Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Mengantar Pulang
"Aaargh!"
Suara jeritan dari pintu membuat Dewa dan Ayushita kaget, dengan cepat Ayushita pun bangkit dari atas Dewa dengan susah payah. Dinda, yang tadi menjerit itu terpaku melihat bosnya menimpa Dewa.
"Hei! Bantuin dong! Kenapa diam saja?!" teriak Dewa pada Dinda.
Napasnya seakan terputus karena tertindih tubuh besar Ayushita dan gadis itu kesusahan untuk bangun. Dinda pun berlari segera membantu bosnya, menarik tubuhnya yang berat. Setelah cukup lama membantu Ayushita bangun, Dewa langsung berdiri.
Warna merah padam tampak jelas di wajah Ayushita. Gadis itu sungguh malu dan kesal dengan kejadian tak terduga itu, dia berjalan menuju meja kerjanya. Duduk merapikan penampilannya meski tangannya cukup sakit.
Dewa menarik napas panjang, dia menatap Ayushita yang juga malu serta kesal. Tapi senyumnya mengembang, merasa lucu sekali dengan kejadian beberapa menit lalu.
"Aku pergi, sore nanti aku kesini lagi," ucap Dewa.
"Tidak usah kesini lagi, untuk apa anda datang kesini lagi," ucap Ayushita ketus.
"Kan aku mengajak kamu kencan." kata Dewa.
"Tidak ada kencan-kencan, aku sibuk!" masih dengan nada ketus Ayushita menanggapi.
Dewa terdiam, dia menoleh pada Dinda yang masih diam membekap buku besar di tangannya, melihat keduanya sedang bicara.
"Bosmu ketus sekali, padahal dia tadi menindihku, memangnya tadi tidak sakit di tindihin gajah," ucap Dewa pada Dinda.
"Eh, gajah? Heheh. Iya pak Dewa, mungkin mbak Ayu lagi kesal," ucap Dinda dengan tawa kecilnya.
"Ya sudah, biarkan dia kesal. Jangan buat dia marah lagi," kata Dewa.
Dia merapikan jasnya lalu melangkah untuk keluar dari ruangan itu, Ayushita masih pura-pura sibuk dengan laptopnya. Dinda tahu bosnya sedang malu dengan kejadian tadi, apa lagi jatuhnya itu tepat sekali dia membuka pintu dan menjerit kaget.
"Mbak, ini laporan penjualan Minggu lalu," kata Dinda menyodorkan map di tangannya.
"Simpan saja di meja, aku mau memeriksa pesanan yang masuk," kata Ayushita tanpa menatap asistennya.
"Mbak."
"Simpan saja Dinda," ucap Ayushita lagi.
"Mbak malu ya?"
"Dinda!"
"Heheh, maaf mbak. Tadi pak Dewa ngajak kencan lho, kok diam saja sih?"
Ayushita menarik napas panjang menatap wajah asistennya yang menunggu jawaban pertanyaannya.
"Kamu mau aku di ledek terus dengan sebutan gajah?" tanya Ayushita.
"Lha, siapa yang menyebut mbak gajah?"
"Ya dialah, siapa lagi?"
"Perasaan dulu mbak menyebut diri sendiri Dugong," kata Dinda.
"Ish! Sudah sana pergi!" kata Ayushita kesal.
"Mbak jangan marah-marah terus kenapa? Tambah cantik lho kalau marah, pak Dewa saja jadi gemas kalau mbak Ayu marah-marah," rayu Dinda.
"Dinda, apa kamu mau aku pecat?"
"Yaah, mbak Ayu galak."
Dinda cemberut lalu akhirnya dia pergi setelah tatapan tajam dari bosnya, Ayushita menarik napas panjang. Sungguh dia benar-benar malu sekali tadi jatuh menimpa Dewa. Wajahnya meringis mengingat kejadian tadi.
"Haish, kenapa aku bisa jatuh sih? Bisa-bisanya dia terus meledek lagi."
_
Seperti ucapannya tadi pagi, Dewa datang lagi setelah waktu pulang kerja.
Semua karyawan bubar dari butik, menyapa Dewa yang masih berdiri di depan pintu.
