untuk makan malam bersama keluarga yang lain.
Bibi memasak beberapa menu untuk makan malam. Ada pelestarian ikan tongkol, jangan asem, cumi asam pedas, Sambel teri, dan rendang daging sapi. Erina menyendokkan nasi dan lauk ke piring suaminya. Ia menghindari sambal teri yang menggoda matanya karena itu sumber alergi suaminya. Namun ia menyendokkan sambal teri ke piringnya sendiri. Setelah membaca do'a, mereka menikmati hidangan makan malam.
Setelah selesai makan malam, Rasyad diajak main catur oleh Ayah. Tentu saja Rasyad tidak dapat menolaknya. Sedangkan Oma dan Oma kembali ke dalam kamar. Erika dan suaminya menemani anak-anaknya mengerjakan PR. Sementara iru, Erina nonton TV bersama Bunda sambil ngemil makanan ringan.
Sampai jam 10 malam, mereka belum kelar main catur.
Sebenarnya dalam hati Rasyad sudah menggerutu.
"Ini kapan bubarnya. Oh ayolah Ayah mertua, mengertilah sedikit." Batinnya.
"Bun, Ayah main caturnya betah banget." Tutur Erina yang sudah menguap.
"Kamu sudah mau tidur, dek?"
Erina mengangguk.
"Sana panggil suamimu, biar berhenti mainnya. "
"Nggak ah, bun. Nanti pasti digodain sama Ayah. Aku ke kamar duluan saja."
"Eh... tunggu! Biar bunda yang panggil Ayah. "
Bunda melangkah ke depan mendekati mereka.
"Ayah, udah malam ini. Besok kan harus kerja. Ayo masuk, istirahat!"
"Nanggung bun, bentar lagi."
"Ya sudah, Ayah tidur di luar."
Mendengar gertakan istrinya, Ayah langsung beranjak.
"Eh tunggu! Iya udahan ini!"
Rasyad terkekeh melihat mertuanya. Ia pun membereskan papan catur tersebut lalu masuk ke dalam. Rasyad dan Erina kembali ke dalam kamar.
Erina berganti pakaian tidur lalu pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. sedangkan Rasyad bertelanjang dada hanya menyisakan sarung. Ia menyelinap begitu saja ke dalam kamar mandi.
"Hubby... kamu ngagetin saja."
"Kebelet pipis, sayang."
Erina pun keluar dari kamar mandi. Ia duduk dengan kaki setengah ditekuk lalu mengoleskan lotion ke seluruh kaki dan tangannya. Namun tidak disangka Rasyad yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung mengecup betis istrinya.
" Hubby... "
Kecupan itu semakin naik ke atas. Bahkan kali ini Rasyad cosplay menjadi bayi kecil yang sedang menyu*u. Sampai akhirnya membuat Erina menghentikan kegiatannya karena tak tahan dengan sentuhan suaminya. Dan terjadilah apa yang harus terjadi.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...