NovelToon NovelToon
Rahasia Hati

Rahasia Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yunsa

Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 33

Mars berjalan lurus kedepan, tepat kearah meja Steve dan Amara duduk. Sedangkan Amara menatap tajam ke arah Mars, ia takut Mars berbuat nekat dengan memukul Steve, mengingat emosi Mars yang sulit di kontrol.

Mars membisikan sesuatu ke telinga Steve, namun pandangannya menatap ke arah Amara. Begitu selesai membisikan sesuatu, Mars pergi berlalu meninggalkan meja Amara dan Steve. Mars tidak kembali ke meja dimana tadi ia duduk, ia justru pergi meninggalkan kantin.

"Apa yang dia katakan?" tanya Amara pada Steve

"Bukan apa apa." jawab Steve, namun ada perubahan di wajah Steve tidak secerah tadi waktu mendekat ke arah Amara.

Amara bergegas mengambil buku dan pergi meninggalkan Steve begitu saja. Ia berjalan cepat mengejar Mars. Aksi itu di lihat Clara dari kejauhan, ia pun ikut berdiri, seakan ingin menghalangi Amara yang mengejar Mars.

"Duduk kembali dengan tenang, dan jangan ikut campur." perintah Bara. Dengan masih posisi duduk, Bara menarik lengan Clara, dan membuat Clara bisa kembali duduk. Clara melihat Mars dan Amara dari kursinya dengan tatapan tajam. Seakan ia ingin berlari pula, dan mendengar apa yang di katakan keduanya.

"Mars....."

"Mars tunggu." panggil Amara dengan sedikit berlari, karena walaupun Mars berjalan pelan, namun langkahnya lumayan lebar.

"Kenapa Amara? Bukankah kamu selalu menghindar ketika aku mendekat. Kenapa sekarang kamu mengejarku." kata Mars ketika Amara menghentikan Mars dengan memegang lengannya.

"Apa yang kamu katakan pada Steve?" tanya Amara

"Kenapa tidak kamu tanyakan sendiri padanya." jawab Mars

"Aku ingin kamu menjawab." pinta Amara

"Apa itu penting? Sebegitu pentingkah ucapanku pada Steve, sampai kamu mengejarku sekarang." jawab Mars membuat Amara gagu.

"Itu menjadi tidak penting, jika kamu berbicara keras tanpa bisik bisik di telinganya, sehingga aku bisa mendengar apa yang kamu katakan." jawab Amara

"Sudahlah." jawab Mars kembali berbalik badan melanjutkan langkahnya.

"Mars...." panggil Amara dengan memegang lengan Mars, namun berlahan ia mulai melepas dan jemari mereka saling bersentuhan membuat Mars menoleh dan menatap jemari mereka yang masih ingin mengenggam satu sama lain, namun ada perasaan yang tertahan membuat keduanya tidak bisa saling mengaitkan, dan akhirnya hanya sebatas bersentuhan.

Mars kembali berbalik, dan mendekat ke arah Amara, sedang Amara masih berada di tempatnya. Tubuh mereka sangat dekat bahkan pundak mereka saling bersentuhan, ketika bibir Mars mendekat ke telinga Amara dan membisikan sesuatu.

"Aku katakan padanya." ucap Mars kemudian diam sejenak, membuat Amara merasakan aroma tubuh yang ia rindukan.

"Jika ingin hidupmu aman, menjauh darinya." lanjut Mars, kemudian ia memundurkan wajahnya menatap wajah Amara yang tidak memperlihatkan wajah marah lagi seperti kemarin kemarin.

"Ada sesuatu yang belum selesai antara kita, Amara. Dan kamu tahu itu." kata Mars dengan menatap wajah Amara, dan Amara juga menatapnya.

"Mars....." panggil gadis yang tadi sempat duduk dengan Mars tadi.

"Dejavu." ucap Amara kembali memperlihatkan wajah kesal, kemudian pergi meninggalkan Mars dan gadis itu.

Kejadian itu mengingatkan dirinya dulu, ketika ia sedang berbicara serius menyelesaikan masalah, namun datang gadis lain penganggu.

"Tunggu Amara." panggil Mars, meninggalkan gadis itu begitu saja, dan mengejar Amara yang berjalan cepat meninggalkan dirinya.