"Pulang pak Dewa," ucap pegawai.
"Ya, hati-hati ya di jalan," ucap Dewa.
"Iya pak Dewa, semangat merayu mbak Ayu ya."
"Tentu. Kalau berhasil Ayu kuajak kencan, besok aku traktir makan siang di restoran mahal," ucap Dewa.
"Waah, asyiiik!"
Semua tampak senang, Dewa tersenyum puas. Para pegawai itu pun pergi, Dinda juga baru keluar dari butik melihat Dewa sudah siap mengajak bosnya kencan.
"Pak Dewa mau kencan dengan mbak Ayu ya?" tanya Dinda.
"Bosmu masih di dalam?"
"Iya, sebentar lagi keluar," jawab Dinda melihat ke arah ruangan Ayushita yang masih terbuka pintunya.
"Baiklah, kamu mau pulang?"
"Iya pak Dewa, semangat semoga berhasil."
Dewa hanya mengangguk lalu masuk ke dalam butik, bertepatan dengan Ayushita keluar dari ruangannya. Pandangannya pada Dewa yang baru masuk, lalu berdecak kecil melihat laki-laki itu seakan selalu ada di setiap waktu.
"Apa anda terlalu banyak waktu luang?"
"Iya. Untukmu aku selalu banyak waktu luang," jawab Dewa menghampiri Ayushita.
"Aku tidak mau kencan." ucap Ayushita.
"Siapa yang mau mengajakmu kencan?"
"Heh, tadi pagi anda mengajakku kencan."
"Aku ralat, aku mau mengantarmu pulang saja," jawab Dewa.
"Aku bawa motor." ucap Ayushita.
"Bawa masuk saja motornya di dalam gudang, besok pagi di ambil lagi," kata Dewa lagi.
"Tidak bisa, kadang kalau malam aku suka keluar cari makanan. Jadi harus bawa motor," ucap Ayushita lagi.
"Ya sudah sekalian cari makan sebelum pulang."
"Hasih, kenapa memaksa sih?"
"Jangan membantah, aku masukkan motormu dalam gudang."
Tanpa menunggu jawaban Ayushita, Dewa pergi menuju motor Ayushita lalu membawanya ke gudang di belakang gedung. Ayushita jadi bingung dengan laki-laki itu, dia diam saja. Rasanya aneh jika dia terlalu dekat dengan laki-laki itu, apa lagi mengingat pagi tadi pagi yang jatuh menimpa Dewa. Sungguh rasa malunya tidak bisa dia sembunyikan.
Tak lama Dewa kembali lagi dan menarik tangan Ayushita, menyuruhnya naik mobilnya. Meski sedikit susah tapi akhirnya Ayushita mau menaiki mobil Dewa.
"Nah, begitu kan enak. Menurut apa susahnya sih? Aku tidak akan memakanmu, lagi pula kalau aku mau makan kamu terlalu kenyang perutku," ucap Dewa melajukan mobilnya meninggalkan butik.
Ayushita diam saja, dia malas menanggapi ucapan Dewa yang hanya bercanda saja. Keduanya saling diam, Dewa menoleh pada Ayushita. Gadis itu masih diam menatap ke depan.
"Di mana rumahmu?" tanya Dewa.
"Jauh."
"Ya di mana?"
"Ya jauh."
Dewa menatap wajah Ayushita yang datar, menarik napas panjang dan tiba-tiba laju mobilnya kencang sekali di tengah jalanan sedikit ramai. Ayushita kaget, dia berpegangan pada dasbor dan berteriak kencang.
"Berhenti!"
"Di mana rumahmu?"
"Berhenti dulu."
"Di mana? Cepat katakan sebelum kutambah kecepatan laju mobilku," ucap Dewa lagi.
"Di pertigaan gang janda, rumah kontrakan."
Ciiit.
Mobil langsung berhenti, Ayushita kaget dan kepalanya hampir membentur dasbor. Dewa masih menatap wajah Ayushita, tapi tak terduga tangan Ayushita langsung memukuli lengannya dengan cepat dan kalap.
Bug! Bug!
"Sialan! Kamu mau membunuhku?! Hah?!!"
"Ampuun!"
_
_
*****
Cari masalah..