NovelToon NovelToon
Tuhan Kita Tak Merestui

Tuhan Kita Tak Merestui

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Cinta Terlarang / Keluarga / Cinta Murni / Trauma masa lalu
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Pertemuan antara Yohanes dan Silla, seorang gadis muslimah yang taat membawa keduanya pada pertemanan berbeda keyakinan.

Namun, dibalik pertemanan itu, Yohanes yakin Tuhan telah membuat satu tujuan indah. Perkenalannya dengan Sila, membawa sebuah pandangan baru terhadap hidupnya.

Bisakah pertemanan itu bertahan tanpa ada perasaan lain yang mengikuti? Akankah perbedaan keyakinan itu membuat mereka terpesona dengan keindahan perbedaan yang ada?

Tulisan bersifat hiburan universal ya, MOHON BIJAK saat membacanya✌️. Jika ada kesamaan nama tokoh, peristiwa, dan beberapa annu merupakan ketidaksengajaan yang dianggap sengaja🥴✌️.
Semoga Semua Berbahagia.
---YoshuaSatio---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

keluargaku yang sebenarnya

Bu Aida menghela napas lagi, menunjukkan frustrasi dan kekecewaannya yang mendalam. "Kesempatan baik seperti ini tidak datang dua kali," dia mengulangi, suaranya datar namun penuh penekanan.

Wajahnya yang masam menunjukkan betapa dia tidak ingin melepaskan rencana perjodohan ini, meskipun sudah jelas bahwa Silla dan Pak Burhan tidak setuju. Bu Aida sepertinya yakin bahwa keputusannya adalah yang terbaik untuk Silla, meskipun itu berarti memaksakan keinginan dirinya.

Pak Burhan berbicara dengan lembut dan sabar, "Aida, kebahagiaan anak-anak kita adalah tujuan kita melahirkannya, kan? Ingatlah saat kita mengikat janji sebelum ijab kabul, untuk saling mencintai dan melindungi satu sama lain."

Kalimat-kalimat itu menyentuh hati Bu Aida, dan akhirnya air mata penyesalan mengalir di wajahnya. Dia menundukkan kepala, merasa bersalah atas sikapnya yang keras dan egois.

"Aku minta maaf, Burhan," Bu Aida berkata dengan suara yang terguncang oleh tangisan. "Aku hanya ingin yang terbaik untuk Silla, tapi aku salah. Aku tidak boleh memaksakan keinginan aku tanpa memikirkan perasaanmu dan Silla."

Pak Burhan memeluk Bu Aida dengan hangat, "Aku mengerti, Aida. Kita semua ingin yang terbaik untuk Silla. Mari kita hadapi ini bersama-sama, dengan cinta dan pengertian."

"Tapi rasanya tak adil, kenapa Silla tak bisa menerimaku seperti dia menerimamu?" isak Bu Aida masih terdengar disana.

Pak Burhan memandang Bu Aida dengan mata yang penuh kasih sayang. "Silla mencintaimu, Aida. Dia hanya tidak mengerti mengapa kamu melakukan hal itu. Kita semua butuh waktu untuk memahami satu sama lain."

Pak Burhan memeluk Bu Aida lebih erat. "Aku ada di sini untukmu, Aida. Kita akan melalui ini bersama-sama."

Pak Burhan tersenyum lembut. "Aku yakin Silla akan mengerti, Aida. Dia memang anak yang baik dan pengertian. Aku percaya kamu dan Silla bisa berbicara dengan baik dan menyelesaikan masalah ini bersama-sama."

Hari pun berlalu, namun Silla masih terjebak dalam kemarahan . Sulit sekali rasanya memaafkan sikap sang ibu. Silla semakin menjaga jarak dengan Bu Aida.

Hingga akhirnya nenek Marwah diijinkan pulang oleh dokter. Silla memilih pulang ke rumah nenek Marwah untuk menjaga sang nenek ketimbang pulang ke rumah orang tuanya.