"Tidak ada Dejavu. Karena tidak ada satu wanita pun, yang bisa menempati posisimu di hatiku." jawab Mars kemudian dia berjalan kembali mendahului Amara, sedangkan Amara menjadi tertegun melihat Mars yang masuk ke dalam mobil, dan pergi meninggalkan kampus tanpa menggubris gadis yang tadi memanggilnya.

Hal itu membuat Amara menjadi buta kembali akan cinta. Ia lupa dengan nasihat Arga untuk menjauhi lingkaran pertemanan, yang bisa membawanya pada masalah yang sama. Karena sekarang hatinya bagai tidak terima, jika hubungan mereka harus kandas, mengingat Mars yang benar serius terhadapnya.

Clara yang melihat adegan Mars dan Amara, yang berakhir tidak bersama pun menjadi tersenyum. Ia sangat senang, pada akhirnya hubungan Mars dan Amara harus berakhir. Karena Clara tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, mengingat Bara menariknya kembali duduk, sehingga ia tidak bisa mendekat.

Sampai di halaman apertemen, Amara melihat mobil Mars sudah terparkir di tempatnya. Ia berjalan lambat ketika di pintu utama, ia menoleh keluar, juga ke bawah tangga memastikan jika Ibu dan Amar tidak ada di sekitar lingkungan. Amara dengan sedikit berlari mendekati tangga, dan mulai menaiki satu persatu tangga dengan hati hati, memastikan tidak ada satu orang pun melihat dirinya naik ke lantai atas.

Ting.... Tung....

Sampai di lantai atas di depan pintu nomor sepuluh, Amara membunyikan bel apartemen, dan sesekali melihat ke kanan dan ke kiri juga tangga ke bawah, memastikan lagi tidak ada yang melihatnya.

Mars membuka pintu dan melihat Amara di hadapannya, ia heran pada sikap Amara saat ini, dan ia hanya menatap diam pada Amara. Sedangkan Amara langsung masuk saja, membuat Mars mundur, ketika Amara maju untuk masuk ke dalam apartemen miliknya, dan kemudian Amara menutup pintu Apartemen milik Mars.

"Dengar Mars, aku tahu aku tidak pantas mendapat maaf darimu. Aku juga tahu aku salah, karena sudah bersikap keterlaluan terhadapmu. Tapi..." kata Amara dengan nada cepat namun ketika mengucap kata tapi, Amara seperti kehabisan kata kata dan bingung harus berkata apa lagi, karena begitu melihat mata Mars, ia seperti kehilangan semua memori ingatan tentang kata kata.

"Tapi apa Amara? Kenapa berhenti?" tanya Mars, ketika melihat Amara hanya tertegun melihat wajahnya.

"Tapi aku minta maaf." jawab Amara pelan.

"Bukankah kemarin kamu memaki aku. Bahkan dengan lantang kamu meminta putus, ketika aku hendak membawamu kemari. Lalu sekarang??" ucap Mars dengan menatap wajah Amara dan pandangan mereka sedang beradu, sungguh sebenarnya Amara juga malu mendengar hal ini, karena itu sebuah fakta.

"Sekarang kamu datang sendiri kesini untuk meminta maaf. Sebenarnya permainan apa yang sedang kamu perankan Amara?" tanya Mars membuat Amara benar benar tidak bisa berkata kata.

"Aku...." jawab Amara gagu, karena tidak tahu harus berkata bagaimana lagi. Karena ia sendiri juga bertanya pada dirinya sendiri, kenapa bisa ia berada di tempat Mars sekarang.

Mars masih menantikan ucapan selanjutnya dari Amara, dengan wajah menagih sebuah kelanjutan.

"Aku tidak tahu harus menjawab apa, karena aku juga tidak tahu kenapa aku bisa berada di sini sekarang." jawab Amara kemudian ia menunduk, dan berpikir seakan sedang merangkai kata untuk Mars.

"Tapi yang aku ketahui, aku menyesal telah mengakhiri hubungan kita, karena aku sangat mencintai mu, Mars." lanjut Amara, kemudian mendekap dada Mars, sedangkan Mars masih diam terpaku, tanpa membalas dekapan Amara.

Bersambung......

1
Rusi Erviana
Bagus ceritax thor semangat d tunggu Bab selanjutx 😊👍👍💪💪
Yunsa: Terima kasih kak ♥️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!