NovelToon NovelToon
Istri Bar-bar Ustad Tampan

Istri Bar-bar Ustad Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Aku ingin kebebasan.

Aku ingin hidup di atas keputusanku sendiri. Tapi semua itu lenyap, hancur… hanya karena satu malam yang tak pernah kusangka.

“Kamu akan menikah, Kia,” kata Kakek, dengan suara berat yang tak bisa dibantah. “Besok pagi. Dengan Ustadz Damar.”

Aku tertawa. Sebodoh itu kah lelucon keluarga ini? Tapi tak ada satu pun wajah yang ikut tertawa. Bahkan Mamiku, wanita modern yang biasanya jadi pembelaku, hanya menunduk pasrah.

“Dia putra Kiyai Hisyam,” lanjut Kakek.
“Lulusan Kairo. Anak muda yang bersih namanya. Cermin yang tepat untuk membasuh aib keluargamu.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 12

Damar sudah terlelap di sisi ranjang, napasnya tenang, wajahnya damai seperti tak terjadi apa-apa. Namun di sisi lain kamar itu, badai sedang meledak dalam diam. Kia melangkah cepat ke kamar mandi. Ia menyalakan keran air hingga suara gemericiknya menutupi detak jantungnya yang berdentum tak beraturan.

Air membasahi wajahnya, tapi bukan untuk menenangkan. Justru membakar amarah yang selama ini ia pendam dalam dada.

Tangannya mengepal. Napasnya memburu.

Lalu…

"Aaaarghhh!" teriak Kia keras, menggema dalam ruangan tertutup itu.

Ia menendang ember di pojok kamar mandi. Memukul dinding keramik dengan tangan terbuka. Rambutnya kusut, wajahnya basah bukan hanya karena air, tapi karena air mata yang tak bisa lagi dibendung.

“Kenapa harus aku, Kek?! Kenapa hidupku selalu kayak permainanmu?!” jeritnya.

Tubuhnya gemetar. Hatinya seperti dicabik. Ia menyentuh perutnya, lalu memeluk dirinya sendiri.

“Ini bukan yang aku mau... Bukan begini caranya jadi istri. Bukan begini cara aku nyerahin diri,” katanya sambil menangis.

Bayangan malam yang baru saja dilaluinya menari-nari di kepala. Bukan karena gairah. Tapi karena luka batin. Karena semua itu terjadi bukan karena cinta, melainkan karena jebakan—jebakan yang disusun dengan rapi oleh seseorang yang ia sebut kakek, seorang pengendali takdir yang memperlakukannya seperti pion.

“Kalau semua cuma permainan kekuasaan, kenapa harus tubuhku yang jadi korban?!” serunya sambil memukul dadanya sendiri.

Kia terduduk di lantai marmer yang dingin. Punggungnya bersandar pada dinding, lututnya dipeluk rapat. Ia menggigil, bukan karena dingin, tapi karena amarah yang membakar dari dalam.

Dalam isak yang tertahan, ia berbisik lirih, “Aku benci semuanya... bahkan mungkin aku mulai benci diriku sendiri.”

Malam itu, Kia tak tidur. Ia tertinggal dalam ruang sempit itu, ditemani air mata dan rasa sesak yang tak bisa ia bagi pada siapa pun. Bahkan kepada lelaki yang kini sudah resmi menjadi suaminya.

"Aku ingin bebas..."

Kia menatap bayangannya sendiri di cermin kamar mandi. Mata yang sembab, wajah yang kehilangan cahaya. Tapi di balik itu, ada api yang mulai menyala.

"Aku nggak mau hidupku digiring kayak boneka. Aku nggak lahir cuma buat jadi istri dari pernikahan yang bahkan nggak pernah aku minta."

Suaranya gemetar, tapi tegas. Tatapannya tak lagi kosong. Ia menatap dalam, bukan ke arah siapa-siapa, tapi ke dalam dirinya sendiri. Suara hati yang selama ini terkurung mulai berbicara lantang.

“Aku masih pengen ngerasain hidup. Masih pengen balapan di lintasan, masih pengen ngerasain angin ngebut nerpa helmku. Masih pengen jatuh bangun di atas aspal, bukan di atas sajadah yang disuruh tunduk tanpa aku ngerti maknanya.”

Kia mendekat ke jendela, membuka tirai tipis yang memisahkan kamar hotel mewah itu dari malam kota Jakarta. Lampu-lampu mobil di kejauhan menyala seperti bintang yang berserakan di jalanan.