Silla merasa lebih nyaman tinggal di rumah Nenek Marwah, di mana dia bisa merawat dan menjaga neneknya dengan lebih leluasa. Selain itu, jarak dengan orang tuanya memberinya ruang untuk memproses perasaannya.

Nenek Marwah yang masih dalam masa pemulihan, merasa bahagia memiliki Silla di sisinya. "Silla, aku senang kamu di sini. Aku merasa lebih tenang dengan kamu di dekatku," kata Nenek Marwah dengan senyum lembut.

Silla membalas senyum Nenek Marwah, "Aku juga senang, Nenek. Aku ingin merawatmu dan memastikan kamu baik-baik saja."

Meskipun Silla masih merasa marah dan sakit hati terhadap ibunya, kehadiran Nenek Marwah memberinya kekuatan dan ketenangan.

Silla memandang Bu Aida dengan mata yang masih menyimpan kemarahan. Dia tidak menjawab, hanya membalikkan wajahnya ke arah lain. Bu Aida mencoba membujuk lagi, "Silla, tolong dengarkan Mamah. Mamah minta maaf atas apa yang telah terjadi. Mamah ingin kita semua bisa bersama lagi seperti dulu."

Tapi Silla tetap diam, tidak mau menanggapi. Dia masih merasa sakit hati dan tidak percaya bahwa ibunya bisa berubah begitu saja. Silla membutuhkan waktu untuk memproses perasaannya dan memaafkan ibunya.

"Sill, nenek udah sehat, kamu nggak mau balik ke tempat Om Abdi? Apa mereka nggak nyariin kamu?"

"Nenek yakin bisa sendiri tanpa Silla?"

"Ibu akan menjaganya, Sill. Kalau kamu mau balik ke sana, Mamah akan menjaga Ibu."

Segala upaya diusahakan Bu Aida untuk membujuk Silla, namun sifat keras Silla sepertinya menurun dari sang ibu. Bahkan setelah beberapa hari, Silla masih merasa tak nyaman berada di sekitar sang Ibu. Menjawab ucapan Bu Aida pun ia masih tak mau.

"Kalau gitu Silla siap-siap, mau balik ke rumah Om Abdi.”

Silla mengemasi barang-barangnya, Bu Aida menatap dengan hati yang semakin hancur.

Silla berbicara dengan nada yang dingin, tanpa menoleh ke arah ibunya. "Aku akan pergi, Nenek. Jangan lupa makan dan istirahat yang cukup. Aku akan menjengukmu lagi nanti."

Silla kemudian berjalan pergi tanpa menoleh ke arah Bu Aida, meninggalkan ibunya yang masih berdiri di sana dengan wajah yang penuh harapan dan kesedihan.

Di perjalanan menggunakan taksi online, Silla menangis tersedu-sedu di dalam mobil, air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi. Semua emosi yang tertahan selama beberapa hari akhirnya meledak di dalam mobil yang sunyi.

Driver yang tak banyak bicara, memberikan ruang privasi yang dibutuhkan Silla untuk melepaskan perasaannya.

Silla merasa lega setelah melepaskan semua emosi yang terpendam, tapi di sisi lain dia juga merasa sedih dan lelah. Dia berharap bisa menemukan ketenangan dan pemahaman atas situasi yang sedang dia hadapi.

Hari sudah malam ketika Silla memasuki gerbang kota B, tempat pamannya tinggal. Setelah membayar tagihan argo, Silla berdiri termangu di depan pagar rumah yang lumayan besar itu, memandanginya sejenak.

Silla melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah yang ringan, mencoba menyembunyikan beban emosional yang masih membebaninya. Rumah yang besar dan nyaman ini seharusnya memberinya rasa aman dan damai, tapi Silla masih merasa sedikit goyah setelah kejadian dengan ibunya.

