Niara yang sangat percaya dengan cinta dan kesetiaan kekasihnya Reino, sangat terkejut ketika mendapati kabar jika kekasihnya akan menikahi wanita lain. Kata putus yang selalu jadi ucapan Niara ketika keduanya bertengkar, menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Reino yang di paksa nikah, ternyata masih sangat mencintai Niara.
Sedangkan, Niara menerima lamaran seorang Pria yang sudah ia kenal sejak lama untuk melupakan Reino. Namun, sebuah tragedi terjadi ketika Reino datang ke acara pernikahan Niara. Reino menunjukkan beberapa video tak pantas saat menjalin hubungan bersama Niara di masa lalu. Bahkan, mengancam akan bunuh diri di tempat Pernikahan.
Akankah calon suami Niara masih mempertahankan pernikahan ini?
🍁jangan lupa like, coment, vote dan bintang 🌟🌟🌟🌟🌟 ya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Hari itu tiba, hari dimana aku duduk di ruang sidang menjadi saksi sebagai orang yang memiliki hubungan dengan Reino.
Persidangan mulai terlihat panas, ketika pengacara Reino melakukan pembelaan serta melampirkan rekam medis jika saat melakukan tindakan tersebut Reino dalam pemulihan mental, pasca kehilangan anaknya. Yang tak lain penyebabnya adalah Niara yang menabrak istrinya Reino kala itu. Mas Ridwan mendengus kesal dengan pernyataan tersebut. Karena uang damai yang di minta dari keluarga Reino pun sudah di berikan. Sebagai bukti bahwa masalah itu sudah selesai.
Hakim memutuskan jika Reino mendapatkan hukuman 3 tahun penjara dan denda 1 milyar. Keputusan itupun di tentang dari pihak keluarga Mas Ridwan. Kemudian Mas Ridwan meminta Pengacaranya mengajukan banding. Bagi Mas Ridwan, hukuman 3 tahun tidak sebanding dengan cara Reino membunuh anaknya yang jelas-jelas saat itu dalam kondisi sadar.
Pengakuan banding itupun diterima, Sidang akan di lakukan setelah penyeledikan lebih lanjut. Namun, Pengacara mengatakan bahwa proses banding dapat memakan waktu lama dan tidak ada jaminan bahwa putusan akan diubah.
Dalam proses banding, pengadilan yang lebih tinggi akan meninjau kembali kasus dan putusan yang telah diberikan. Jika pengadilan banding memutuskan bahwa putusan sebelumnya tidak adil atau tidak sesuai dengan hukum, maka putusan dapat diubah atau dibatalkan. Akan tetapi, besar kemungkinan kasus Niara yang menabrak Abel akan di naikkan
BAB 33 ( Mencintaimu Tak Akan Ada Ujungnya)
Aku melihat raut kesal, marah dan lelah di wajah Mas Ridwan. Setelah keluar dari ruang sidang Ibunya Reino mendekat, menarik kerah bajuku.
“Semua ini salahmu!” gertakknya. Aku yang terkejut lalu mencoba melepaskan diri. Ibuku yang ikut dalam persidangan melihat perilakuan Ibunya Reino langsung maju kedepan membelaku.
“Anakmu yang membunuh, kenapa harus anakku yang kau salahkan!” gertak Ibuku balik.
“Reino tidak akan menjadi pria pecundang seperti itu jika tidak mengenal anakmu yang murahan!” Ibunya Reino, menuding tangannya ke arah Ibuku. Ibuku langsung dengan berani menarik tangan Ibunya Reino. Perkelahian pun terjadi. Semua orang jadi kelabakan melerai. Kemudian Abel mengajak Ibu mertuanya pergi karena dirinya cukup malu saat ini. Orang terpandang seperti dia harus berurusan dengan suami yang tidak waras masih menginginkan wanita lain.
“Ibu, jika Ibu tidak berhenti. Aku akan menceraikan Reino sekarang juga!” bentak Abel. Ibunya Reino diam tidak berkutik, kemudian pergi.
Setelah hari itu, keluarga kami hanya bisa pasrah. Mas Ridwan tidak mau menyeretku lagi dalam kasus ini. Sampai persidangan kedua. Akhirnya hukuman ringan itu pada akhirnya yang didapatkan Reino.
Aku masih ketakutan ‘Apakah Reino nantinya akan berubah?’ ‘Apakah tidak ada dendam lagi setelah ini?’ pertanyaan itu masih mengusik pikiranku.
Kami akhirnya meninggalkan masalah itu, mencoba untuk tetap bertahan menjalani hari berikutnya. Menjadi Ayah dan Ibu yang baik untuk Chika. Mas Ridwan mulai posesif dengan Chika. Aku masih melihat rasa trauma dan ketakutan Mas Ridwan kehilangan anak.
