Jodoh itu rahasia Tuhan. Siapa sangka dua manusia yang terkesan saling cuek dan tidak punya ketertarikan satu sama lain itu disatukan dalam ikatan pernikahan. Akan seperti apa rumah tangga keduanya, saling menerima atau malah kalah sebelum mencoba? Ikuti kisah mereka karena mungkin kita akan menjadi saksi cinta mereka bertumbuh atau sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pipit fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musyawarah
Mendengar ucapan putrinya, sebagai orang tua mereka tidak bisa menyetujui begitu saja keinginan Alma. Hubungan mereka bukan hanya tentang berdua saja tapi ada keluarga yang terlibat di dalamnya. Imran berpikiran kalau ini semua harus dimusyawarahkan, mencari jalan keluar yang terbaik karena umur pernikahan mereka masih seumur jagung, wajar kalau masih banyak perbedaan yang belum mampu disatukan.
"Ayah tidak bisa mendukung keputusan kamu untuk saat ini, ayah juga tidak menyepelekan perasaan kamu. Kita harus membicarakan ini dengan keluarga Irsan, karena hubungan pernikahan ini melibatkan dua keluarga. "
Alma hanya mengangguk mendengar ayahnya bicara, Ia pun menyadari kalau hal ini bukan hal yang sepele dan akan selesai sesuai keinginannya semua harus dimusyawarahkan.
"Aku mengerti yah untuk itu aku ingin kejelasan dari statusku. Aku tidak bisa hidup terus seperti ini, hidup menjadi seorang istri yang keberadaannya tidak begitu diinginkan oleh suaminya. Aku bukan penyabar yang bisa bertahan dari waktu ke waktu, aku juga punya hak untuk hidupku bahagia, bukan diabaikan seperti ini."
Alma sudah tidak bisa menahan sesak di dadanya air matanya keluar begitu saja tanpa permisi, sejujurnya dia ingin menahannya agar tidak keluar dan memperlihatkan Sisi lemahnya di hadapan keluarga, tapi ternyata rasa sakit itu muncul kepermukaan tak bisa lagi menutupi luka yang dialami oleh Alma. Meski hubungan mereka belum lama nyatanya hal itu begitu menyakitkan untuk dirinya. Arini yang melihat hal itu pun begitu sesak dadanya, merasa gagal menjadi orang tua. Alih-alih mengharapkan kebahagiaan anaknya justru sang putri menderita karena pernikahan yang mereka berikan.
"Yah. Apa tidak sebaiknya kita ikuti saja Apa keinginan Putri kita, ini salah kita. Tidak seharusnya Alma menjadi korban dari Keinginan kita." Arini pun ikut menangis Bersama sang putri, selama ini melihat anaknya menangis karena hal sepele, lalu sekarang Arini melihat putrinya menangis karena tidak bahagia dengan pernikahannya.
Melihat hal itu kegagalan bagi dirinya sebagai orang tua, karena selama ini Arini dan Imran selalu mengusahakan kebahagiaan anaknya, tidak selalu dengan materi namun Ketulusan dalam saling menyayangi, cinta yang tak pernah kurang antara anak dan orang tua, dan semua hal yang berbentuk kebahagiaan lahir dan batin selalu mereka usahakan untuk anak-anak mereka. Meskipun mereka hidup tidak dalam kemewahan.
"Kita sebagai orang tua harus bijak dalam menyikapi persoalan yang sedang dihadapi oleh anak-anak kita. Kita harus mendengarkan penjelasan dari dua sisi, tidak hanya dari Putri kita saja. Sebagai orang tua kita pasti akan selalu membelanya Alma, sebesar apapun kesalahannya, namun Kita juga harus mendengarkan pernyataan dari irsan sebagai suami. Jika kenyataannya benar, Ayah adalah orang pertama yang akan membebaskan putri kita dari pernikahannya."
"Apa Ayah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Putri kita Alma tidak mungkin mengada-ngada, kita tidak pernah mengajarkan dia untuk berbohong. Selama ini dia selalu terbuka untuk hal apapun."
Alma tidak lagi membuka pembicaraan, dia hanya mendengarkan percakapan antara mama dan ayahnya baginya sudah cukup dia mengutarakan keinginannya untuk berpisah dari Irsan. Alma tidak ingin lagi berharap pada pernikahan ini, 6 bulan sudah cukup untuk membuktikan keadaan mereka tidak cukup baik untuk melanjutkan pernikahan, akan meninggalkan luka di kemudian hari Jika Alma memutuskan meneruskan, sementara sampai detik ini Irsan tidak melakukan upaya untuk memperbaiki.
