Di tengah masalah pelik yang menimpa usaha kulinernya, yang terancam mengalami pengusiran oleh pemilik bangunan, Nitara berkenalan dengan Eros, lelaki pemilik toko es krim yang dulu pernah berjaya, namun kini bangkrut. Eros juga memiliki lidah istimewa yang dapat membongkar resep makanan apa pun.
Di sisi lain, Dani teman sedari kecil Nitara tiba-tiba saja dianugerahi kemampuan melukis luar biasa. Padahal selama ini dia sama sekali tak pernah belajar melukis. Paling gila, Dani tahu-tahu jatuh cinta pada Tante Liswara, ibunda Nitara.
Banyak kejanggalan di antara Dani dan Eros membuat Nitara berpikir, keduanya sepertinya tengah masuk dalam keterkaitan supernatural yang sulit dijelaskan. Keterkaitan itu bermula dari transfusi darah di antara keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OMIUS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Kedua Puluh Dua
Tegas Nitara memutuskan mengakhiri hubungannya dengan Eros. Padahal dia telah berjanji, paling lambat akhir bulan ini dirinya telah sepenuhnya dimiliki lelaki itu. Kelakuan tak terpuji Eros bersama Melani di kamar tidur, bahkan disaksikan dengan bola matanya sendiri adalah alibi besarnya. Eros sungguh tak layak menjadikannya sebagai pendamping hidup.
Mudah ditebak bila Eros menolak mentah-mentah keputusannya. Dirinya dianggap sembrono mengambil keputusan, karena hanya melihat dari sudut pandangannya sendiri. Nitara tidak mau tahu akan alibi yang diutarakan Eros.
“Kejadian itu bukan seperti yang kamu bayangkan, Tara. Aku cuma diperdaya Melan. Persis seperti dulu, aku tak tahu kalau larutan penyegar pemberian Melan mengandung obat tidur.” Alibi serupa ini berulang-ulang dilontarkan mulut Eros. Padahal Nitara sudah muak mendengarnya.
“Mas Eros boleh terus-terusan berdalih, tapi bagi Tara, Mas Eros sudah selesai! Silakan Mas Eros menikmati adegan ranjangnya bareng Melan, sampai puas tanpa khawatir ada yang mergoki.”
Nitara boleh terus menampik semua dalih Eros, tapi lelaki itu enggan begitu saja melepaskan dirinya. Tak kenal waktu Eros terus menemuinya, baik itu di rumahnya maupun di RM. Sambal Kejora. Rupanya Eros tiada mengenal kata menyerah dalam mempertahankan dirinya sebagai pendamping hidup. Dirinya terlanjur dianggap harga mati.
Karena dirasakan mengganggu aktivitasnya, Nitara menilai telah tiba saatnya menghubungi kepolisian. Kebetulan sekali sepupunya penjabat di Polres Bogor. Menyebalkan, meski anak buah sepupunya telah ditempatkan di RM. Sambal Kejora, namun Eros tetap nekat menemuinya juga. Eros enggan pergi meski sudah diperingatinya. Karuan Eros lantas diseret anak buah sepupunya ke dalam mobil, lalu dibawa ke Polres Bogor.
Meski tidak kemudian ditahan dan hanya diberi peringatan saja, namun dalam hati Nitara justru terenyuh. Terlebih ketika sempat menyaksikan, bagaimana Eros sampai diseret dua polisi berseragam akibat melawan. Sudah begitu di depan mata para pengunjung rumah makan yang tengah ramai pula. Eros sudah selayaknya anggota kawanan begal yang menjadi target operasi polisi.
“Tara minta maaf, Mas Eros. Tara terpaksa melakukan semua ini demi keberlangsungan hidupmu.” Dalam gumam Nitara harus menahan sedih atas apa yang menimpa Eros. Memang dirinya belum sempat menaruh cinta pada lelaki itu. Tetapi, sukar dimungkirinya bila Eros senantiasa sejalan dengan kehendak pikirannya. Sayang nasib berkata lain. Dirinya ditakdirkan untuk tidak berjodoh dengan lelaki itu.
Syukur, Eros menemui kapok juga setelah diinterogasi di Polres Bogor. Lelaki itu tak jua muncul di hadapannya usai diseret layaknya pelaku kriminal. Apalagi sepupunya sempat melontar ancaman, tak ragu memenjarakan Eros karena dianggap melakukan perbuatan tidak menyenangkan orang. Ke depan Nitara bisa merasakan ketenangan hidup lagi. Sebelumnya dia telah menutup semua saluran kontak yang menghubungkan dirinya dan Eros.
