Tak ku sangka kawah gunung itu menyatu kan garam lautan dan asam pegunungan,lampu kuning penanda kehidupan ternyata jalan ku menemui dia sebagai teman sehidup semati ku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ys Simarmata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nano-nano rasanya
Lumayan capek untuk hari ini, Enggak bisa berkata-kata perjalanan 1:30 menit ternyata sejauh ini, jam delapan malam belum sampai rumah juga. Apa aku ngekost aja ya, kasihan badan ku kalau begini.
Lampu-lampu terang tak mampu menyinari hati ku yang kian redup, ah kalau begini besok
harus mulai cari kost terdekat dengan kantor
kalau enggak bisa-bisa terlambat terus.
Malah hujan lagi,payung gak ada pula.
Sagam memberiku pesan jikalau dia masuk
Pulang malam juga hari ini, ya sudah lah.
Jujur senang mendapat kabar dari Sagam setidaknya dia menganggap ku ada didalam
kehidupan nya, 'Oke, hati-hati dijalan ya.' Balas
ku untuk kabar nya, ia hanya membaca pesan dari ku.
Pukul sepuluh malam laju mobil memasuki gerbang perumahan, masuk lingkup rumah
atap cokelat bata merah melepas lelah terpendam beberapa jam lalu. Ku ambil waktu untuk menarik nafas, Sagam ternyata belum pulang. Kunci cadangan sudah ada ditangan Sagam belum ya, ah entahlah. Para bibi sepertinya sudah pada tertidur pulas, biar ku seduh sendiri susu untuk si kecil, setidaknya itu pembuktian cinta,kasih sayang ku kepada dia.
[Suka cokelat?]Apa-apaan si Sagam ini aneh banget, malam-malam malah ngepap teh cokelat hangat.
[Suka, tapi lebih suka ice cokelat.]balas ku
Ia mengirimkan stiker tanda ketawa, apa Sagam ingin mencair kan suasana. Ah masa bodoh, eh tapi kenapa aku selalu menanggapi nya. Aku sedang marah gak seharusnya aku menanggapi seperti ini.
Puas dengan secangkir susu hangat langkah ku membawa barang-barang naik untuk istirahat besok harus bekerja lagi, mandi juga gak berani lama-lama takut nanti masuk angin.
Memutar musik kesukaan, senyap dan rintikan hujan. Membayangkan betapa indahnya awal pertemuan dengan Sagam
ku kira Tuhan mengirimkan Sagam sebagai
pengganti ayah, dan membuat keturunan ku
tidak merasakan yang namanya kehilangan sosok ayah, nyatanya mungkin takdir ku baik tidak bisa memiliki pernikahan bahagia.
Hening masuk ke suasana tidur dengan setetes air mata, sampai suara langkah duduk disebelah kasur, ku lihat samar ada bayangan lilin dihadapan ku. Sagam! Ia masuk kedalam kamar ku? Membawa donat khas berbungkus kuning, ia tersenyum merayakan hari apa ini? Astagaa apakah hari ini aku ulang tahun?.
"Happy birthday Dri, panjang umur sehat selalu ya," apakah ini nyata? Bahkan dalam tidur ku aku memimpikan Sagam seromantis ini.
"Hemmm," ini pasti mimpi,aku ingin tidur lagi dan kembali ke alam nyata.Eh kenapa gak ambil kesempatan dalam mimpi ini, setidaknya dalam mimpi aku bisa memeluk Sagam dengan penuh cinta. "Makasih ya sudah mengingat hari lahir ku." Ku peluk Sagam penuh haru, eh ini rasanya nyata gak seperti mimpi, seriusan Sagam seromantis ini? Coba-coba aku ungkapkan perasaan lelah ini ke Sagam, kalau ini mimpi semoga sampai ke hati Sagam.
"Gam, aku berhadapan di sisa usia ku. Kamu bisa memenuhi ekspektasi dan kekurangan hidup ku. Aku yakin kamu bisa, dan takdir Tuhan mempersatukan kita itu tidak salah."
Sagam memeluk ku, ia mengusap lembut rambut ku. "Ajari aku ngerti kamu Dri." Ha benar, ini benar-benar mimpi, Sagam gak pernah semanis ini.