“Aku pelatih taekwondo dan karate, bukan perempuan lembek yang harus nunggu suami pulang ceramah. Aku punya murid, punya sabuk hitam, punya cita-cita. Aku punya dunia sendiri.”

Tangannya mengepal. Matanya berkaca-kaca lagi, tapi kali ini bukan karena lemah tapi karena marah.

"Aku nggak cinta sama Ustadz Damar Faiz Alfarez. Bukan karena dia jahat. Tapi karena aku nggak pernah milih dia. Kakek yang milihin. Dunia yang maksa."

Ia menarik napas panjang, lalu melepaskan kata terakhir dengan suara hampir berbisik tapi penuh kepastian.

“Aku tak mau hamil!!”

Mentari pagi menyelinap masuk lewat celah tirai putih hotel President Suite yang mewah itu. Sinar lembut menari di dinding, menerpa wajah Damar yang masih terlelap, damai dalam tidurnya, seakan malam penuh gejolak tak pernah terjadi.

Namun kedamaian itu sekejap berubah jadi badai.

Kia berdiri di sisi ranjang. Rambutnya berantakan, mata sembab, tubuhnya masih lelah tapi hatinya jauh lebih hancur. Kurang tidur, kurang kendali, dan terlalu banyak kemarahan yang mengendap sejak malam tadi.

Tanpa aba-aba, tangannya mendarat ke dada suaminya. Satu pukulan. Lalu dua. Lalu tiga.

“Bangun!” teriak Kia dengan suara bergetar.

Damar terkejut. Matanya langsung terbuka, lalu menegakkan tubuhnya separuh sadar.

“Kia? Astaghfirullah—”

“Jangan panggil-panggil nama Tuhan di depanku, Mas!” bentak Kia, tangannya kembali menghantam lengan dan bahu suaminya dengan kemarahan yang tak bisa lagi ia tahan.

“Apa kamu pikir aku bahagia jadi istrimu?!”

Damar tak membalas. Ia hanya diam. Tidak karena takut, tapi karena tahu, ini bukan tentang dia. Ini tentang luka yang terlalu dalam, dan suara hati yang terlalu lama dikurung.

“Gara-gara kamu, aku kehilangan semuanya! Balapanku, murid-muridku di dojo, hidupku yang bebas, semuanya dicabut cuma buat jadi istri dari laki-laki yang nggak pernah aku cintai!”

Kia menjerit. Pukulan-pukulannya makin lemah tapi napasnya makin berat. Air mata mulai jatuh, bukan karena Damar, tapi karena dirinya sendiri yang merasa dirampas.

“Aku pengen keluar dari neraka ini… Mas, aku capek hidup kayak boneka...”

Damar menarik napas dalam. Ia duduk, menatap Kia dengan mata merah tapi tetap tenang.

“Kalau kamu mau pergi, aku nggak akan tahan,” katanya lirih.

Kia memejamkan mata. Napasnya naik turun, tubuhnya gemetar karena emosi yang meledak tanpa bisa dikendalikan.

“Kenapa kamu terlalu sabar, sih? Kenapa kamu nggak marah balik?!” serunya frustasi.

“Karena aku tahu... luka kamu bukan datang dari aku,” jawab Damar pelan. “Aku cuma kebetulan jadi lelaki yang kamu sandari dalam badai yang kamu sendiri nggak pernah minta.”

Hening.

Kia terduduk di lantai, tak sanggup lagi berdiri. Seluruh tubuhnya terasa ringan tapi jiwanya seperti membawa beban berton-ton. Tangisnya tak lagi bisa ditahan. Ia menangis seperti anak kecil. Bukan karena lemah. Tapi karena dunia terlalu kejam untuk dipikul sendiri.

Dan kamar hotel itu menjadi saksi dari bukan hanya pertengkaran, tapi juga luka terdalam dari seorang perempuan bernama Kia Kazehaya yang hanya ingin dicintai dengan cara yang ia pilih sendiri.

Damar duduk tenang di ujung ranjang. Punggungnya masih terasa nyeri karena pukulan Kia tadi, tapi ia tak mengeluh. Ia tahu, rasa sakit fisik itu tak sebanding dengan luka batin yang mengendap dalam hati istrinya.

Ia menatap Kia yang kini terduduk di lantai, tubuhnya lelah, rambutnya acak-acakan, matanya sembab. Tapi di balik keacakan itu, Damar masih bisa melihat seorang perempuan kuat yang sedang hancur karena dunia yang memaksanya bertekuk lutut.