“Ma, tolong bicara sama Papa. Aku ingin pergi ke Mall dengan teman-temanku,” Chika terus merengek. Mas Ridwan hanya mengijinkan Chika untuk sekolah dan les saja. Aku yang baru selesai memasak, berjalan ke lantai atas menemui mas Ridwan di kamar.
“Mas, Chika kan nggak sendirian. Ada temannya yang lain. Biarinlah sesekali,” aku mendesaknya. Mas Ridwan diam tak menyahut, seakan aku harus paham keputusannya tak akan berubah. Setelah menunggu beberapa menit berdiri di depan Mas Ridwan, Niara menyerah karena ucapannya tidak di gubris. Aku dengan hati berat meminta Chika untuk kembali ke kamar dan mengurungkan niatnya. Chika berteriak dengan kesal.
Sudah hampir 1 tahun berlalu, tragedi itu masih menjadi mimpi buruk diantara aku dan Mas Ridwan. Karena hanya Chika lah anak satu-satunya dirumah ini. Sedangkan aku sendiri tak kunjung hamil. Mas Ridwan tidak memaksaku untuk punya anak secepat mungkin. Mengingat dulu mantan istrinya yang terlalu bertekad memiliki anak lagi, membuat Mas Ridwan harus kehilangan Desy. Aku melihat banyak pukulan trauma di dalam kehidupan Mas Ridwan. Aku semakin takut jika ada masalah serius lagi, hati dan jiwanya bisa terguncang.
“Mas liburan, yuk!” ajakku, mencairkan suasana. Mas Ridwan mendongak dan menatapku.
“Kemana?” tanyanya, menarik tubuhku hingga jatuh di pangkuannya.
“Terserah,” jawabku, aku sendiri juga bingung mau kemana. Karena cuti tahunan Mas Ridwan juga sudah diambil saat liburan 2 bulan lalu.
“Ah kamu, kalau di tanya terserah. Kalau gitu nggak usah ngajak!” gerutu Mas Ridwan.
“Kamu pengen kemana, Mas?” tanyaku balik.
“Aku? Aku sih pengennya kalau hari libur gini, meluk kamu, mandi bareng, olahraga aja ditempat tidur,” jawab Mas Ridwan, kemudian mencium bibirku.
“Ah nggak asyik, gitu terus,” balasku.
“Oh, jadi kamu bosen sama aku,” Mas Ridwan membuang muka dengan manja.
“Sebenarnya iya, habis kamu gitu-gitu doang,” ujarku menggodanya.
“Ya udah sana!” Mas Ridwan mengangkat badanku, agar menyingkir darinya. Aku kemudian memeluknya dengan erat.
“Sekarang, yuk!” ucapku lirih di telinganya. Mas Ridwan tersenyum, kemudian mencubit pipiku.
“Aku capek mau istirahat,” sanggah Mas Ridwan. Aku terus menggodanya. Mas Ridwan bangkit dari tempat duduk dan berpindah tempat ke ranjang. Aku tersenyum dengan tingkahnya, menolak tapi malah pergi ke tempat tidur.
“Aku ingin punya anak,” ucapku mendekat.
“Aku tidak memaksa, kalau kamu belum siap nggak usah. Udah ada Chika juga,” ucap Mas Ridwan.
“Tapi aku masih mau lagi, dua anak perempuan lagi atau anak laki-laki,” singgungku. Mas Ridwan menutup omonganku dengan mencium bibirku, lalu menarik selimut.
Aku selalu tahu jika Mas Ridwan yang selalu membantah tidak ingin punya anak lagi, diam-diam dia juga mengharapkannya. Dia hanya takut aku meninggalkannya. Dia selalu berkata padaku, jika aku tak ada dia tidak ingin hidup lagi. Cintanya sudah habis terakhir kalinya untukku. Aku tidak menyangka, Pria sebaik ini bertemu dengan wanita yang penuh kekacauan sepertiku. Aku harap, jika Reino keluar dari penjara. Dia sudah melupakanku, lalu bisa memulai hidup barunya. Namun, Apakah dia masih bisa? Sepucuk surat sering aku terima dari dalam sel tahanan. Dia mengirimkan surat untukku, mengungkapkan cintanya untukku ribuan kali. Aku tidak menyangka dia segila itu. Pernikahan paksa dari Ibunya membuatnya terbelenggu antara mencintaiku atau bertahan dengan keegoisan Ibunya. Mungkin jika dulu Reino lebih berani menentang, takdir kami akan berbeda.
mana main!!!!
tarik atuh!
nanti giliran di tinggal istri baru sesak nafas.
Kau yang lebih terluka.
gak bisa diginiin:(
bunga for you nael
btw bikin Reno mati atuh Thor
Thor...bawa reoni kesini!!
gak bisa gak bisa!
apaan baru baca udah ada yang mati:>
ihh pengen cubit ginjal nya
thor cerita mu tak bisa d tebak.
kerenn bangeettt 👍👍👍