"Tiup lilinnya," Apakah kalau ku tiup lilin ini aku akan kehilangan mimpi indah ini, mudah-mudahan tidak. "BERTAMBAH UMUR BERTAMBAH BERKAT YA." coelan cokelat donat menyadarkan aku bahwa.... Ini bukan mimpi Adri, ini benar-benar Sagam, seriusan. Aku sampai menampar pipi ku dua kali, walaupun tamparan kecil itu begitu sakit. "Kamu kenapa sih?" Tanya Sagam heran.
Senyuman ku menarik manja, memeluk Sagam berteman rasa bahagia, akhirnya aku bisa menyalurkan rasa lelah ini lewat sentuhan dan perhatian Sagam."Jangan lepas kan ya," Kataku melepas lelah di bahu Sagam, Ia hanya menyentuh ku lewat baju tidak berani lebih, mungkin pukulan kemarin ada baiknya untuk Sagam.
"Sudah jam berapa sih?" Jam menunjukkan pukul 4 pagi, Sagam baru pulang jam segini.
Sama-sama lelah, hingga kami tertidur dalam
pelukan satu sama lain, Ku biarkan rasa ini mengalir, biar letih ku lepas untuk beberapa jam kedepan sebelum waktunya masuk ke kantor lagi, Sagam tertidur lelap sehingga entah kenapa aku penasaran dengan handphone nya.
Turun melepaskan pelukan Sagam,ku raih jaket hitam berisi struk pembayaran dan dapatlah apa yang ku cari selama ini. Ya handphone milik Sagam, dengan fitur fingerprint mempermudah ku untuk mengetahui nya, ternyata wanita itu memutuskan untuk mengalah, dia bilang tetaplah menjadi ayah Adit tapi tidak suami Lyla , asik kata-kata yang membuat Sagam luluh pada cinta ku.
Lyla memblokir Sagam dari kontaknya, sebelumnya ada chat yang terhapus,apa ya kira-kira,ah aku tidak boleh ikut campur terlalu dalam. Ku ambil waktu untuk mandi dan aku yakin rumah tangga ku akan bahagia dengan Sagam, aku disini harus kasih perhatian lebih untuk Sagam. Apa yang tidak dimiliki wanita itu harus ada di aku.
Selesai dengan make-up ala-ala ibu cabang Bank, masuk ke dapur bertaruh melawan bau bawang tidaklah menjadi halangan, demi cinta Abang apa pun adek perjuangkan. Gercep semua selesai, Sagam mungkin belum ada tertidur makanya sampai ngorok begitu.
"Serapan dulu yuk," ku usap lembut pipi Sagam, ia membuka matanya penuh kantuk ia duduk. Ia tidak marah kala sesuap roti tawar panggang menyatu kopi memasuki mulut nya." Kamu cuman makan ini?" Sagam terus menikmati walau wajah nya dalam kantuk.
Anggukkan ku membuat kesadaran Sagam penuh, ia mengambil suapan terakhir untuk ku."Kamu sudah siap? cepat banget."
"Ia,lagi banyak kerjaan di luar." Kata ku tersenyum, aku enggak mau Sagam tau bahwa kantor ku tak sedekat kantor pertama.
Berharap apa sih kalau Sagam tau kantor ku begitu jauh, perhatian ini juga karena wanita itu tidak mau lagi dengan dia kan makanya ia mencari cinta baru lewat aku."Ok, semangat ya, ada si kecil yang harus diperjuangkan."
Aku tersenyum cuman logika ku masih berpikir, segitu mudahnya Sagam melupakan masalah ya, ia tidak minta maaf tidak mengucapkan apa pun tentang malam itu, benar-benar semuanya seperti tidak pernah terjadi.
Aku pergi seperti hari sebelumnya tanpa banyak embel-embel, ya aku sedikit terlambat karena macet sepanjang jalan, disana ada satu staff yang menyarankan kost murah untuk ku, sekedar untuk tidur aman lah katanya sih sudah full set furniture hanya sekitar satu jutaan, Sekiranya sih terima bersih ya tinggal makan aja pilih mau masak atau order food.
Tinggal permisi aja ke Bibi ni supaya mereka enggak terlalu repot juga kasihan sudah pada tua soalnya, ku ambil tawaran itu nantinya waktu makan siang kami interview tempat kemungkinan nyaman hari itu juga aku pulang kesana.
[ 'Lisa,makan siang kamu ikut dengan saya ya.] Lisa hanya membaca pesan ku, sungguh sangat tidak sopan.