Saat dia masuk ke dalam rumah, Om Abdi dan Tante mungkin sudah menunggunya dengan penuh perhatian. Mereka akan menyambut Silla dengan hangat dan mungkin bertanya tentang keadaannya. Silla berharap bisa menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya dan menunjukkan wajah yang ceria seperti biasanya.

Namun rumah tampak kosong dan sepi. Hingga ia masuk ke dapur dan langsung menuju ke pintu kulkas, tempat dimana semua orang meninggalkan pesan di sana.

Tepat seperti dugaan Silla, ada secarik bahkan beberapa carok kertas tertempel di sana.

Pesan untuk Silla, dari beberapa hari sebelumnya.

Air mata Silla kembali mengalir deras, "Mereka bahkan menganggapku ada dirumah ini setiap hari ... Sangat berbeda dengan ibuku sendiri ...."

Silla merasa terenyuh karena melihat pesan-pesan yang penuh perhatian dari pamannya dan bibinya, yang selalu mempertimbangkan perasaannya dan meninggalkannya pesan yang jelas. Ini membuatnya sadar bahwa keluarganya di rumah lain tidak pernah melakukan hal yang sama, sehingga perasaannya semakin kompleks dan membuatnya merindukan perhatian yang sama dari ibunya.

Silla melangkahkan kaki keluar, bermaksud menyusul sang paman dan bibi yang telah meninggalkan pesan.

—Silla, kami mau menghabiskan malam hingga dini hari di cafe ‘Pete’, kalau kamu tiba, nyusul ya!—

Cafe itu tak seberapa jauh dari rumah sang paman, Silla memilih berjalan kaki sambil menikmati udara malam, berharap bisa mendapatkan ketenangan.

Namun sepertinya kakinya tak kompak dengan isi kepalanya. Kakinya justru melangkah masuk ke cafe lainnya.seharusnya Silla menyeberang untuk bertemu dengan sang paman, namun Silla justru masuk ke cafe lainnya tanpa menyeberang.

Silla duduk di sudut ruangan. Pikirannya tampak kacau, bahkan tak memperdulikan banyaknya pasang mata yang memandang aneh padanya.

1
⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᴳᴿ🐅Ꮶ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Jadi penasaran sama kata goplok tau nya galfok 🤭🤭
⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᴳᴿ🐅Ꮶ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ: Oh begitu tho
𝕐𝕆𝕊ℍ𝕌𝔸ˢ: annu umma, ceritanya Silla mmg suka pakai kata 'goplok' kalau meledek si Yohan. 🥴
total 2 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Setuju 👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Aamiin 🤲
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
wah berarti udah sembuh nih Silla 🤭🤣
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
gak masalah, yg masalah justru knp tiba tiba ada tyo nongol dimari /Facepalm/
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ: bang bayiikkk/Facepalm/
𝕐𝕆𝕊ℍ𝕌𝔸ˢ: annu, kurang ngopi itu🥴
total 2 replies
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
seonsaengnim apa artinya thor?
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ: ooohhh...gitu
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Semoga Fardan lebih pengertian 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Yohan 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
waduh😣
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
sejak kapan tyo pindah lapak ini thor?
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Waduh,ga semua orang gitu Bu 😤
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
laaahhh...kok ada tyo di sini???
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
diihh...siti yg bikin masalah orang lain yg suruh selesai in..situ waras kah???
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
astaghfirullah... ibu aida ini sepertinya baru keluar dari lembah tempatnya raise lee disekap keknya 🤭
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
ibu aja temannya, berbeda beda, tetapi tetap rukup dan menjaga toleransi tuh...
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
tak lantas mungkin?
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
kok bu lilis thor... bu aida mereun?
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Silla pingsan 🥺
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ: lah baru mau ngetik udah ada yg duluan 🤭🤧
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Nenek aja ngerti 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Hadeuh, Bu Aida sempit banget pemikirannya 😔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!