NovelToon NovelToon
Pesona Kakak Posesif

Pesona Kakak Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua / Konflik etika
Popularitas:886
Nilai: 5
Nama Author: Dwi Asti A

Jika bukan cinta, lalu apa arti ciuman itu? apakah dirinya hanya sebuah kelinci percobaan?

Jelas-jelas Satya menyayangi Hanin hingga pernah menciumnya, tapi setelah suatu kebenaran terungkap dia justru menghindar dan menjauh.

Satya berubah menjadi sosok kakak yang dingin dan acuh, bahkan memutuskan meninggalkan Hanin.

Apakah Hanin akan menyerah dengan cintanya yang tak berbalas dan memilih laki-laki lain?

Ataukah lebih mengalah dengan mempertahankan hubungan persaudaraan mereka selama ini asalkan tetap bersama dengan Satya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi Asti A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebaiknya Satya Punya Pacar

Walaupun gagal dalam penyelidikan kali itu, Satya dan beberapa temannya diam-diam masih mencari siapa pelakunya. Meskipun imbasnya keadaan itu tidak terlalu baik untuk Satya. Beberapa orang, Beberapa siswa di sekolah masih menuduhnya memiliki kelainan. Sebagian menatapnya jijik dan menghindari Satya.

Situasi itu membuat gusar teman-teman di sekitar Satya, ingin sekali menghajar orang-orang yang berbicara nyinyir seakan mereka sosok yang paling bersih.

Tidak hanya di dunia nyata, isu tentang Satya juga beredar di media sosial dengan begitu cepat. Menunjukkan bahwa pembuat berita itu tidak hanya ingin menjatuhkan Satya di sekolah, tapi juga ingin menjatuhkan Satya dalam pandangan masyarakat.

“Ini sudah kelewatan, Satya, dan ini tidak bisa dibiarkan,” kata Rio.

“Pembuat isu ini semakin nekat. Dia merasa menang karena kita gagal menemukannya,” imbuh Zaki.

“Untuk saat ini biarkan orang ini berada di atas awan.” Tanggapan Satya masih tampak begitu tenang.

“Tapi semua anak di sekolah ini sudah menjauhimu, Satya, Awan yang sedang menjadi idola sekarang.

Satya seperti biasa tak terlalu peduli dengan perkataan Rio, apa lagi saat Rio membandingkan dengan Awan. Buku komik di tangannya lebih menarik perhatiannya.

“Apa aku pernah peduli siapa mau jadi idola di sini, yang penting buatku Hani ku masih di sisiku dunia ini belum berakhir,” celetuk Satya.

Tak hanya Rio dan teman-temannya yang kagum dengan perkataan Satya, Hanin yang mendengarnya pun dibuat merona wajahnya.

“Tapi sampai kapan kau akan terus sendiri dan memprioritaskan adikmu. Gara-gara kau tidak punya pacar isu itu pun muncul kan?”

Rio yang tadinya berdiri memandang ke arah lapangan dari balkon kemudian beralih dan duduk di kursi panjang di samping Satya. Zaki pun memiliki pemikiran yang serupa, dia duduk di sisi lainnya sembari mengungkapkan idenya.

“Bagaimana kalau kau coba berpacaran, kalau memang keadaan itu bisa meredakan isu, itu artinya kau memang harus punya pacar, Satya,” usul Zaki.

“Kalian kira setelah isu itu muncul para gadis akan mengidolakanku. Barusan kalian bilang kan mereka kini mengidolakan Awan yang maskulin itu dan menjauhiku.”

“Iya, si, tapi tidak semuanya juga. Banyak kok yang masih tertarik untuk menjadi pacarmu, dan aku yakin masih antri.” Rio berbicara dengan penuh semangat.

Saat Satya tengah serius dengan bacaannya, Rio kemudian membawa Zaki berbicara agak jauh supaya tidak terdengar oleh Satya. Mereka berencana mengadakan pencarian jodoh untuk Satya. Sayangnya Hanin mendengar pembicaraan mereka.

Mendengar rencana Rio dan Zaki, Hanin terlihat gelisah dan tidak tenang. Sampai di rumah Hanin masih memikirkan rencana dua temannya itu.

‘Jika kakak punya pacar, gosip itu pasti hilang. Tidak akan ada yang menghina kakak lagi, tapi jika kakak punya pacar dia pasti akan menjauhiku dan tak lagi perhatian denganku.’ Pikiran Hanin.

Hanin tidak senang jika jauh dengan Satya dan diacuhkannya. Selama ini mereka tidak pernah terpisahkan dalam waktu yang lama. Beberapa menit saja rasanya sudah seperti berpisah bertahun-tahun.

‘Tapi ini baik juga buatku, aku bisa belajar untuk jauh dari Kak Satya. Walau bagaimanapun nantinya setelah kakak kuliah dan bekerja aku dan kakak pasti jarang bertemu. Saat kakak punya istri aku dan kakak sudah tidak bisa lagi bersama. Ini sangat menyakitkan, tapi ini kebenarannya, aku bisa apa.’

Ceklek!

Suara Handle pintu dibuka dari luar. Hanin menoleh. Dilihatnya Satya masuk dan berjalan kearahnya.

“Belum tidur?” tanya Satya “Bukankah tugas sudah dikerjakan kemarin di kelas?” lanjutnya.

“Iya, Kak, Hani sedang membaca buku saja.”

“Tumben.”

Hanin tersenyum.

“Ada apa kakak kemari? Tidak bisa tidur juga?”

“Sepertinya.”

“Masih soal isu itu?” tebak Hanin.