Dengan suara rendah namun jelas, Damar membuka mulut.

“Kia... aku tahu kamu nggak bahagia. Aku nggak pernah minta kamu mencintaiku. Tapi satu hal yang aku tahu... kamu nggak harus jadi tawanan dari pernikahan ini. Kamu bebas. Kalau itu yang kamu mau.”

Kia mendongak. Matanya penuh luka, penuh kemarahan, penuh penolakan.

“Jangan ngomong seolah kamu paling ngerti aku, Mas!” serunya sinis. “Jangan pakai kalimat bijak-bijakmu itu buat ngelunakin luka yang kamu sendiri jadi bagian dari penyebabnya!”

Damar terdiam sejenak. Lalu dengan lembut ia menjawab, “Aku nggak pernah berniat melukai. Aku cuma berusaha menjalankan niat baik. Tapi kalau ternyata aku bagian dari luka itu, aku minta maaf.”

Kia berdiri perlahan. Nadanya dingin, tatapannya seperti bilah pisau.

“Kamu minta maaf? Hah. Kamu pikir maafmu bisa balikin hidupku yang udah dijebak sama kakekku sendiri dan dijadikan istri ustadz tanpa cinta?! Kamu pikir aku bangga disuruh tunduk di hadapan lelaki yang bahkan nggak ngerti mimpiku?!”

Damar menatapnya lekat-lekat. Bukan marah. Bukan tersinggung. Tapi tulus dan penuh pengertian.

“Aku nggak ngerti mimpimu, Kia. Tapi aku nggak akan ganggu kamu mengejarnya... asalkan kamu tahu, aku bukan musuhmu.”

Kia tertawa kecil, getir. Lalu melangkah pelan ke arah jendela. Tatapannya menerobos langit pagi yang mulai cerah.

“Mas… kamu mungkin bukan musuhku. Tapi kamu bagian dari perang yang aku benci... dan aku nggak bisa berdamai dengan semua ini hanya karena kamu baik.”

Damar mengangguk pelan. Tak ada pembelaan. Hanya keheningan yang berat menggantung di antara mereka.

Dan pagi itu, di kamar hotel yang dingin dan mewah, dua hati saling berpaling bukan karena benci... tapi karena dunia memaksa mereka bersatu terlalu cepat, sebelum cinta sempat tumbuh.

1
Purnama Pasedu
ustadz bisa ae
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pintar gombal yah 🤭🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
iya kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
tapi kadang tempat kerja ngelarang pakai hijab ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: iya kakak tergantung dari peraturan perusahaan
total 1 replies
Purnama Pasedu
bisa ae pak ustadz
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pak ustadz gaul 😂
total 1 replies
Purnama Pasedu
masih galau ya kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
aamiin
Purnama Pasedu
pasangan yg kocak
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak masih setia baca 🙏🏻🥰
total 1 replies
Purnama Pasedu
kia terlalu keras ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ujian sang ustadz tapi nanti dapat hidayah kok 🤣🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
si kakek
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ulah kakeknya akhirnya gol 🤭🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
kia jadi diri sendiri aj,perlahan aj
Eva Karmita
semangat otor 🔥💪🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak
total 1 replies
Eva Karmita
semangat ustadz... yakinlah Allah selalu ada untuk umatnya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: betul kak
total 1 replies
Purnama Pasedu
nyimak
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: semoga suka
total 1 replies
Purnama Pasedu
koq sedih ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: jangan sedih kak 🤭🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
Thor bisa ngk bahasa kia kalau ngomong sama yg lebih tua sopan sedikit jgn pakai bahasa Lo gue , maaf sebelumnya bukan mengkritik otor cuma gak ngk enak aja di baca bahasanya bisa diganti aku atau apalah ... sebelum mohon maaf ya ,, ceritanya bagus tetapi semangat Otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: belum saatnya kak kan gadis bar-bar tomboy liar dan pembangkang 🤭🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
keren pak ustadz 😍😍😍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ustadz idaman yah kakak 🤭
total 1 replies
Eva Karmita
langsung kena mental si Kia 😩👻🙈
kia ni ustadz bukan kaleng" kia jdi ngk udah banyak drama 🤣🤣🤣🤣
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
Eva Karmita
❤️
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak... karena aku di tetangga juga nulis di sana ☺️🥰
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!