"Hal ini yang ayah maksud mah. Bukannya Ayah tidak mempercayai Putri kita, tapi kita harus objektif sebagai orang tua walaupun Alma adalah Putri kita, kita tidak bisa selalu membelanya dan mengiyakan keinginannya. Kita harus membicarakan ini terlebih dahulu, baru kita ambil keputusanmu. "
Ucapan Imran yang terakhir adalah bentuk ketegasan yang tidak bisa dibantah oleh siapapun baik anak maupun istrinya.
Situasi hening setelah pembicaraan itu berubah tegang saat kedua orang tua Irsan datang ke rumah Alma. Dia mendengar kabar dari putranya kalau Alma sudah kembali. Irsan menceritakan sedikit situasi yang terjadi di Surabaya, Irsan mengatakan kalau Alma sedang salah paham. Irsan meminta orangtuanya untuk menemui Alma, karena dia belum bisa kembali dalam hari ini.
"Al, tadi irsan menghubungi Ibu, katanya kamu pulang tanpa sepengetahuan irsan, apa ada sesuatu yang terjadi?"
Obrolan serius setelah sebelumnya basa-basi justru membuat Alma tidak nyaman, kesannya dia istri pembangkang yang pergi begitu saja tanpa sebab.
"Apa bang Irsan tidak menceritakan sesuatu? apa dia hanya mengatakan kalau aku pergi tanpa pamit?." tanya Alma dengan nada bicara yang sedikit tinggi, dengan tatapan tajam yang seolah akan menusuk lawan bicaranya.
"Irsan tidak menceritakan secara gamblang, ia menghubungi kami kalau kamu sedang salah paham,dan pulang tanpa sepengetahuannya, untuk permasalahan yang terjadi atau kesalahpahaman yang irsan maksud dia tidak menceritakan. Irsan meminta kami untuk menemui kamu secara langsung, karena dia tidak bisa pulang hari ini juga, dia akan menjelaskan secara langsung. Memang apa yang terjadi nak, selama beberapa hari ini kalian baik-baik saja kan?."
Alma hanya menggeleng sebagai tanda kalau dia tidak baik-baik saja selama beberapa hari ini, dia tidak ingin menceritakan apa yang terjadi antara Irsan dan dirinya. Alma hanya mengatakan bahwa hubungannya jangan sang suami tidak baik-baik saja .
"Aku tidak akan menceritakan apapun kepada ayah dan ibu tanpa adanya bang Irsan di sini. Aku tidak ingin menjadi pihak yang disalahkan atas ucapanku yang seolah membela diri, sebaiknya kita tunggu bang Irsan pulang baru kita bicarakan. Jika ditanya Ada apa, yang jelas ini tidak baik-baik saja."
Dari ucapan dari menantunya Arumi dan ihsan merasa Memang benar ada yang terjadi antara hubungan pernikahan Irsan dan Alma, Jika baik-baik saja pertemuan ini tidak akan menegangkan seperti saat ini.
"Benar yang dikatakan Alma, sebaiknya kita menunggu kepulangan Irsan dari Surabaya, mereka berdua yang harus menjelaskan apa yang terjadi, kita sebagai orang tua hanya bisa nasehati dan mendoakan untuk mereka."
**
Pertemuan Singkat antara orang tua Irsan benar-benar membuat kecanggungan, alma yang memilih banyak diam dengan mata sebab yang begitu terlihat jelas membuat orangtua irsan menyimpulkan satu hal mungkin anaknya sedang berulah.
sementara Alvin sedang disibukan membaca Pesan dari grup wa lingkungan RTnya.
"Ada apa Vin serius sekali?" Tanya Imran, karena sejak tadi putranya begitu sibuk membalas pesan.
"Istrinya si Erte masuk rumah sakit Yah, katanya udah parah." Arini dan Irman terkejut padahal mereka hidup dilingkungan yang sama namun tak tahu menahu tentang sakitnya istri dari ketua Rt tersebut.
"Sakit apa? Ayah nggak pegang hape dari tadi."
"Kanker payudara katanya. Emang nggak ada yang tahu yah karena penyakitnya juga belum lama ketauan."
"Terus gimana keadaannya sekarang?"
"Belum ada informasi lagi, katanya masih kritis."
"Ujian pernikahan memang beda-beda. Si erte nikah diusia dewasa, belum 2 tahun nikah udah di uji sama istrinya sakit. " timpal Arini .
udh lh al mnding kmu bahagia ja sma pak RT,,, biasa nu dlu msih skrng jdi calon suami,, 😁