“Kakak merasa tidak perlu memikirkannya. Sebentar lagi ujian kelulusan kita harus fokus belajar dengan baik.”

“Tapi kalau masalah itu tidak segera diselesaikan, itu bisa mengganggu konsentrasi juga Kak. Jadi sebaiknya kita cari solusi untuk menyelesaikannya.”

“Kau punya solusi?”

“Kalau ada apa kakak mau?”

“Kalau solusinya seperti saran Rio dan Zaki mending kau lupakan saja.” Satya berjalan ke arah tempat tidur lalu merebahkan tubuhnya di sana. Meletakkan kedua tangannya di bawah kepalanya.

Tak lama Hanin menyusulnya, berbaring dengan posisi yang berlawanan.

“Tapi itu solusi yang paling bagus, Kak,” ujar Hanin.

“Kau yakin?” Satya memiringkan tubuhnya menatap mata Hanin yang seketika dibuat salah tingkah.

Pertanyaan itu sempat meragukan Hanin yang sebenarnya juga tidak suka dengan cara itu, tapi demi kebaikan Satya tidak ada salahnya dicoba. Dia sendiri ingin tahu seperti apa Satya saat sedang bersama seorang perempuan.

Hanin mengangguk. Satya mengulurkan tangannya menyisihkan rambut yang menghalangi wajah Hanin.

“Kau tidak akan marah?” pertanyaan aneh itu membuat Hanin tertawa.

“Kenapa harus marah, kak.”

Satya memandang Hanin cukup lama, ada sesuatu yang sedang dipikirkannya. Satya kemudian bangun dan duduk.

“Tentu saja kau tidak akan marah, karena kakak tahu apa yang ada di dalam pikiranmu itu.” Satya menjentik kening Hanin kemudian beranjak pergi. “Kau senang karena kau pasti akan melakukan hal yang sama bersama dengan anak jangkung itu.”

“Maksud kak Satya apa?” Hanin menyusulnya sampai mereka berdiri di depan pintu saling berhadapan. Satya mendekatkan wajahnya.

“Kau akan menerima Awan menjadi pacarmu, kan? dan kakak pastikan tidak akan pernah membiarkanmu,” ucap Satya menekankan, lantas berlalu.

“Apa maksud kakak? kok jadi bawa-bawa Hani!”

Pembicaraan itu tak sengaja didengar Miranda. Dia berdiri di tangga, berniat menemui mereka. Namun, urung dan kembali turun.

••

Esok paginya Elvan berteriak memanggil-manggil Hanin dan Satya untuk turun. Mendengar suara Elvan yang marah, Hanin dan Satya buru-buru menemuinya.

Mereka berkumpul di ruang keluarga. Wajah Elvan terlihat murka. Meskipun Hanin dan Satya sudah berada di hadapannya, kehadiran mereka belum bisa meredakan amarahnya.

“Ada apa, Pah?” tanya Miranda cemas melihat Elvan emosi.

“Kalian lihat sendiri berita di televisi,” jawab Elvan datar.

Miranda bergegas menyalakan TV dan membuka layar di acara berita pagi. Begitu melihat berita yang tengah berlangsung, Miranda, Satya dan Hanin sangat terkejut

“Apa itu, Satya? Bagaimana ada berita seperti itu, ha?” tanya Elvan.

“Itu hanya isu, Pah, tidak benar,” jawab Satya.

“Iya, Pah, isu itu sudah muncul di sekolah. Kak Satya dan pihak sekolah sudah mencari pelakunya, tapi belum berhasil menemukannya,” jelas Hanin.

“Lalu kenapa kalian diam saja, laporkan saja pada polisi untuk diusut. Ini sudah berita pencemaran nama baik,” ujar Elvan.

“Satya pikir tidak perlu, yang terpenting Satya tidak seperti yang mereka tuduhkan.”

“Kau memang benar, tapi semakin berita menyebar semakin kita sulit mencari pelakunya, Satya. Isu ini tidak hanya mencemarkan nama baikmu, tapi juga nama baik keluarga.”

“Satya akan berusaha mencari pelakunya.”

“Papa sarankan laporkan saja pada polisi.”

“Satya merasa pelakunya masih di lingkungan sekolah, Pah, jadi jangan buru-buru membawa polisi.”

“Kenapa? Kau takut namanya tercemar. Apa kau lupa bahkan namamu sudah tercemar Satya. Kita bisa baik pada orang lain, tapi bukan berarti mengabaikan kebaikan kita sendiri. Kalau kau tidak mau mengurusnya biar papa yang bertindak.”

Sebelum Satya kembali mengatakan sesuatu, ponsel Elvan berdering. Pria itu segera mengangkatnya.

“Pak, saham perusahaan anjlok, sepertinya berita tentang putra Anda sudah menyebar dan mempengaruhi semuanya.”

Setelah mendengar berita itu Elvan bertambah murka, dia ingin marah, tapi melihat Satya adalah putranya yang tidak mungkin melakukan perbuatan buruk itu, Elvan berusaha menahannya.

“Sudah sampai membawa perusahaan. Jika tidak segera diselesaikan, perusahaan kita bisa bangkrut,” gumam Elvan lalu duduk dengan tubuh terlihat lemah.

Hanin dan Satya saling berpandangan cemas.

“Satya akan segera menyelesaikannya, Pah,” ujar Satya kemudian berjalan pergi dengan kesal. Setelah berpamitan, Hanin buru-buru menyusul kakaknya.

1
D Asti
Semoga suka, baca kelanjutannya akan semakin seru loh
María Paula
Gak nyangka endingnya bakal begini keren!! 👍
Majin Boo
Sudut pandang baru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!