Mencintaimu bagai menggenggam kaktus yang penuh duri. Berusaha bertahan. Namun harus siap terluka dan rela tersakiti. Bahkan mungkin bisa mati rasa. - Nadhira Farzana -
Hasrat tak kuasa dicegah. Nafsu mengalahkan logika dan membuat lupa. Kesucian yang semestinya dijaga, ternoda di malam itu.
Sela-put marwah terkoyak dan meninggalkan noktah merah.
Dira terlupa. Ia terlena dalam indahnya asmaraloka. Menyatukan ra-ga tanpa ikatan suci yang dihalalkan bersama Dariel--pria yang dianggapnya sebagai sahabat.
Ritual semalam yang dirasa mimpi, ternyata benar-benar terjadi dan membuat Dira harus rela menelan kenyataan pahit yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mengandung benih yang tak diinginkan hadir di dalam rahim dan memilih keputusan yang teramat berat.
'Bertahan atau ... pergi dan menghilang karena faham yang tak sejalan.'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33 Kabar Buruk
Happy reading
"Dariellllll --" Natalie berteriak memanggil nama Dariel, diiringi air bening yang menetes dari kedua sudut netra.
Tubuhnya serasa lunglai begitu mendengar kabar buruk yang disampaikan oleh pria berseragam coklat muda, yang tiba-tiba datang menyambangi rumah.
"Tidak mungkin! Semalam Dariel masih bersama kita, mana mungkin dia --" Suara Natalie tercekat dan tangisnya kian pecah.
Sama seperti Natalie, tubuh Anton pun serasa lunglai begitu mendengar kabar buruk itu.
Bibirnya membisu, terbungkam oleh rasa yang meluluhlantakkan kalbu.
Lantas, bagaimana dengan Andra?
Jangan ditanya jerit hatinya saat ini.
Ia serasa tak percaya dengan kabar buruk yang berdengung di telinga dan segera menyambangi tempat kejadian perkara untuk membuktikan sendiri dengan mata kepala.
Perasaan-nya semakin tak karuan, begitu melihat kuda besi kesayangan-nya ditemukan hancur dan hampir tak berbentuk.
Jika kuda besi-nya saja hancur, lantas bagaimana dengan tubuh adiknya terkasih?
Mungkin lebih mengenaskan, terkecuali jika keajaiban berpihak dan kasih Sang Maha Rahman melindungi-nya.
"Bagaimana, Ren? Adikku sudah ditemukan?" tanya yang terucap dari bibirnya ketika bertemu dengan seorang anggota polisi yang dikenal baik dan kebetulan bertugas di tempat kejadian perkara.
Reno, nama polisi itu. Teman baik Andra dan Dariel.
Gelengan pelan diikuti hembusan napas berat mewakili jawaban yang ingin terucap, membuat Andra tak kuasa menahan kristal bening yang sedari tadi menganak di kelopak mata.
"Ren, aku mohon ... segera temukan adikku, bagaimana pun caranya," pinta Andra dengan suaranya yang terdengar serak dan tersirat lara yang mendalam.
"An, tanpa kamu minta pun ... aku pasti akan berusaha menemukan Dariel," ucap Reno--menanggapi permintaan Andra.
"Tadi, aku sudah mengerahkan anak buahku untuk menyusuri sungai. Kemungkinan, Dariel jatuh ke dalam sungai dan terbawa arus, setelah tergelincir ke dalam jurang," imbuhnya.
"Lebih baik, kita berdoa ... semoga Dariel bisa segera ditemukan dalam keadaan selamat." Reno kembali berucap dan menepuk pelan bahu Andra, seraya mentransfer energi positif untuk menguatkan teman baiknya itu.
Meski merasa pesimis, Reno berjanji akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan Dariel.
Ia berharap bisa menemukan Dariel dalam keadaan selamat, bukan menemukan tubuh yang sudah tak bernyawa.
"Pulanglah, An! Tenangkan pikiran dan kuatkan kedua orang tuamu! Disaat seperti ini, pasti mereka sangat membutuhkan-mu."
Andra mengangguk lemah dan menuruti perkataan Reno.
Ia pulang dengan tangan hampa dan hati yang masih berselimut resah.
Riel, kamu harus hidup! Demi Dira dan demi anak kalian. Batinnya berbisik lirih diiringi tangan yang mencengkram kuat setir mobil.
Di mansion yang mewah, dua insan tampak duduk terdiam. Bibir mereka membisu. Namun batin mereka tak henti berdoa untuk keselamatan putra terkasih--Dariel Ananta.
Rasa sesal menghampiri, mencipta denyut nyeri kala teringat kejadian semalam.
Emosi dan keegoisan melebur jadi satu. Mencipta kenyataan pahit yang menampar diri.
Riel, maafkan Papa. Papa bersalah.
Anton tak kuasa menahan linangan air mata yang kini menetes membasahi wajah.
Rasa sesal kian mendekap erat, ketika terbayang wajah Dariel yang terhias semburat merah karena tamparan yang dilayangkan-nya.
Sama seperti Anton, Natalie pun teramat menyesal.
Ia tersadar jika keegoisan diri-nya lah yang membuat Dariel nekat meninggalkan rumah, hingga mengalami kecelakaan tragis.
"Dariel, maafkan Mama, Sayang. Mama berjanji tidak akan memaksamu lagi untuk menuruti kehendak Mama," monolog-nya sambil mengusap foto Dariel yang terbingkai kaca.
🌹🌹🌹
Bersambung
Baru paham gue rasanya.