Ada yang menarik. Bila dirinya benar-benar telah menutup kedekatannya dengan Eros, lain halnya pada Melani. Satu bulan setelah menyaksikan kekurangajaran Melani dengan meniduri calon suaminya, Nitara justru semakin sering berhubungan dengan perempuan sensual itu. Padahal selama ini dia senantiasa bersikap dingin pada Melani. Lebih-lebih Melani telah mencabik-cabik harga diri seorang Dani. Sedangkan menyakiti Dani sama saja menyakiti dirinya juga.
Pagi ini saja Nitara sudah berkunjung ke salah satu rumah Melani yang berada di Kota Bogor. Beberapa hari lalu Melani mengontaknya di jaringan pribadi, menawarkan kepadanya sebuah rumah di Jl. Ir. H. Juanda Depok. Karena merasa harga jualnya terlampau tinggi, Nitara kemudian membujuk Melani supaya berkenan menyewakan rumah tersebut.
Ketertarikan Nitara pada tawaran Melani lebih dikarenakan keberadaan Samudera Es. Waralaba es krim itu kiranya bertetangga dengan rumah Melani yang ditawarkan kepadanya. Dia percaya, sampai Samudera Es membuka gerai terbaru di Jl. Ir. H. Juanda Depok tentu berdasarkan kajian matang. Mereka telah melakukan riset pasar terlebih dahulu.
Daripada susah payah melakukan riset pasar di lokasi terbaru─terbukti riset yang dilakukannya selama ini hanyalah amatiran, berdampak acapkali dirinya membuka RM. Sambal Kejora di lokasi baru senantiasa sepi pengunjung─, kenapa tidak dirinya memanfaatkan saja hasil kajian riset para profesional di Samudera Es? Adalah fakta meski baru dua bulan beroperasi, waralaba es krim yang menjadi tetangga rumah Melani itu selalu ramai oleh pengunjung.
Rumah makannya memang harus segera beroleh tempat baru. Tak mungkin dia memindahkan RM. Sambal Kejora ke Teman Segar. Padahal tinggal bilangan minggu saja Delisa akan mengusirnya. Kala dirinya resah memikirkan nasib RM. Sambal Kejora yang tak kunjung beroleh lokasi baru, sekonyong-konyong Melani menawarkan sebuah rumah dengan lokasi menjanjikan.
Beruntung Nitara, Melani bersedia menerima tawaran sewa rumah darinya. Melani bahkan tanpa risi bercerita asal mula rumah yang hendak disewanya. “Aku dapat hibah dari seorang penguasa muda yang sukses.”
Melani memang tidak menyebutkan siapa nama pengusaha muda yang sedemikian murah hatinya. Meski begitu Nitara enggan terus mendesaknya, cukup tertawa dalam hati saja.
Dari cerita Eros dulu, Melani saat ini hanyalah simpanan seorang pengusaha muda, sekaligus pemilik Samudera Es bernama Andrean. Kebetulan Nitara mengenal Andrean meski tidak akrab. Andrean sempat menjadi kakak tingkatnya semasa kuliah di UGM dulu. Rumah yang hendak dikontraknya ini sepertinya buah kerja keras Melani dalam membuai Andrean.
Tiba di rumah Melani, Nitara tak perlu berlama-lama untuk mencapai kesepakatan harga sewa. Selanjutnya dia mengeluarkan sejumlah barang dari dalam tasnya. Di antaranya surat perjanjian sewa rumah yang sudah disiapkannya sebelum berangkat kemari.
“Ngapain sih sampai harus repot pakai surat-suratan segala, kayak kita orang baru kenal saja. Aku sudah percaya sama kamu.”
Berbeda dengan Nitara yang berpikir segalanya mesti tertib dan legal, Melani lebih suka menyelesaikan urusan lewat saling percaya dibandingkan ribet. Namun, Nitara bersikukuh agar Melani menandatangani surat perjanjian sewa rumah. Termasuk menandatangani kuitansi pembayaran sewa rumah.
Selesai melakukan transaksi pembayaran uang sewa rumah, Nitara memilih berlalu saja. Sementara Melani masih ingin mengajaknya mengobrol lebih lama lagi. Dia memang hanya menganggap Melani sekedar lawan bicara saat dibutuhkan saja.
Saking merasa mengobrol bareng Melani hanyalah aktivitas tak berguna lagi, Nitara sampai tergesa-gesa saat pamit pulang. Dia abai. Padahal masih tersisa satu barang yang belum dimasukkannya lagi ke dalam tas, yakni buku kuitansi.
o22o